Republik Rakyat Lucu – Eko Triono

Kalian menyaksikan orang belajar dan lulus, sementara kalian, oh, wahai ruang kelas dengan segala isinya, kalian senantiasa di sini setia menampung dan menelan semua kebodohan anak bangsa yang datang pada suatu pagi dan tetap bodoh pada suatu sore.”

Buku kedua Bung Eko Triono yang kubaca setelah Para Penjahat dan Kesunyiannya Masing-Masing. Kurang suka komedi macam gini. Kumpulan cerita yang mencoba melucu, beberapa lumayan bikin senyum, tapi mayoritas ya gitulah. Mencoba satir, kritik sosial, kritik politik, bagaimana pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tak bijak, tapi warga juga sama komedinya, sama konyolnya seperti kisah klakson kendaraan saat lampu lalu lintas masih hijau, kan aneh. Tapi beneran nyata! Tokoh utama adalah Gembus, mengingatkanku pada tokoh Tom Gembus di koran harian Solo Pos yang satu frame sama Jon Koplo dan Lady Cempluk. Cerita keseharian warga negara Indonesia dalam balutan Rakyat Lucu. Sepanjang-panjangnya kemarahan, toh kosakata manusia terbatas jumlahnya.

Terbagi dalam tiga bab utama, seperti fase kehidupan manusia. Pendidikan, kuliah dan pekerjaan, sampai irisan sosial dengan sekitar.

#1. Masa Belajar dan Jatuh Cinta
Bagian ini merupakan kritik pendidikan di negara kita yang aneh bin ajaib. Seperti hukuman buat yang terlambat diminta berdiri di bawah terik, tanpa kecuali. Awalnya murid, lalu guru, lalu kepala sekolah, lalu ke atas terus hingga presiden. Karena terasa memberatkan hukuman ditiadakan saja. Hehe…

Kritik yang menohok ada di Kalah Sama Tukang Bengkel, bagaimana sebuah sekolah akan disidak, seorang murid Gemplak yang belum bisa baca coba disembunyikan, eh malah kena. Akhirnya sekolah mencipta aturan, bagi murid yang tak bisa baca keluar, rekrut siswa hanya yang sudah bisa baca, biar kualitas sekolah terjaga. Lantas buat apa sekolah dasar kalau semua siswa sudah pada bisa baca? Inisiatif akademis yang aneh sejatinya. Mirip kan dengan pola rekrut kampus ternama yang ketat, disaring agar hanya yang unggulan masuk, lantas apa yang akan dikuliahi kalau dah pada unggul?

Obsesi nama Siti yang lucu, LKS berkah untuk sampingan bisnis, sampai akhirnya cerita cinta monyet yang berengsek. Jadi Gembus diminta buat puisi oleh gadis idaman, setelah merenung, menekur sampai bermuhasabah di Perpustakaan guna mencipta syair masterpiece, puisi jadi lalu dikirim. Hasilnya? Puisi itu malah berakhir di Kusno, siswa tampan nan rupawan. Ternyata puisi ciptaan Gembus hanya dijadikan alat gaet. Sedih cuk!

Ditutup dengan mengharu, bagaimana Gembus dan siswa teladan tak melakukan corat coret baju kelulusan, dengan melakukan tindakan mulia terhadap sekolah dan sekitar, mendermakan seragam, sampai memberi makan burung dan semut di sekitar sekolah seolah mereka kerasukan nabi. Cita-cita mulia menjadi menteri pendidikan.

#2. Meniti Karier, Sengsara, Kadang Tertawa
Pendidikan adalah investasi peradaban. Ini bukan ruang publik atau kapitalisme. Pendidikan merupakan ruang kultural, kebudayaan, tempat untuk memanusiakan manusia dan seterusnya. Kisah kuliah yang nyeleneh. Surat miskin untuk beasiswa tak mampu, diperuntukkan warga kaya. Gembus yang sulit mendapat stempel di kelurahan merasa dirugikan. Maka kita ciptakan saja stempel sendiri.

Kisah cinta yang diperumit lebih konyol lagi. Gadis cerdas yang keblinger ketika diucap sayang. Tiap kali gadis itu lewat taman bunga, bunga-bunga di sana akan layu seketika, menyembunyikan diri mereka sebagai budak warna-warni di hadapan sang tunggal ratu cantik. Haha, selalu muncul mengapa. “Kalau begitu harus jelas dulu…” Matahari redup dan entah mengapa terasa sedingin itu waktu.

Bagian saat menafsirkan ayam terbang malah lebih rumit. Beberapa pakar lelucon kelak menafsirkan bahwa kelucuannya adalah puncak dari perenunagn itu sendiri. Bagaimana beli togel berdasarkan mimpi, menghitung kemungkinan angka. Ayam yang tertabrak kereta di dekat perlintasan, ayam terbang, kok bisa? Otak atik gatuk yang ternyata ga gatuk, karena istrinya yang jitu. Ah ngapusi

Pengalaman menjadi guru honorer bergaji cekak, nyambi ojek online, di mana penumpangnya siswinya sendiri, cium tangan sebelum dan sesudah antar beli kue ulang tahun. Dan akhir yang mengharu. Andai ojek online sudah ada lima belas tahun lalu, saya yakin saya juga akan berprofesi sampingan itu. Kala itu, banyak waktu luang, bingung cara nambah uang, terhimpit di rantau dalam kebusukan asap kendaraan kota. Ah.. masa lalu… Ahsu dahlah...

