“Sudah berkali-kali hati saya kecewa sebelum meninggalkan lembah durjana ini untuk dunia yang lebih baik. Tapi kekecewaan yang saya rasa paling dalam disebabkan oleh…”
Berisi dua cerpen tentang masa depan yang mengerikan. Di penghujung abad 22, manusia sudah menemukan obat abadi, dimana penuaan bisa disikat. Tak ada wabah, tak ada perang, tak ada pembunuhan massal. Kedamaian yang didapat? Belum tentu. Kematian menjadi barang langka, usia manusia sungguh panjang. Kakek nenek, bisa hidup bersama dengan cucu cicit, dan generasi setelahnya. Dan bagaimana manusia menghadapi bencana overpopulasi? Satu lagi, adalah masa depan yang bisa jadi solusi masalah cerpen pertama, populasi manusia diatur agar seimbang, setiap kelahiran berarti harus teregister kematian lain. Maka tampak jahat, tampak membunuh adalah kelaziman. Dua tema yang luar biasa menantang nalar, dua opsi masa depan yang sungguh misterius dan mengerikan. Perang adalah damai? Ataukah, anti-perang adalah damai?
#1. Perjalanan Nun Jauh Ke Atas Sana
“Kalau begitu, seratus tahun lalu juga sudah ada.” Kakek Ford hidup di tahun 2185 bersama banyak keluarga dekatnya, panjang umur dalam arti sebenarnya. Saat minuman anti-geranose ditemukan ia berusia 70 tahun dan sampai 102 tahun kemudian ia masih hidup. Menjadikan privasi adalah barang mahal, langka karena dunia tampak sempit, orang makin banyak. Orang jadi mendamba hidup dalam penjara yang tenang, barangsiapa yang berani menyebarkan berita bagaimana nikmatnya penjara tak akan boleh masuk lagi.
Dengan sudut pandang Lou, keluarga ini hidup berhimpit dalam apartemen bersama seluruh keluarga dari kakek, ayah, anak, cucu, cicit… Kakek Ford sebagai generasi paling tua, memegang surat wasiat nantinya kepada siapa kasur di kamarnya diwariskan, dan selalu mengancam mereka-mereka yang mengusik kenyamanan di jelang akhir hidupnya. Di tengah ruang ada ranjang yang empuk, tinggi, luas dan berkanopi yang dicita-citakan seluruh keluarga Ford. Namun dengan obat anti-aging, entah hidupnya mau sampai kapan? Aku tidak akan panik sampai aku yakin aku memang layak panik akan sesuatu. Hiruk-pikuk dunia ini akan segera lepas dariku bagai jubah bagai jubah berduri, dan aku akan segera menemukan kedamaian.
Pertanda kematian sama asingnya dengan Zoroastrianisme atau pemberontakan Sepoy, membungkam suara dan melembamkan hati mereka masing-masing. “… nanti ketika bendera kotak-kotak di Indianapolis Speedway dikibarkan, dan ketika kakek sudah siap buat Perjalanan Nun Jauh Ke Atas Sana.”
#2. 2BR02B
Nomor telpon 2BR02B dibaca to be or not to be, yang diambil dari soliloquy dalam buku tragedi Hamlet yang artinya pengungkap kegalauan hidup dan keinginan bunuh diri bahwa ayahnya ternyata dibunuh pamannya sendiri. Di sini dijadikan humor satir tentang masa depan yang ideal, angka kelahiran diatur sedemikian rupa, sehingga klik dengan angka kematian. Menurut Undang-undang, seorang bayi hanya boleh hidup bila orangtuanya berhasil menemukan seseorang yang mau sukarela mati.
Di era itu, tak ada penjara, tak ada kampung kumuh, tak ada rumah sakit jiwa, tak ada cacat, tak ada kemiskinan, tak ada perang. Seluruh penyakit sudah ditaklukkan, begitu juga usia tua. Kematian, kecuali kecelakaan adalah petualangan bagi mereka yang sukarela. Penduduk Amerika stabil di angka Empat Puluh juta.
Si Pelukis merenungkan teka-teki menyedihkan tentang kehidupan yang ingin dilahirkan, dan setelah dilahirkan, dan peranak pinak, dan menjalankan kehidupan yang lebih lama, planet ini dituntut untuk bertahan selamanya. Pelukis, dan model lukisan Leona Duncan, dan kenaifan yang fana.
