Soekarno: Arsitek Bangsa by Bob Hering
Buku yang secara singkat-padat memberi gambaran mengenai sejarah perjuangan Soekarno, Bapak Bangsa dan Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Berisi 125 foto Seokarno, sebagian belum dipublikasikan secara luas. Tulisan sejarah singkat Soekarno, dari lahir hingga meninggal, hanya mengambil garis besarnya, ga banyak hal baru yang dituturkan karena memang buku ini lebih banyak menampilkan foto. Jadi biarkan gambar yang lebih mengambilalih cerita. Melalangbuanakan imaji, membiarkan pembaca mencerna potret hitam putih sang Arsitek bangsa. Semua foto diberi keterangan singkat, waktu dan kegiatan, disusun berurutan jua, sesuai lini masa. Asyik sih mengamati perjalanan hidup beliau, tak perlu ke museum foto kita sudah dirangkumkan!
Buku ini sempat disinggung sepintas saat kumembaca sejarah ‘Dalih Pembunuhan Massa’-nya John Roosa, di situ sekilas lewat ada penyebutan Soekarno dari Bob Hering. Makanya setelah usai telaah G30S, buku ini bergegas kulahap. Sejatinya penasaran berat karya Cindy Adams, sampai sekarang belum kesampaian memiliki. Sudah belasan kali menimang peluang.
Lahir tanggal 6 Juni 1901 di Gang Lawang Seketeng, Peneleh, Jawa Timur, buku ini rilis sejatinya untuk memperingati seabadnya. Memiliki gelar insinyur di Sekolah Tinggi Teknik Bandung, justru keahliannya jarang dipakai, ia malah menjadi arsitek bangsa. Ayahnya Soekemi Sosrodihardjo (1869-1945), adalah putra alim ulama. Nama asli yang diberikan adalah Koesno, karena Koesno kecil berpenyakit maka dalam selamatan nasi kuning justru menjadi Soekarno yang berarti ‘Karno terbaik.’ Tentu diharapkan menjadi seorang ksatria kuat bak tokoh-tokoh wayang legendaris Brata Yudha atau Ramayana.
Sekolah Desa ‘Melayu’ di Tulungagung, ke Mojokerto melanjutkan Sekolah Dasar Belanda, tahun 1915 lulus sebagai amtenar pemerintahan pribumi tingkat paling rendah. Di Gang Peneleh 7, nomor 3, rumah kos bapak Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto selepas lulus HBS, iapun diperkenalkan politik nasionalis yang diilhami Islam. Tjokroaminoto adalah pendiri Serikat Islam. Di sini pula beliau bertemu dengan tokoh-tokoh Marxis Indonesia, seperti Muso, Alimin, Semaun sampai tokoh radikal sosial Coos Hartogh, Henk Sneevliet, dan Asser Baars. Awal tahun 1919 Soekarno membaca tulisan San Min Chui dari Sun Yat-Sen yang mengajukan gabunagn nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme sebagai resep untuk bentuk pemerintahan Asia yang baru.
Tak lama kemudian ia menjabat anggota staf majalah Oetoesan Hindia di bawah pimpinan Tjokroaminoto, juga menjadi anggota pemuda Jong Java. Dari sini ia terkenal dengan sebuata ‘Pimpinan Merah Dari Surabaya’. Di tahun 1921, menempuh ujian HBS dan pindah ke Bandung, mendaftar sebagai Raden Seokarno untuk study insinyur di Sekolah Tinggi Teknik. Ia telah memiliki ikatan dengan Oetari, putri Tjokroaminoto, dengan cara kawin gantung. Namun tahun 1922 perkawinan dibatalkan karena ia kepincut dengan ibu kosnya yang cantik, tertaut 15 tahun usia bernama Bu Inggit Garnasih. Tahun 1923 mereka menikah, sampai tahun 1943.
Partai politik pribumi pertama yang membawa slogan ‘Indonesia untuk Bangsa Indonesia’ adalah Indische Partij berdiri tahun 1913, setahun kemudian para tokohnya diasingkan ke Belanda. Tiga Serangkai: E.F.E Dowes Dekker, orang Indo-Eropa, sepupu cucu Multatuli; lalu priyayi Jawa Mas Tjipto Mangunkusumo dan Raden Mas Suwardi Surjaningrat alias Ki Khajar Dewantara. Inilah yang menarik minat Soekarno dengan inti pedoman, menolak kolonialisme.
Tahun 1924, muncul terbitan organgisasi berjudul Indonesia Merdeka dengan pokok utama penolakan kerja sama, persatuan nasional, sosialisme bernada marxis serta kemerdekaan Indonesia sepenuhnya. Sementara tahun 1920 bulan Mei, ISDV berubah nama menjadi PKI, yang erat hubungan komunis internasional dengan Moskow. Tahun 1926 melakukan perlawanan, dan sekitar seribu tiga ratus anggota PKI dibuang ke daerah Boven Digul yang terpencil – jauh di pedalaman Irian. Maka Soekarno merasa harus segera bertindak, berdirilah Partai Nasional Indonesia (PNI) tanggal 4 Juli 1927. Di akhir tahun, tepatnya tanggal 17 Desember terbentuklah front persatuan Permoefakatan Perhimpoenan Politiek Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang lalu tercetuk istilah ‘Ko’ untuk yang kerja sama kolonial dan ‘Non-ko’ menolak kerja sama.
PNI yang makin kuat membuat Belanda khawatir, maka pada 29 Desember 1929 Soekarno dan para pimpinan ditahan, diadili di Bandung dan proses ini terkenal dengan pidatonya Indonesie klaagt aan (Indonesia Menggugat). Para 21 Desember 1930, ia dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Namun empat sekawan ini pada tanggal 31 Desember 1931 dapat frasi dan bebas. Selama ditahan PNI bubar dan mencipta dua kubu, non-ko yang lebih moderat bernama Partai Indonesia (Partindo) dan ko yang lebih kecil bernama Partai Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI-Baroe yang dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Soekarno kembali mencoba merajut keduanya, gagal. Maka iapun ke kubu Partindo, dan partai makin besar, medio 1933 memiliki anggota duapuluh ribu.
Tanggal 1 Agustus 1933, Belanda yang merasa terancam akan mobilitas, kembali menangkapo Soekarno, tanpa diadili ia diasingkan ke Ende di Flores lalu ke Bengkulu. Semasa pengasingan inilah, ia lebih banyak membaca, belajar Agama dan lebih kalem. Masa sewindu merupakan periode berirama antara kekuatan dan kelemahan.
Tahun 1942, invasi Jepang hanya butuh beberapa minggu untuk menghapus kolonialis Belanda yang berabad itu, bersama ibu Inggit dan anak angkatnya Soekarno bergegas ke pulau Jawa, tepatnya tanggal 9 Juli 1942 sampai di pelabuhan Jakarta dan langsung mengontak Hatta dan Sjahrir guna koordinasi dengan Jepang agar proses merdeka terlaksana. Hatta sepakat, Sjahrir menepi untuk jaringan politiknya sendiri.
Tahun 1943 berdiri Poesat Tenaga Rakjat (Poetera) atas izin Jepang dengan Soekarno-Hatta sebapai ketua dan wakil dengan harapan segera negeri menentukan nasib sendiri. Tanggal 23 Oktober 1943 Soekarno menikah dengan Fatmawati yang dikenalnya di Bengkulu. Pada November 1943 Soekarno-Hatta diutus ke Tokyo untuk bertemu kaisar Jepang sebagai langkah pertama guna mengucapkan terima kasih, tapi gagal. Pulang dengan tanda penghargaan tinggi, tapi tak membawa langkah kongkret Indonesia mau ke mana.
Menurut kutipan ramalan Joyoboyo bahwa pendudukan oleh bangsa kulit kuning tak akan lebih lama dari panenan jagung. Oktober 1943, Pembela Tanah Air (PETA) berdiri melanjutkan perjuangan. Lalu muncullah sejarah yang kini kita kenal dengan RT dan RW, guna menangkal serangan sekutu bila nantinya terjadi. Tanggal 29 April 1945 pihak Jepang membentuk Badan Penyelidikan Kemerdekaan Indonesia (BPKI), 1 Juli pidato Soekarno mengemukakan pandangan Pancasila sebagai dasar negara: nasionalisme, persaudaraan internasional, demokrasi, keadilan sosial serta keimanan penuh toleransi kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Tanggal 7 Agustus 1945 terbentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jepang lalu kena bom atom di Hirosima dan Nagasaki, tanggal 15 Agustus akhirnya terbentuk proklamasi, namun Soekarno menolak mengumukan segera tanpa persetujuan Jepang yang luluhlantak. Tanggal 16 Agustus para pemuda radikal menculik Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, namun tekanan tak membuat keduanya menyerah. berkat perwira Jepang Maeda, keduanya berhasil dibawa kembali ke Jakarta. Maeda juga menjadi saksi untuk menghadiri pengumuman proklamasi keesokan harinya jam 10 di halaman rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur nomor 56, besoknya Soekarno-Hatta diangkat Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama.
Pada bulan Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai pejabat Presiden, bulan Maret 1968 posisi presiden Soekarno dicabut, dan Soeharto menjadi Presiden Indonesia kedua. Tanggal 21 Juni 1970, sesudah jatuh sakit, pukul tujuh pagi dimumkan mantan Presiden Soekarno meninggal dunia di Jakarta. Pemerintah mengumumkan berkabung nasional seminggu, tanggal 22 Juni jenasah dikebumikan di Blitar dengan upacara kenegaraan besar-besaran.
Bagi Indonesia, dengan demikian masa Soekarno berakhir sudah. Namun sejarah akan terur tercatat merentang ke masa depan yang misterius.
Bob Berthy Hering lahir di Jakarta tahun 1925, mengenyam pendidikan dasar di sini, saat diduduki Jepang (1942-1945) menghuni beberapa kamp interniran di Bandung dan sekitarnya. Dibebaskan tak lama setelah Indonesia merdeka, empat hari sebelum Rapat Raksasa pada tanggal 19 September di Lapangan Ikada, saat itulah ia pertama bertemu Soekarno.
Selama dua puluh tahun Bob Hering mempelajari sejarah dua tokoh perjuangan kemerdekaan dari dua sisi sebelum perang dunia II, yakni kubu Ko dan Non-Ko, kelompok yang berkoperasi dengan pihak Belanda dan kelompok yang menolak bekerja sama, namun kedua kelompok mempunyai tujuan sama: Indonesia Merdeka!
Soekarno: Arsitek Bangsa | by Bob Hering | Pertama kalin diterbitkan bahasa Indonesia oleh Penerbit Kompas tahun 2012 | Manirus Plantema Foundation The Netherlands | Editor dan seleksi fot Jaap Erkelens | Penerjemah Mien Joebhaar | Desain sampul Wiko Haripahargio | Foto sampul: Saat perjalanan ke India, 24-28 Januari 1950, Soekarno mencoba naik sepeda sambil membonceng istrinya, Fatmawati | KMN 20205120018 | ISBN 978-979-709-632-8 | viii + 136 hlm; 14 cm x 21 cm | Cetakan ketiga, Mei 2013 | Skor: 4/5
Karawang, 220220 – Sandhy Sandoro – Bunga Mimpi