“Musik ini bukan untuk Anda, ini untuk zaman mendatang.” – Beethoven
Tahun ini saya menyelesaikan baca 110 buku. Fiksi masih sangat mendominasi, novel masih menjadi golongan terdepan. Setelah beberapa tahun terakhir saya tak membuat daftar buku terbaik, maka inilah saatnya saya kembali menyusunnya. Aturan sederhana, bila ada Penulis yang tercantum lebih dari satu karya maka akan diambil satu saja yang terbaik, tak ada batasan tahun terbit, tak ada garis fiksi-non-fiksi serta hilangkan garis Penulis lokal atau terjemahan. Awalnya ketika saya sarikan muncul 27 buku, maka terpaksa saya pangkas, pangkas, pangkas, padat. Dari Summer, Kass, Never Let Me Go, The English Patient, Misteri Dian Yang Padam, Lacasa de Papel, Gentayangan, sampai Fathers and Sons dengan segala hormat kena coret satu senti garis finish hingga di daftar pendek. Tahun ini benar-benar banyak buku lima bintang – sempurna, maka daftar ini adalah jaminan puas menikmati. Berikut susunan 14 buku terbaik yang kubaca selama tahun 2018:
#14. A Man Called Ove – Fredrik Backman | Penerbit Noura | Tahun Terbit 2016
Buku si tua penggerutu yang kocak, awalnya ikut sebal dan merasakan apa yang Ove rasakan lantas teriak lantang, “Benar juga” karena Negara Swedia yang makmur itu juga jiwa sosialnya ga jauh beda dengan lingkungan kita sekitar, sebagian kecil tentunya dari sudut pandang seorang kakek. Kisah menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga kita merasa dekat dengan sang protagonis. Dengan alur satu bab maju, satu bab mundur lalu dipertemukan jelang akhir, kita menemui banyak sekali drama dan keterkaitan orang sekeliling Ove. “Semua orang bilang begitu. Namun mayoritas tidak selalu benar.”
#13. Harimau Harimau – Mochtar Lubis | Yayasan Obor | 1975
Penebusan dosa, pengakuan rasa bersalah. Sekumpulan pencari damar terjebak di hutan, di mana ada harimau lapar yang mengintai. Saat salah seorang diterkam dan sang harimau mengejar, semua diminta meminta maaf pada Tuhan atas dosa mereka. Rahasia-rahasia dibongkar, dan semua cuit nyali saat kematian begitu dekat.
#12. Ratu Sekop – Iksaka Banu | Marjin Kiri | 2017
Kumpulan cerita pendek yang bergizi. Bagus sekali, padat, satir dan menggugah. Total 13 cerita dengan tiga varian baru. Cetakan mungil, dengan kover aneh sang Ratu Sekop. Film Noir sebagai pembuka sudah membawa Pembaca ke dunia fantasi, plot tak lazim bagaimana pembunuhan adalah seni takdir. Kemana perginya superstar setelah meninggal?
#11. Kura-Kura Berjanggut – Azhari Aiyup | Banana | 2018
Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa kategori prosa tahun ini. Ketebalannya menantang kesabaran. Kisahnya dibagi tiga bagian, merentang jauh ke abad 17 di Bandar Lamuri, ujung Barat Indonesia hingga era kolonial di pergantian abad ke 20. Kura-kura Berjanggut adalah buku panduan membunuh sang sultan. “Kalau kalian tidak bisa membunuhku hari ini, kalian tidak akan pernah bisa membunuhku selamanya.”
#10. Timeline – Michael Crichton | Gramedia Pustaka Utama | 1999
Sekumpulan mahasiswa 1990an yang mendapatkan kesempatan untuk melintasi waktu kembali ke abad 14 di Prancis yang keras karena sedang bertempur dengan Inggris. Hanya punya waktu terbatas untuk menolong sang profesor yang tersesat. Kejar-kejaran, pamer teknologi, serta kemungkinan manusia bisa melakukan teleport. 150 tahun lalu ada orang bilang, suatu saat orang bisa bicara dengan benda tanpa kabel di seberang benua, pasti pada ketawa dikira orang gila. Sekarang? Lihatlah! Bagaimana kalau saat ini kita bilang bahwa manusia akan bisa dikirim ke masa lalu? Apakah kalian masih akan tertawa?
#9. Big Little Lies – Liane Moriarty | Gramedia Pustaka Utama | 2014
Gosip yang memakan korban. Dusta-dusta kecil yang menguar di udara oleh para orang tua itu menyeset kepekaan dan harga diri para pengantar anak-anak sekolah. Twist, bagaimana bisa sang pelaku kekerasan seksual yang sudah digaris itu ternyata tak seperti yang kita kira, mengingatkanku pada film Posesif yang rilis tahun lalu. “Biar kuperjelas. Ini bukan sirkus. Ini penyelidikan kasus pembunuhan.”
#8. Muslihat Musang Emas – Yusi Avianto Pareanom | Banana | 2017
Kumpulan cerpen dengan kover yang sedap dipandang, warna kuning sebagai latar dengan seekor musang di dalam cangkir di antara dua lainnya. Kover bak poster film art, film festival. Catchy nan mewah. Kisahnya ada di sekeliling kita, banyak mengambil setting warung kopi (atau agar lebih kelihatan mewah kita sebut saja kafe) sehingga menyeret kita dalam obrolan santai sekaligus menegangkan. “Ketimbang bikin agama baru, bikin Komunitas Hati Remuk Karena Sebab-Sebab Tak Tertangguhkan saja, Mas.”
#7. Matinya Penulis Besar – Mario Vargas Llosa | Immotal Publising dan Octopus | 2018
Kumpulan esai yang luar biasa indah. Menghantam nalar, menggelitik pikiran. Proses kreatif tulisan yang rumit. Andai banyak kumpulan pemikiran bisa semegah ini, saya akan lebih sering membaca esai. Pada dasarnya saya menyukai proses kreatif di balik karya. Llosa melimpahruahkannya dengan tikaman tanpa henti. Dalam Benarnya Kebohongan (1989), kalian akan terpukul bahwasanya cerita-cerita based on true story itu omong kosong. “Keadaan adalah bukan seperti apa kita melihatnya, tetapi seperti apa kita mengingatnya.”
#6. Ford County – John Grisham | Gramedia Pustaka Utama | 2012
A Short Story yang seperti kumpulan novelet. Cerita pendek namun sungguh panjang. Semua kisah bermuara di daerah Ford County, dan seperti biasa Grisham membumbui cerita bersinggungan dengan kebusukan pengadilan. Yang paling hebat adalah Kamar Michael, di mana seorang pengacara diadili di rumah kosong dengan intensitas ketegangan tinggi. “Wah, pekerjaanmu busuk Wade, karena melibatkan berbohong, menggertak, mengganggu, menutup-nutupi, tidak menunjukkan belas kasihan sedikitpun untuk orang yang terluka. Aku membenci pekerjaanmu Wade, hampir sebanyak kebencianku padamu.”
#5. 1Q84 Book 1 – Haruki Murakami | Kepustakaan Populer Gramedia | 2013
Kisahnya tak tuntas karena ini jilid pertama dari tiga. Khas Murakami yang memang jagonya meramu bualan imajiner. Dua karakter utama: Aomame dan Tengo, keduanya hidup di tahun pararelnya 1984. Seorang pembunuh berdarah dingin dengan jarum suntik dan satunya editor buku yang melakukan kejahatan terstruktur atas buku remaja: Kepompong Udara yang fenomenal. “Dalam rahasia ada satu prinsip penting. Yaitu semakin sedikit orang yang mengetahui rahasia itu, semakin baik. Sejauh ini di dunia hanya kita bertiga yang tahu rencana ini. Kamu, aku dan Fuka-Eri. Kalau bisa, aku tidak ingin menambah jumlah itu.”
#4. The 100: A Ranking of the Influential Persons in History – Michael H. Hart | Noura | 2012 | Catatan 3 | Catatan 1 | Catatan 2
Buku non-fiksi terbaik tahun ini. “Bila kita membandingkan matematika dari awal dunia ini sampai masa ketika Newton hidup, apa yang dia lakukan jauh lebih baik.” Berisi 100 manusia hebat yang pernah ada, ditambah 10 lagi di edisi revisi dengan 90 nama tercantum berikutnya. Nomor satu jelas Nabi Muhammad SAW. “Maka kita lihat, betapa monumen-monemun akal dan pembelajaran jauh lebih bertahan daripada monumen-monumen kekuatan atau karya tangan. Karena bukankah bait-bait Homer bertahan dua ribu lima ratus tahun atau lebih, tanpa kehilangan satu patah kata atau huruf pun. Dalam kurun waktu itu tak terkira banyaknya istana, kuil, benteng, kota yang telah membusuk dan hancur.” Yang mengejutkan, Penulis fiksi hanya satu, ada yang bisa menebak?
#3. Trilogi Insiden – Seno Gumira Ajidarma | Bentang | 2010
Tiga buku dalam satu bundel. #1. Saksi Mata, kumpulan cerpen. #2. Jazz, Parfum dan Insiden, novel dan #3. Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, kumpulan esai. