Agnes Grey by Anne Bronte
“Tetapi bukankah bekerja dengan aktif bisa menjadi obat terbaik untuk mengatasi kesedihan dan penawar yang paling mujarab untuk keputusasaan?”
Doa yang dia baca seolah bukan bacaan sama sekali, tetapi doa yang diucapkan dengan jujur dan tulus dari hatinya sendiri. Buku klasik yang bagus banget. Detail yang disampaikan nyaman diikuti, konfliks-nya juga seru. Mengambil sudut pandang seorang pengasuh anak yang galau, tumbuh dari keluarga pendeta yang miskin harta kaya hati, berilmu sehingga memutuskan menjadi pengajar untuk anak-anak orang kaya. Kita bisa menemukan ribuan cara jujur untuk mendapatkan rezeki. Di usia mekar 19-24 tahun, jatuh hati kepada seorang pendeta setempat, dan perseteruan batin dengan anak didik, anak sulung yang genit, cantik, kaya. Sampai akhirnya waktu memberikan pilihan akhir, menjawab segala keraguan. Kelemahan utama justru pada eksekusi ending. Happily ever after, laiknya kisah Disney yang berhenti dengan gambaran bahagia selama-lama-lamanya. Ya ampun! Ternyata kenikmatan mengantisipasi sesuatu jauh melebihi kesenangan memilikinya. Itu sentimen yang baik. “Aku menyuruh juru masak untuk membeli ikan. Aku tidak menjelaskan jenis ikannya secara khusus.” Dia bahkan tidak tahu jenis ikan apa yang akan disajikan untuk makan malam! Mengaku memesan ikan, dan tidak mengatakan ikan apa yang dimaksud!
Keluarga Agnes Grey terdiri dari ayahnya Richard, seorang pendeta lokal yang hidup sederhana, ibunya yang keturunan ningrat, dan kakaknya Mary. Enam anak yang selamat melewati masa bayi dan kanak adalah dua. Kau tahu, tidak seorang pun dari kita yang sempurna – bahkan kata-kata kasar terucap dari bibir Musa. Mereka terlihat harmonis, ideal hidupnya dengan peluk kasih keluarga, dan begitu sederhana. Rumah pendeta kecil yang tenang dengan segala beranda yang ditumbuhi tanaman ivy, taman nyaman. Taman kanopi langit biru cerah yang megah. Kisahnya dibuka dengan latar kehidupan orang tua Agnes, bagaimana cinta menyatukan mereka. Ibunya sejatinya hidup dalam keluarga kaya raya, tapi demi cinta meninggalkan segalanya. Cinta, terlalu mirip dengan penderitaan. Kasih itu ‘sabar dan murah hati. Tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, menutupi segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.’ Ia dihapus dari daftar waris karena pernikahannya yang ditentang dengan pendeta miskin. Ibunya tegar dan tetap kukuh pada pendirian, maka hubungan kepada kakek-nenek Agnes hanya terhubung dari pihak ayah. Sikapnya perpaduan antara kebodohan sungguhan dan cemoohan yang dibuat-buat terhadap benda-benda di sekitarnya.
Suatu saat ayah Agnes mencoba bisnis dengan menjual tanah warisan yang tak seberapa untuk modal, tabungan terakhir dan kebulatan tekad, sayang bisnis itu kandas bersama kapal yang tenggelam. Keluarga ini terlilit utang bank, dan di usia mekar 19 tahun Agnes mengusulkan mencari kerja sebagai pengajar privat (di sini disebut pengasuh) kepada keluarga kaya. Sungguh, ini kebijakan terbaik – karena bersikap pasrah dan menurut adalah bagian yang ditanggung oleh pengasuh, sedangkan merundingkan kesenangan mereka menjadi hak para murid. Awalnya ditentang, Agnes imut itu akan merantau? Mengabdi pada orang asing tanpa pengawasan orang tua? Oh tidaaak… awalnya. Tapi memang keadaan mendesak, dan Agnes bertekad membantu perekonomian. Semangatnya, walaupun dihantam dengan keras tetapi tidak patah. Maka datanglah kesempatan pertama, ia mengasuh anak-anak keluarga Bloomfield, pertama kali pula ia akan mencipta jarak dengan kakak dan orang tuanya. “Keangkuhan yang berlebihan akan mengeraskan hati, memperbudak kemampuan, dan menyesatkan perasaan.”
