Mari Lari – Ninit Yunita

Lari itu rada tricky, Yo. Banyak orang mengira dengan lari kita akan jadi fit. Sebenarnya untuk lari kita harus agak fit dulu. Setelah lari kita akan jadi lebih fit.”

Buku yang sederhana. Sang Penulis dengan enteng bilang di bagian saat akhirnya jadian, “Terima kasih Tuhan untuk jalan yang mudah ini.” Dan yah, buku yang bagus adalah buku dengan konflik berat dan cara berat untuk menyelesaikan masalah. Uraian masalah di Mari Lari begitu sederhana, ‘Yang penting satu hal saja, semangat.’ Padahal semangat saja tak cukup.

Ada tiga masalah utama yang dihadapi sang tokoh utama, Rio. Pertama kuliahnya di jurusan Ekonomi kini memasuki masa genting menuju skripsi. Mendapat pembimbing killer, sehingga butuh perjuangan ekstra. Kedua, karir. Sedari pembuka kita disuguhkan fakta bahwa Rio adalah sales yang buruk, masalah dasar menjual saja ga tahu. Sebagai sales mobil mewah, sungguh ironi alias konyol. Ketiga jomlo, dan diciptalah gadis impian untuk menuntaskannya. Jadi masalah utamanya harta, takhta, wanita? Ya, tiga TA. Lha, dimana letak lari? Nah, lari menjadi kunci jawaban ketiga masalah itu. Semua dicipta indah, duh hidup manis bener-benar ciptaan penulis, hidup ini bukan ciptaan Tuhan. Sakarepe dewe.

Kubaca sekali duduk pada hari Selasa, 26 Februari 2019 sepulang kerja. Ini buku sinetron sekali. Rio yang selalu mengecewakan orang tua. Mendidik anak itu seperti memahat kayu untuk menjadi patung dengan mata terpejam. Setelah merasa gagal di segala hal, hati Rio terketuk buka saat ibunya meninggal. Kedua orang tuanya adalah atlit lari, dan saat tahu empat bulan lagi ada event Marathon di Bromo bahwa ibunya sudah terdaftar, maka ia memutuskan akan menjadi pelari pengganti, akan menjadi bagian dari kebanggan yang tersisa. Dan simsala bim, sang pecundang menjelma hebat. Demi bib! Bib adalah nomor lari yang ada di depan dan di belakang.

Disusun segala hal agar mimpi itu terwujud. Latihan lari rutin, ikut car free day dan berkenalan dengan Annisa. Memang benar sabda alam bahwa semua wanita akan naik beberapa derajat kecantikannya saat mereka berolahraga, fit and strong. Semangat lari Rio melonjak naik. Membuat rencana program agar kuat lari 42 km. Istirahat yang cukup sebelum lari jauh, istirahat yang cukup minimal enam jam. Delapan jam lebih baik. Lari 10k dan lari di atas 10k itu strateginya beda, lo bisa curahkan seluruh tenaga lo sampai selesai. Maka langkah demi langkah itu dicipta. Sepulang kerja bergabung dalam Lari Malam Jumat di GBK. Dengan komunitas ini, ia menempa diri. Salut sama marshall dalam TNR – Thursday Night Run, adalah pelari yang secara sukarela menjaga keamanan rute lari. Fisiknya jelas lebih prima. Rio terus membuat PR, personal record. Rekor untuk dirinya. Ketika mencoba 10K hampir gagal, DNF – Did Not Finish tak dapat medali, ia terus berlari demi kebanggaan ayah. Bisa. Kilo demi kilo dipecahkan, Bromo saya datang!

Ada sejarah singkat marathon, bagiku lumayan bervitamin. Di Yunani sekitar 500 SM, Persia ingin menjajah Athena. Persia mengirim lima puluh ribu pasukan memakai kapal. Rencana simple. Lo lihat mashed potato ini. Mereka pikir, rute tercepat adalah mendarat di pantai barat sekitar 3 Km dari sebuah lapangan yang bernama Maraton. Setelah itu, berjalan 40 Km menuju Athena di sisi daratan lain… diutuslah seorang pembawa pesan bernama Pheidippides untuk berlari ke arah Athena secepatnya… jaraknya 42 Km. Orang yang menyelesaikan half marathon dalam tiga jam, biasanya akan menyelesaikan marathon dalam 6 +1 jam, dan tujuh jam adalah batas waktu rata-rata marathon.

Tio, sang ayah adalah pengusaha sepatu di masa tuanya. Ia terus berlari untuk menjaga kebugaran. Juga mengisi beberapa seminar untuk berbagi pengalaman mudanya. Keahlian kita adalah aset utama kita setelah pensiun. “Atlet itu banyak menghabiskan waktu latihan. Latihan demi Negara. Demi Negara, sering sekali kita tidak sempat mengejar target pribadi lain dalam hidup. Tiga pesan terakhir saya untuk adik-adik, raih prestasi setinggi mungkin. Investasi. Gunakan keduanya untuk menghidupi diri kita di waktu tua. Negara jadi harum namanya, kita tak melarat. Semua menang.”

