“Buku saya selalu tentang hal yang sama; saya selalu menulis yang sama. Saya harap teman-teman saya akan memaafkan saya, karena dalam kesempatan baru ini dan dalam tahun baru yang dipenuhi dengan hari-hari yang baru ini, tak ada yang bisa saya tawarkan kecuali sajak-sajak saya, puisi baru yang sama.”
Ini adalah buku pertama Pablo Neruda yang saya baca, padahal kemasyurannya sudah tak tertandingi – sebagai Penyair. Kata Penulis besar Gabriel Garcia Marquez, Neruda adalah penyair terbesar Amerika Latin abad 20. Neruda memang terkenal sebagai penyair, walaupun beliau juga menulis esai dan novel. Karya pertama diterbitkan saat usia 13 tahun dalam harian La Manana berjudul ‘Entusiasmo y perseverancia’ (“Antusiame dan Kegigihan”). Bernama asli, Ricardo Eliecer Neftali Reyes Basoalto, beliau menggunakan nama Jan Neruda yang terinspirasi dari penyair Ceko, tahun 1920 karena sang ayah yang tak mau anaknya menjadi tukang tulis yang tak menjanjikan masa depan.
Kata George Orwell, Autobiografi hanya bisa dipercaya ketika ia menyingkapkan sesuatu yang memalukan. Orang yang memberikan cerita yang bagus tentang dirinya sendiri mungkin berbohong, karena kehidupan mana pun ketika dipandang dari dalam hanya merupakan seri demi seri kegagalan belaka. Di sini Pablo banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman beliau bersyair, dan mengakui banyak hal terlewat karena ditempa waktu. “Banyak hal yang saya ingat telah mengabur saat saya mencoba mengingatnya ulang, mereka telah hancur menjadi debu, seperti pecahan kaca yang tak mungkin dibentuk lagi.”
Tema utama tentang puisi, tentang perjuangan, dan tentu saja tentang bagaimana relasinya dengan puisi dan para penyair lain. Banyak sekali nama disebut, yang sejatinya tak familiar bagiku. Karena dasarnya memang saya tak rutin melahap sajak, jangankan Amerika Latin, puisi-puisi lokal yang terkenal dari Joko Pinurbo atau Sapardi saja saya belum pernah baca satu buku pun! Nyanyian-nyanyian pada dasarnya membentuk bagian dari cerita berseri yang besar. Makanya dengan buku ini saya mencoba mengakrabi, tulisan prosa tentu saja lebih nyaman bagiku. Sajak adalah panggilan terdalam dari jiwa manusia; dari sajak datanglah liturgy, mazmur, juga kandungan-kandungan agama.
Ada dua jenis penyair: ada milik lapisan kerak bagian atas memperoleh penghargaan karena uang, yang menolong mereka mencapai sah tidaknya sebuah kedudukan dan yang tidak. Bisa kita lihat di sini, Pablo masuk lingkaran mana. Pemberian Nobel Sastra tahun 1971 dijelaskan dengan detail lucu. Bagian ketika beliau ke Swedia, ‘semacam diintai’ sampai kegugupan bertamu di lingkungan kerajaan mungkin jadi pengalaman paling mengesankan dan seru. Saya tak percaya orisinalitas. Itu hanyalah satu lagi berhala yang diciptakan di zaman kita, yang mempercepat badai menuju kehancuran. Saya percaya pada spontanitas terbimbing, untuk itu, penyair harus selalu memiliki cadangan di kantongnya, katakanlah pada saat keadaan darurat.
Membutuhkan waktu tiga puluh tahun bagi saya untuk mengumpulkan sebuah perpustakaan besar. Pablo adalah anggota Partai Komunis di Cili, kematiannya yang misterius dan mendadak banyak menimbulkan spekulasi, karena hanya berjarak dua tahun pasca menang Nobel. Hanya dua minggu pasca kudeta Augusto Pinochet. Memoir ini selesai dibuat hanya sehari sebelum ia ke rumah sakit, bersama Matilda istrinya dan seorang sopir muda Manuel Araya, ternyata menjadi saat-saat terakhir beliau. Apakah Pablo dibunuh? Sang Penyair memang vocal terhadap perang. “Perang… perang… kita selalu menentang peperangan, tetapi ketika kita berjuang dalam perang, kita tidak bisa hidup tanpanya, kita selalu ingin kembali ke sana sepanjang waktu.”
Kunjungan ke hal-hal yang tidak terduga ini senilai dengan seluruh jarak yang ditempuh, segala yang dibaca, segala yang dipelajari… kita harus menghilang di tengah-tengah mereka yang tak kita kenal, sehingga mereka tiba-tiba akan mengambil sesuatu milik kita, dari jalanan, dari pasir, dari dedaunan yang telah gugur ribuan tahun di hutan yang sama.. dan akan mengambil sesuatu yang kita ciptakan dengan lembut… hanya dengan begitu kita akan menjadi penyair sesungguhnya… dalam objek itu, puisi akan hidup…
Salah satu bagian yang mengena bagiku, “Penggemar buku yang memiliki sedikit uang cenderung sering menderita. Buku-buku tidak terlepas tangannya melainkan terbang melewatinya melintasi udara, setinggi burung-burung, setinggi harga-harga.” Ya, untuk bisa menikmati buku di Negeri ini memang mahal. Butuh pengorbanan lebih. Dari bumi, dengan kaki dan tangannya, matanya, suaranya – dia membawakan semua akar, semua bunga-bunga dan semua buah beraroma manis kebahagiaan.
Ada banyak kritikus, seperti tanaman labu merambat yang petunjuknya menembus, arah sulurnya mencari napas paling baru dalam kecenderungan modern, takut bahwa mereka akan ketinggalan sesuatu. Akan tetapi akar-akarnya masih meresap dalam di masa lalu.
Seorang anak yang tidak bermain bukanlah seorang anak, tetapi lelaki dewasa yang tidak bermain akan kehilangan selama-lamanya jiwa kanak-kanak yang tinggal di dalamnya dan pastinya ia akan merasa kehilangan. Sikap seperti penonton pasif yang tidak menggerakkan otot wajahnya sama sekali melainkan menajamkan tatapannya pada Anda.
Penyair yang hanya berpikir irasional hanya akan dimengerti oleh dirinya sendiri dan yang dicintainya, dan ini sungguh menyedihkan. Seorang penyair yang sepenuhnya rasional akan dipahami bahkan oleh para pecundang, ini juga kesedihan yang parah.
Buku asli Memoirs berisi dua belas bab, buku ini hanya terjemahan dari satu bab di dalamnya, yakni bab kesebelas. Jadi otomatis bisa kita simpulkan, Circa berhutang untuk melanjutkan alih bahasa bab lainnya. Ditunggu…
Beberapa memoar sungguh mempengaruhi hidupku langsung. Haruki Murakami mempunyai What I Talk About When I Talk About Running (sudah diterjemahkan oleh Bentang tahun 2015) yang membuatku berlari sore tiga kali seminggu, kini sudah berjalan dua tahun lebih. Di usia kepala tiga gini, ga nambah berat badan saja sudah syukur maka olahraga rutin adalah keharusan. George Orwell punya Terbenam dan Tersingkir di Paris dan London (sudah diterjemahkan penerbit OAK tahun 2015) yang lebih syukur, betapa kita disodori kehidupan para gelandang dengan detail di era itu, kumal dan papa. Dalam memoar I Am Malala, betapa takjub perjuangan demi pendidikan, kesetaraan hak belajar untuk semua anak. Dalam memoarnya Sidney Sheldon: The Other Side of Me, saya termotivasi untuk banyak membaca buku, Sidney yang dasarnya adalah orang sinema menjelma Penulis karena kekecewaan atas para produser. Membuat film membutuhkan dana besar, selain mencipta setting dan mengarahkan banyak manusia dan itu tak murah, dengan menulis Sidney hanya bermodal mesin tik dan pikiran liar!
Dan memoar ini memberi lecut untukku lebih banyak menikmati puisi. OKlah, fiksi novel dan cerpen sudah lumayan banyak yang kulahap, puisi begitu minim. Membuatku bertarget baca satu buku dalam satu bulan, dimulai Januari ini. Dapatkah seorang penyair tetap menjadi penyair setelah melalui seluruh percobaan api dan es? Sajak, kebenaran, kebebasan, perdamaian, kebahagiaan adalah karunia yang sama dimiliki semua orang. Semoga bisa konsisten. “Kita para penyair memiliki hak untuk bahagia, sepanjang kita tetap dekat dengan masyarakat di negeri kita dan dalam kegigihan perjuangan untuk kebahagiaan mereka.”
Ayo, cintailah puisi, bangkitlah dari kaca yang pecah, saatnya telah tiba untuk bernyanyi. Thx Circa.
Puisi, Buku, dan Kerang Laut – Sepenggal Memoar | By Pablo Neruda | Copyright 1974 |Diterjemahkan dari Confieso que he vivido: Memorias (Original) | Memoirs ( English) tahun 1977, hal. 253-328 | Penerjemah Weni Suryandari | Penyunting Cep Subhan KM | Perancang sampul dan isi Agus Teriyana | Penerbit Circa | ISBN 978-602-52645-6-6 | Skor: 4/5
Karawang, 070119 – 29012019 – Payung Teduh – Sebuah Lagu
Typo: saja-sajak – halaman 16; orangdan – 67; kesuastraan – 85; menraktir – 99; anda – 102; terutup – 138.
Ping balik: Ups! – Rieke Diah Pitaloka | Lazione Budy
Ping balik: Maut Di Venesia – Thomas Mann | Lazione Budy
Ping balik: 110 Buku Yang Kubaca 2019 | Lazione Budy
Ping balik: LALUAN KEPENYAIRAN NERUDA: DOKTRINASI DEMOKRASI DAN ROMANTISISM | Grup Kritik Puisi Malaysia