Teh dan Penghianat – Iksaka Banu

Tetapi dengan membuka kebejatan moral ini selebar-lebarnya kepada umum, kepercayaan orang kepadanya akan luntur…

Ketika tahu buku Iksaka Banu masuk daftar panjang kandidat, saya sudah memprediksinya akan melaju ke daftar pendek, bahkan sebelum kubaca. Ketika beliau menggarap cerita pendek, ada nada optimis. Apalagi ini adalah cerita fiksi dibalut sejarah, ga bisa sembarangan menggubah, dengan turut terus mengikuti alur waktu.

#1. Kalabaka
Pembuka yang menghentak, di ujung Barat Indonesia era kolonial, bagaimana para penjajah menduduki Aceh dengan segala cara, dengan segala upaya, jelas bukan dengan diplomasi. Hukuman mati bagi para pembangkang, libas tanpa hati. “… Aku hanya ingin mengatakan, cukup sering kekacauan bermula dari kita sendiri. Seandainya kita lebih bijaksana hal seperti ini tidak akan terjadi.”

#2. Tegak Dunia
Perdebatan bumi bulat atau datar sudah ada sejak doeloe kala, ini hanya sebagian kecil konflik yang dicipta. Bagaimana para pemuka agama menentang penciptaan dan penggunaan globe, bola dunia, bahwa bumi bulat seperti bola dengan pemetaan detail daerah yang ada. “Banyak orang sesat di luar sana. Tuan ingin menambah jumlah mereka?”

#3. Teh dan Penghianat
Mengejutkan. Bagus banget euy, cocok buat jadi judul buku. Para pemilik teh dan cara bertahan dari gempuran musuh, baik penduduk lokal atau perantau Asia lainnya. Para tentara bayaran ini mau saja melawan warga negaranya sendiri, meredam perang, membunuh para bumiputera yang mencoba memberontak kompeni. Target berikutnya, Perang Padri! Wow, ending yang sakti. Sebaiknya kita tetap waspada, penghianat tetaplah penghianat. Sentot dan kekuatan uang.

#4. Variola
Kisah aneh di zaman percobaan penemuan obat penyakit menular. Vaksin variola, cacar sudah didapat, proses peralihan dan menjaga daya tahan dengan memasukkan ke dalam tubuh anak-anak (Eropa) sehat yang akan dibawa ke Bali, tempat wabah sedang berlangsung. Pihak Panti menentang, pihak Gereja menolak. Dan kitapun disuguhi ending yang mengharu pekat. Ada jalan, selalu ada jalan bagi mereka yang terus berjuang. Rahasia hitam tuan Diaken.

#5. Sebutir Peluru Saja
Ini cerita sejatinya sederhana. Perampok, begal yang meresahkan warga, tersudut di atap rumah seorang juragan, lalu sang aku, Tuan Skaut sedang lewat, maka dihadang seseorang untuk dimintai bantu. Karena aku memegang senapan, barang langka bagi bumiputera, diminta menembak jatuh sang penjahat. Namun, tak semudah itu menentukan, ada fakta-fakta meyakitkan mengapa sang begal beraksi selama ini. Peristiwa yang patut disesali, sepanjang hidup.

#6. Lazarus Tak Ada di Sini
Mengharukan, saat sekarat seorang Letnan sedang dijenguk pendeta untuk bertobat, untuk mengucap doa kidung puji jelang ajal. Ternyata sang Letnan Lazarus Willem Stijthart memiliki masa lalu yang lebih dalam tentang ajaran agama, menghafal banyak ayat, memahami detail isi Alkitab. Dan bagaimana menenangkan hati, jiwa sekarang itu? Menggubah ayat, menanamkan kesejukan menuju alam lain. “Apakah Ia akan menerimaku?

#7. Kutukan Lara Ireng
Dengan dalih menjaga kesehatan warga, dengan dalih uang yang menguntungkan, dengan dalih untuk kepentingan umat, sebuah konspirasi dicipta. Kapten Frederick Zwarteboom adalah kepala kapal operasi narkoba, ditugaskan operasi di wilayah pantai Jepara, Juwana dan Rembang, dia biasa tanpa asisten, kali ini ada perintah dari pusat bahwa Agen Polisi Bernard Eigensteen akan menjadi side kick dalam operasi tangkap tangan para gembong di lautan, sang junior yang takjub lalu menjadi gugup, dan harus memutuskan sesuatu yang berat, turut terjerumus dalam kosnpirasi atau mati?

#8. Di Atas Kereta Angin
Bagi mereka, pantalon dan sepatu adalah pembeda kedudukan antara priyayi dan kawula. Cerita paling ringan, konfliknya hanya boleh enggaknya pesuruh bumiputera mengendarai sepeda milik tuan tanah. Karena Kees memiliki Fiets atau kereta angin alias sepeda baru merek Columbia Roaster maka sepeda lama boleh dipakai si Dullah, untuk keperluan sehari-hari, ada temannya, Jan yang berkunjung dan keberatan seorang lokal mengendarainya, haha… lalu adegan piknik ke Prambanan menjadi lelucon tak lucu. Tragedi terusirnya Spanyol dari Kuba dan Filipina tidak terjadi di sini. “Beberapa orang masih di masa lalu. Ingin diperlakukan seperti raja diraja. Terutama para pegawai negeri. Kasihan.”

#9. Belenggu Emas
“… Kita hidup dalam diskriminasi.” Sebuah perjuangan perlawanan, persamaan hak perempuan tak hanya milik pribumi. Seorang istri Belanda-pun melakukan hal yang berani demi menjaga supremasi persamaan hak. Seorang penyuka sastra, seorang wanita yang ingin mandiri setelah kecewa pada sebuah fakta tentang suaminya, lalu Nyonya Westenenk berkunjung ke Sumatera untuk menjadikan dirinya seorang kontributor tulisan koran lokal Soenting Melajoe yang mana pemiliknya adalah wanita. Jadi penasaran sejarah hidup Roehana Koeddoes. “The white man’s burden.