#3. Karier Politik dan Ke Mana Angin Menggiring Nafsu Batin
Anda tak lolos seleksi, kami hanya butuh kader berpengalaman, mampu bekerja sama dengan baik.” Hehe.. setiap ganti bab, ada karikatur sebiji di belakang judul. Yang pertama menolak olahraga karena yang dibutuhkan adalah olah jiwa. Yang kedua tentang cinta, mengapa mencintai? Ya karena cinta itu sendiri. Nah yang ketiga ini menurutku paling lucu, bagaimana rekrut kader partai berjalan? Karena integritas? Enggak! Luar biasa murni? Nope! Trus? Karena yang dibutuhkan yang bisa kerja sama. Nah!

Kalau mengumpulan cerita kelucuan, kekonyolan nan tragis tentang politik serta partai politik dan lingkaran politikus, Republik ini juaranya. Bisa sekarung penuh, membuncah, melebihi kapasitas. Bisa diketik sepuluh ribu kata, dalam semalam karena ide norak melimpah ruah, mengalir menganak sungai. Ga percaya? Baru juga kemarin lusa, politikus menjelma koemdian di acara talkshow tengah pekan. Manjadi trending topik berhari-hari, betapa para politikus kita lebih lucu dari badut. Bab ini hanya sebagian sangat kecil yang terjadi di negeri ini.

Jajan diluar? Jajan begituan. Jelang pemilu, jadilah merakyat. Banyak cara menjadi jelata secara instan. Akting ala kadar atau mendalami? Bisa diatur. Yang paling tragis mungkin adalah kunjungan presiden yang menyukai warna kuning. Segala sandiwara coba dicipta. Ketika presiden datang, ciptakan suasana hangat, senyum ramah, kemakmuran terlihat, warga bahagia, semua sejahtera, gemah ripah loh jinawi. Dan rencana sang presiden naik kapal batal, diganti helikopter, semua rencana itu buyar. Kekacauan yang ada. Alami kan!?

Diakhir dengan kunjungan menteri Finlandia ke Indonesia, ketika malam ia turun ke masyarakat dan mengejutkan karena banyak orang tidur di pelataran toko, banyak pemulung, dan betapa mengerikan melibatkan anak-anak dalam putaran ekonomi? Menteri Pendidikan si Gembus itupun ngeles, natural. Menyatu dengan alam dan mandiri. Haha.. oke sip! Gembus yang ketika sekolah begitu idealis itu? Ya. Gembus yang mahasiswa jenius itu? Iya.. begitulah negeri ini berputar, saat tanggung jawab ada di tangan, rencana-rencana brilian yang disusun dan diniatkan sirna.

Secara cerita ini hanya have fun aja sih, sekelat lewat buat refreshing, mengejutkan juga masuk ke sastra. Sudah tepat tersingkir cepat. Entah mengapa lelucon semacam ini bisa menyeruak, padahal kurang menyentuh kalbu, kurang mendalam. Catatan-catatan yang bisa ditemui di berbagai sosial media bisa jauh lebih lucu. Kisah-kisah seperti ini tak akan membuat kerut mengerut, ga perlu banyak mikir, sekadar seru-seruan. Beberapa mencoba filosofis, Ada orang tua di desa yang mengajari melihat bulan purnama dari genangan air di gentong. Bahwa semesta adalah penjelmaan dari penciptanya. Beberapa mencoba puitis, tapi poin utamanya memang komedi, seperti judulnya. “Ketidakpastian adalah ruh kreativitas.”

Sembilan dari sepuluh sudah selesai ulas. The last one is coming…

Republik Rakyat Lucu dan Cerita-Cerita Lainnya | Oleh Eko Triono | Penyunting Ipank Pamungkas | Penyelaras akhir Reddy Suzayzt | Tata letak Werdiantoro | Ilustrasi isi Fathurrahman Karyadi | Rancang sampul Sukutangan | Copyright 2018 | ISBN 978-602-5868-40-5 | 168 halaman | 13 x 19 cm | Penerbit Shira Media | Skor: 3.5/5

Karawang, 121019 – Diana Krall – Cry Me A River

Thx to Paperbook Plane, Shopee dan Titus RP, dua buku KSK terakhir bisa kunikmati berkat mereka.

Iklan

2 komentar di “Republik Rakyat Lucu – Eko Triono

  1. Ping balik: Kusala Sastra Khatulistiwa 2019: Teh & Sadimin | Lazione Budy

  2. Ping balik: 110 Buku Yang Kubaca 2019 | Lazione Budy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s