Pengalaman pertamanya bekerja berlangsung kurang baik. Anak-anak keluarga Bloomfield yang sombong sulit dididik. Anak-anak usia sembilan atau sepuluh tahun yang begitu kacau dan tidak dapat dikendalikan seperti ini pada usia enam atau tujuh tahun, pastilah seorang maniak. Hobi menyiksa binatang. “Kau sepertinya lupa bahwa semua makhluk diciptakan untuk kenyamanan kita. Jika memang demikian. Kita tidak berhak menyiksa mereka demi kesenangan kita belaka.” Maka dari pengalaman ini, Agnes lalu mudik sembari mencari pekerjaan lagi, beberapa lowongan di koran tampak menarik “Dicari Pengasuh.” tapi gajinya tidak, ia pun akhirnya malah memasang iklan pengasuh, dengan kualifikasi yang dimiliki ia-pun menaruh nominal yang diminta. Moral yang hampir tiada cela, temperamen yang lembut dan ceria dan sifat ringan tangan adalah syarat yang paling penting. “Bakatmu tidak sama seperti yang dimiliki setiap putri pendeta miskin, Agnes. Dan kau tidak boleh menyia-nyiakannya begitu saja. Ingatlah, kau berjanji untuk bersabar. Tidak ada gunanya terburu-buru. Kau memiliki banyak waktu, dan akan memiliki banyak kesmepatan.” Tak butuh waktu lama, ia mendapat kesempatan di Mr. Murray di Horton Lodge, di desa O__ sekitar 120 kilometer dari rumah, wah jauh sekali dari rumah. Keluarga Murray mengirim jemputan dan perpisahan kembali terjadi. Beberapa patah kata yang untungnya atau sialnya terdengar saat lewat tadi merombak cara berpikirku dalam menghormatinya.
Keluarga ini memiliki empat anak, dua perempuan dua laki-laki. Si sulung Rosalie yang sudah remaja terlihat genit, Matilda yang jagoan sukanya berpetualang berkuda di alam liar dan berburu, sementara dua adik yang imut Charles dan John di sini jarang disentuh karena berikutnya kisah akan berkutat dengan Rosalie yang mekar dan mencari jodoh dan sesekali Matilda yang suka petualang. Kita secara alami cenderung menyukai apa yang mendatangkan kesenangan pada diri kita, dan apa yang lebih menyenangkan dibanding dengan wajah cantik. Selama jauh dari keluarga ia beberapa kali mengalami home-sick. “Aku dilanda kerinduan hebat pada bunga yang begitu akrab dan dapat mengingatkanku pada lembah-lembah yang dipenuhi pepohonan atau lereng bukit hijau di rumah.” Aku seolah melihat awan hitam berkumpul di sekitar perbukitan di tempat asalku, dan mendengarkan gumaman marah badai yang siap meledak, dan memusnahkan rumah kami.
Di sana Agnes berkenalan dengan pendeta Weston yang membuatnya jatuh hati. Kesopanan kecil yang tidak perlu, tetapi aku menerimanya juga karena takut membuatnya tersinggung. Aku tidak pura-pura untuk menilai karakter seorang pria hanya dengan melihat wajahnya sekilas. Kunjungan rutin ke warga menjalin asmara tak terucap, dari sini sejatinya kita tahu mereka akan bersatu. Aku sangat sibuk sehingga tidak bisa datang menengoknya, itu akan lebih mendekati kebenaran. Perkataanku yang tidak penting diingat dengan baik, dia memperhatikan dengan teliti ketika aku menghilang dari peredaran. Masalah apa yang dikemukakan hanya belitan benang, pada akhirnya akan terurai. Sayangnya, prediksi itu jitu sehingga tak mendapat daya kejut. Tentu saja, harapan akan terus melambung, yang nantinya akan diikuti kekecewaan. Harapanku tidak sepenuhnya hasil dari keinginan dan imajinasiku belaka.
Si sulung menikah dengan keluarga kaya, awalnya ia menolak kepala pendeta dengan telak, mencipta patah hati yang menyayat. Lalu kegenitan kepada Weston hanyalah bumbu karena memang Rosalie dipersiapkan untuk menjadi istri keluarga ningrat. Semoga roh yang baik hati berkenan membisikkan kata-kata itu di telinga Mr. Weston. Karena kau mengaguminya atas dasar kata seseorang. Dari surat-surat yang dikirim dari berbagai kota di luar negeri, ia tampak bahagia, walau tekanan mendera, maka ia curhat pada Agnes masalah kesepian dan beratnya tekanan menjadi istri di usia muda. Mengundangnya berkunjung sebagai teman, menginap beberapa hari. Aku tahu semua ini alasan palsu, tetapi aku tidak keberatan, dan tidak pernah menentang pernyataan tersebut.
Ketika akhirnya kabar buruk diterima Agnes, iapun memutuskan mudik selamanya. Menemani ibunya membuka kelas untuk umum, keadaan ibuku sebaik yang bisa diharapkan, sekolah sederhana di kota pinggir pantai. Kepulangannya mencipta konsekuensi, berpisah dengan Weston, Aku memikirkan tentang pria miskin dan satu dombanya, dan pria kaya dengan ribuan domba, dan aku mengkhawatirkan Mr Weston untuk sesuatu yang tidak kuketahui, terlepas dari harapanku sendiri yang musnah. Memulai usaha sendiri dengan resiko lebih besar. Surat dari kakek dari pihak ibu muncul, dengan tawaran menggiurkan. Ibunya akan kembali dicantumkan di daftar waris andai mengakui kesalahan pilihan hidup, tapi dengan tegas menolak. “Aku bersyukur memiliki putri-putri yang bisa kudidik sendiri, aku tidak akan melupakan pencapaianku. Jika Tuhan mengizinkan aku akan berusaha untuk tidak berkeluh kesah.” Ia terlampau bahagia untuk keluarga kecil ini. Tegas, tanpa kompromi. Uang bukan segalanya, hati yang bersih dengan luapan cinta dari orang terkasih tak tergantikan. Selama Tuhan memberinya kesehatan dan kekuatan, dia akan menggunakan keduanya untuk menopang kehidupannya sendiri. Lalu bagaimana pilihan hidup Agnes? Dengan perasaan sedih yang aneh, berbaur dengan sensasi baru yang kuat, yang timbul dari pekerjaan baruku.
Kisah Agnes Grey sungguh membumi. Kalimat-kalimatnya terasa realistis, terlihat sekali Anne Bronte menuturkan pengalaman pribadi, seperti ketika kembali dari liburan musim panas atau Natal, “Aku kembali ke pekerjaanku dengan semangat yang tidak pernah padam.” Kalimat ini jelas adalah ungkapan orang yang pernah mengalami jarak dengan keluarga. Atau, “Aku telah ditempa kesulitan dan dibimbing langsung oleh pengalaman, dan aku ingin sekali menebus kehormatanku yang hilang di mata mereka yang pendapatnya sangat berarti bagiku.” Seolah kalimat ini dikutip dari buku harian. Dampaknya ajaib, kata-kata yang kuucapkan sebagai basa-basi demi kesopanan, diterima sebagai pujian penuh sanjungan.
Lalu pengalaman dengan Rosalie, seorang kaya muda dan memiliki banyak kemungkinan, jelas itu dikutip dari kalimat orang dekat yang pernah ia asuh. “Andai aku bisa selalu muda, aku akan memilih untuk tetap lajang. Aku ingin bersenang-senang sepenuhnya, dan main mata dengan pria di seluruh dunia sampai aku mencapai titik untuk bisa dipanggil perawan tua.” Itu jawaban yang telah kuperkirakan, tetapi tetap saja membuatku terguncang. Dia kaya dan muda, dan orang seperti itu tidak dapat memahami dengan baik pikiran wanita tua miskin sepertiku. Masih sangat relevan untuk masa sekarang, mungkin juga untuk seabad yang akan datang. Hobi Agnes juga klik denganku, dimana buku adalah sahabat terbaik. Aku berjalan-jalan di taman, menikmati tiga kemewahan sekaligus; kesendirian, buku, dan cuaca yang menyenangkan. Aku menganggap belajar dengan sangat teliti dan terus menerus sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu, dan mencederai pikiran sekaligus tubuh. Termasuk keenganan bersosial yang ga produktif. ‘Banyak orang berusaha masuk ke sana, dan mereka tidak mampu.’ Kata-kata seperti itu mematahkan semangatku.
Sepakat sekali ketika ia turut masuk ke semacam pesta, antara aktif berkata-kata atau pasif, serba salah. Kau mungkin sudah tahu bahwa kebahagiaan seperti ini bukan untukmu. “Tidak satu pun dari para wanita dan pria terhormat yang disebutkan terlebih dahulu memperhatikan kehadiranku, sungguh tidak menyenangkan berjalan di sebelah mereka dan bersikap seolah mendengarkan obrolan mereka atau berharap dianggap menjadi bagian dari mereka, sementara mereka berbicara seolah-olah aku tidak ada di sana.” Pernah merasakan hal itu, di mana kita terkucil di tengah keramaian. Cabut salah, bertahan lebih salah tingkah. Tidak ada yang lebih memuaskanku selain mengangkat tabir, yang menutupi matanya. Aku selalu kehilangan akal sehat saat terkejut. Aku harus pergi ke sana dengan wajah tenang dan tersenyum, dan tertawa dan omong kosong – ya, dan makan juga, jika memungkinkan seolah aku baru saja kembali dari jalan-jalan yang menyenangkan.