Dengan setting rumah sakit bersalin Chicago dengan lukisan ‘Studio Bunuh Diri Etis’. Seorang ayah Edward K. Wehling Jr. mendapat karunia anak kembar tiga. Yang otomatis harus merenggut tiga nyawa, atau mau mengorbankan salah satu atau salah dua guna penyeimbang. “Aku tidak mau mati di otomat…”
“Kota Anda berterima kasih pada Anda, negeri Anda berterima kasih pada Anda, planet Anda berterima kasih pada Anda, tapi yang paling berterima kasih adalah generasi mendatang.”
Kubaca kilat pada hari Senin (21/10/19) ketika istirahat kerja. Sebelum makan siang, dan setelahnya. Di meja kerja sembari mendengarkan kumpulan lagu lokal, kutuntaskan di ruang ATK (Alat Tulis Kantor) dengan rebahan santuy. Bukunya tipis sekali, hanya berisi 46 halaman. Dari Penerbit OAK yang kini sudah tutup, masuk ke dalam kolektor edition, di mana halaman muka ada nomor koleksinya. Saya mendapatkan nomor 090. Menurutku exclusive sih, bagus sekali buku dinomori oleh Penerbit. Dengan kover bagus banget, lukisan karya Arwin Hidayat, seolah mewakili kisah suram yang ada, masa depan yang rumit. Mengekspresikan wajah-wajah tanya, seolah memang kita (nantinya) memang hidup di masa tak tentu arah. Namun tetap dengan masalah utama yang sama, dulu, kini dan nanti.
Umat manusia sudah mampu mengalahkan kehendak Tuhan. Kesejahteraan hidup yang makin menjamin, kelahiran tak terkendali, harapan umur panjang. Longevity – yang mengingatkan pada tulisan Shailesh Modi bahwa di era exponential harapan hidup manusia bertambah 3 bulan setiap tahunnya. Empat tahun lalu harapan hidup manusia ada di angka 79 tahun dan akan terus naik saat ini ada di angka 80. Artinya di tahun 2036 harapan hidup manusia akan mencapai 100 tahun! Teori transhuman. Sementara bumi menyediakan sumber daya alam yang dalam prediksi matematis tak akan cukup dalam 50 tahun ke depan. Manusia banyak, makanan kurang. Sebuah ancaman yang harus diantisipasi yang kini jadi debat rumit para ilmuwan. Solusi untuk mencegah kepunahan umat. Masuk akal sekali-kan?
Di sini kita disuguhi opsi pertama, seolah pembiaran berjalan laiknya saat ini. Sehingga overpopulasi atau populasi dijaga seimbang dengan konsekuensi yang sangat mahal.
Ini adalah buku kedua Kurt Vennegut yang kubaca setelah Gempa Waktu yang wow itu. Gempa waktu 2001 merupakan nyeri otot kosmis dalam tendon-tendon Takdir. Ketika kota New York pukul 14:27 tanggal 13 Februari tahun itu, Alam Semesta mengalami krisis kepercayaan diri. Haruskan ia mengembang tanpa batas? Apa maknanya? Alam Semesta mendadak sontak menyusut sepuluh tahun tanggal 17 Februari 1991. Hebat ini penulis, memainkan ironi kehidupan. Imaji tak berbatas, menantang nalar, memadukan realita dengan konsep-konsep fantasis khas fiksi ilmiah. Menertawai sekaligus mengutuk kebiadapan manusia dan kedangkalan manusia abad 20.
“Dunia ini seharusnya sedikit berantakan, menurutku.”
Perjalanan Nun Jauh Ke Atas Sana | by Kurt Vonnegut | Diterjemahkan dari Big Trip Up Yonder | Penerbit OAK, 2017 | Cerakan pertama, Seprtember 2017 | Penerjemah Widya Mahardika Putra | Penyunting Widya Mahardika Putra | Penggambar sampul Arwin Hidayat | Perancang sampul Azka Maulana | Penata Letak Hengki Eko Putra | x + 28 hlm., 12×18 cm | ISBN 978-602-60924-5-8 | Skor: 4/5
Karawang, 231019 – Raisa – Mantan Terindah