#10. Nieke de Flinder
Ini tentang skandal seks orang penting. Sungguh menghibur, sungguh mendebarkan ketika kepala redaksi menolak memuat kisah asmara terlarang seorang berpengaruh. Setelah mereka yang hidup dari kepuasan jasmani tanpa pernikahan, musnahlah dari muka bumi mereka para penyuka sesama jenis. Dan dua kertas yang diketik itu. Duh… keren sekali kakak. “Awalnya semua baik-baik saja, sampai si wanita merasa diperlakukan tidak adil. Itu motif yang selalu berulang…” Hidup memang penuh rintangan, dan siapa yang berani mengambil resiko itu, termasyurlah… Orang bisa berkedok apapun. Tetapi jejak asusila mudah tercium. “… Itulah tugas polisi, memata-matai moral?”

#11. Tawanan
Jarak dan ketegasan akan memunculkan rasa segan, yang pada gilirannya akan membangun kepatuhan. Pihak Belanda yang tertawan, pribumi dibantu sang Hollander meminta tanda tangan kesepakatan tukar tawanan tanpa syarat. Para bumiputera yang dikira lemah itu ternyata kini sudah menghebat, merdeka hati dan pikiran, memperjuangkan hak hidup, mengusir mereka yang coba kembali mendompleng kekuasaan. Renyah.

#12. Indonesia Memanggil
Australia punya andil untuk kemerdekaan Indonesia. Lewat buruh angkut di Pelabuhan di Brisbane dan sekitarnya, mereka melakukan mogok massal ketika kapal perang Belanda berisi perlengkapan senjata yang akan diberangkatkan ke Jawa pasca Proklamasi, diblokir, dilarang bergerak. Indie Verloren, Rampspoed Geboren. Dan keputusan Jannes Grisjman yang berani.

#13. Semua Sudah Selesai
Tahun 1950an Indonesia banyak menasionalisasikan Perusahaan asing, beberapa yang coba bertahan pun dipaksa hengkang, atau menjadi tamu di bekas jajahannya. Tak terkecuali sebuah industri roti, dengan citarasa lezat dan nama besar, Arnoud Scherpezin mengalami dilema berat. Pulang ke Belanda atau bertahan dengan beberapa konsekuensi rumit, ia mungkin sudah jatuh hati sama Indonesia, sama para pekerja, dan rutinitas penciptaan roti, waktu berjalan maju tanpa memberi kesempatan kedua, putuskan! Semua sudah selesai. … aku mendengar suara tepuk tangan. Semakin lama semakin keras.

Harus diakui, Bung Iksana mencerita dalam novel Sang Raja sungguh terlihat biasa sekali, kalau ga mau dibilang buruk. Entah kenapa, aturan dasar untuk tak mengikuti garis dalam menata kata di Sang Raja malah dilakukan, runut, panjang dan membosankan. Boring, mudah sekali ketebak. Saya belum baca, Semua Untuk Hindia yang menang Kusala Sastra Khatulistiwa 2014, tapi jelas Ratu Sekop adalah kenikmatan tersendiri dalam melahap cerita pendek dengan tema beragam. Teh dan Penghianat, lebih susah dibuat karena semua temanya tentang sejarah pendudukan Belanda di Indonesia dari zaman perang Aceh sampai pasca Proklamasi. Dan rupanya, berhasil mempertahankan tempo, tempao kenyamanan menelusur kata per kata. Menghentak di pembuka, menggila di tengah, ceria dalam peluk setia di akhir. Paket komplit. Apakah dua kalimat akhir itu pertanda juara?

Prediksi: Well, secara kompetisi lima kandidat utama Prosa sudah kubaca ulas semuanya. Teh Dan Penghianat jelas masuk pusaran kemungkinan besar memegang piala utama. Lawannya hanya satu, head-to-head dengan Tango & Sadimin. Siapa yang akan menang? Tunggu lusa, dalam ulasan lengkapnya.

Perang selalu kejam dan membingungkan. Menguras akal sehat. Pihak yang berhadapan masing-masing merasa paling benar…”

Teh dan Penghianat | Oleh Iksaka Banu | KPG 59 19 01637 | Cetakan pertama, April 2019 | Perancang sampul Adi Suta | Ilustrasi Adi Suta | Penataletak Tim Pracetak Grafika Mardi Yuana | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia | xii + 164 hlm.; 13.5 cm x 20 cm | ISBN 978-602-481-137-2 | Skor: 5/5

Untuk anakku: Demetrius Dyota Tigmakara

Karawang, 091019-111019 – Sherina Munaf – Pergilah Kau

Thx to Gramedia World Karawang, jalan kaki sepulang kerja ke sana selalu merupakan kenikmatan tak terkira. Buku ini kubeli di sana setelah beberapa toko daring sudah kosong dan pencarianku saat mudik Solo juga berakhir hampa.

6 komentar di “Teh dan Penghianat – Iksaka Banu

  1. Ping balik: Kusala Sastra Khatulistiwa 2019: Teh & Sadimin | Lazione Budy

  2. Ping balik: Best Books of 2019 | Lazione Budy

  3. Ping balik: 110 Buku Yang Kubaca 2019 | Lazione Budy

  4. Ping balik: “Saya Sudah Mencoba Menjalani Hidupku Sebaik Mungkin…” | Lazione Budy

  5. Ping balik: Kusala Sastra Khatulistiwa 2020: Tepuk Tangan Untuk Am Siki | Lazione Budy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s