“Apapun yang terjadi, terjadilah. Dia pantas mendapatkannya.” Bagaimana kisah cintanya juga laik diikuti, ga menggebu, kalem saja, tapi bergerak lurus selaras dan bersama. Sedangkan perasaanku, aku akan berusaha untuk menyimpannya sendiri, jika aku tidak dapat memusnahkannya. Benar-benar anggun, ga salah Agnes terlahir dari kombinasi orang tua yang ideal. Pendeta yang sederhana dan ibu yang penuh kasih, walau asmaranya ditentang tapi berprinsip kuat. Ga semua orang bisa mengambil keputusan seperti itu. Karena itu tidak penting, sungguh. Pria itu akan baik-baik saja, setelah menikah, seperti kata Mamma, bajingan yang bertobat akan menjadi suami baik.
Ketika kita diusik oleh kesedihan atau kecemasan, atau lama ditindas oleh emosi kuat apa pun, yang seharusnya kita simpan sendiri karena kita tidak bisa mendapatkan dan mencari simpati dari makhluk hidup lain. Mencoba menghibur diri tentang penampilan. Orang-orang bijaksana tidak pernah menginginkan kecantikan untuk mereka sendiri atau peduli pada kecantikan orang lain. Jika pikiran dikembangkan dan hati dipenuhi kebaikan, tidak ada yang peduli dengan penampilan luar.
Mereka yang berharap mendapat keberhasilan harus mengabdikan diri, baik jiwa dan raga, kepada panggilan jiwa mereka, dan jika mereka menyerah pada kemalasan atau kesenangan pribadi, mereka akan ditinggalkan jauh di belakang oleh pesaing yang lebih cerdas. Semua itu cukup penting sehingga aku mengalami sore yang penuh keceriaan, malam yang penuh mimpi indah, dan pagi penuh harapan.
Aku mendapat begitu banyak suka cita dengan memikirkannya dan jika aku menyimpan pemikiran itu untuk diriku sendiri, dan pemikiran itu tidak menyusahkan orang lain, apa salahnya? Akhir yang bahagia untuk orang-orang baik. Hufh… ga ada tragedi, ini adalah buku romantis dengan gula-gula di tiap lahapannya. Berada di dekatnya, mendengar suaranya saat bicara dan meras bahwa dia menganggapku cukup berarti untuk diajak bicara – mampu memahami dna menghargai percakapan itu mestinya – itu cukup.
Anne Bronte adalah anak bungsu keluarga Bronte, lahir di Inggris pada 17 Januari 1820. Kakaknya Charlotte Bronte (Jane Eyre) dan Emily Bronte (Wuthering Heights) cenderung romantis, Anne lebih realistis. Agnes Grey adalah catatan ia semasa menjadi pengajr privat.Emily meninggal tahun 1848, Anne setahun berselang pada usia dua puluh sembilan, diduga karena penyakit paru-paru. Agnes Grey merupakan debut yang terbit tahun 1847 dengan nama pena Actor Bell.
Sekali lagi saja, dan kemudian selamat tinggal impian hampa. Mulai saat ini pikiranku hanya boleh dipenuhi dengan kenyataan yang apa adanya, keras dan menyedihkan. Siapa orang yang menggantungkan harapannya pada dahan yang begitu rapuh? Kau tidak punya landasan untuk menumbuhkan harapan. “Cara terbaik untuk menyenangkan diri sendiri adalah melakukan apa yang benar dan tidak membenci siapa pun, tujuan agama bukanlah mengajari kita cara untuk mati, tetapi cara untuk hidup. Dan semakin cepat kau menjadi bijak dan baik semakin banyak kebahagiaan yang akan kau dapat. Jadilah kehendak-Mu, Bapa segala sesuatu mungkin bagi-Mu, jadilah kehendak-Mu.”
Agnes Grey | by Anne Bronte | Diterjemahkan dari Agnes Grey | Penerjemah Ayu Pujiastuti | Penyunting Dyah Agustine | Proofreader Enfira | Desain sampul A. M. Wantoro | Penerbit Qonita | Cetakan I, Desember 2016 | 296 h.; 20.5 cm | ISBN 978-602-402-050-7 | Skor: 5/5
Karawang, 190120 – 280120 – The Corrs – Radio (Acoustic)
Daftar Harbolnas Mizan. Enam sudah, sembilan menuju. Lady Susan – Cannery Row – Rafilus – The Woman in Black – Fiesta – Agnes Grey – Ziarah – The Red-Haired Woman – A Fair Lady & A Fine Gentlement
Visi yang cerah berbaur dengan harapan. ‘vikaris yang layak.’ Aku akan berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan orang-orang di sekelilingku, dan imbalan bagiku adalah akhirat.