Cerita Mari Lari memang sangat klise, dengan membaca buku How To Sell, Rio bisa menaklukkan kerasnya hidup dalam mencari uang. Mobil mewah dijual bak jualan gorengan di kala hujan eh gerimis, kalau hujan siapa yang mau keluar rumah. Cus cus cus… dengan mudahnya sang Penulis mengetik bonus cair gan. Rio membuka amplop itu dan melihat sebuah bukti transfer. Ia terpana melihat jumlahnya, dua puluh juta rupiah. Enyak men.

Klise berikutnya, sebagai seorang yang pernah drop out kuliah. Kini di kesempatan kedua sudah di masa penyusunan skripsi, di tengah kepenatan hidup dan tekanan berlebih kerjaan Rio berhasil mengerjakannya sesuai jadwal. Ada sesuatu yang selalu aku tunggu seumur hidupku, ada sinar di matanya. Semuanya berjalan lancar ketika ada semangat menyala di hati dan bersinar di mata. Benarkah? Enggak juga, harus jungkir balik dan memutar otak bak gasing untuk semuanya. Kecewa dengan diri sendiri memang beda dengan kecewa dengan anak. Ketika kecewa diri sendiri, dia tahu akar masalahnya. Mereka juga akan mencari jawaban kepada diri sendiri mengapa kekecewaan itu timbul meski usaha terbaik sudah diberikan. Dan muncullah tanggal wisuda. Hebat.

Klise ketiga adalah menyelesaikan masalah kesendirian. Annisa adalah ideal sejati, cantik, karirnya bagus, atletis, dan terlihat cerdas. Sempurna untuk menjadi pendamping hidup. Bermodal gombal, “Panci siomay aja dianterin abangnya, masak lo ga ada yang anter.” Rio menjadi tukang ojeg-nya. Menjadi teman sisian lari, menjadi penyemangat hidup. “Apa saja yang bikin lo semangat.” Kamu! Seperti kata Deddy Dores, tidak ada gunanya menyesali keterlambatan, dan lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Lebih baik terlambat mengenalmu ketimbang tak mengenalmu sama sekali. Ciee… menaklukkan hati cewek bak menegakkan jarum. Lha kan sudah tegak, oiya ya. Guampingnye.

Tanpa kuberitahu bahwa ketiganya sukses diraihpun, pastinya kalian bisa tebak kok. Saya saja ketika baru baca separuh sudah tahu. Dan buruknya Mari Lari, semua sesuai garis. Ga ada kejutan, ga ada rencana cadangan untuk membuat pembaca terhenyak dari kursi. Hufh… dan tibalah kita di penghujung masalah. Seperti di kover yang memperlihatkan dua pria di pinggir jalan, memegang pembatas jalan, dengan baju merah dan biru menatap gunung. Jelas itu adalah frame eksekusi ending. Bisakah si pecundang Rio menyelesaikan lari marathon? Kalau masalah utama hiudp 3-TA saja bisa ditaklukkan. Kalian pasti bisa menebak jua, ‘kan? Super-Rio. Kakarot. Jentikan Thanos, slap! Slap! Slap!

Yang Tio ingin lihat, bukan prestasi anak, melainkan semangat untuk meraih kesuksesan. Tak ada pemandangan yang lebih membanggakan. Ada bagian sedih, ketika Tio di pusara bermonolog. Kerinduan pada pasangan hidup. Masa tua yang misterius, selalu menjadi bahan yang cocok untuk mengundang air mata. “Saya kangen istri saya, satu-satunya teman bicara.” Sepakat juga ketika Tio memilih nomor 312, sesuai tanggal lahir Rio. Saya sendiri selalu mengistimewakan hal-hal terkait Hermione, putri keduaku. Mencoba memberi nafas setiap hal dengan warna anak istri. Bukti cinta kita pada mereka.

Waktu terbaik bapak itu, saat bersama kamu.” A good day well spent. Saya bahkan belum bercerita bagaimana saya meluangkan waktu sore hari sepulang kerja untuk berlari bersama teman teman CIF RUNNER.

Mari Lari | Oleh Ninit Yunita | Editor Erni Aladjai, Rayina | Penata letak Gita Ramayudha | Cover Nation Picture | Desain cover akhir Jeffri Fernando | Penerbit Gagas Media | Cetakan pertama, Juni 2014 | iv + 184 hlm.; 13 x 19 cm | ISBN 979-780-736-3 | Skor: 2/5

Untuk yang menginspirasi saya untuk lari pada 15 Maret 2012, you-know-who-you-are, terima kasih

Karawang, 030319 – Billie Holiday – I’m a Fool to Want You

Jalan-jalan ke Cileungsi. Happy Wedding Sekar & Ghofur – Laz 3-0 Rom #ForzaLazio

Iklan

Satu komentar di “Mari Lari – Ninit Yunita

  1. Ping balik: 110 Buku Yang Kubaca 2019 | Lazione Budy

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s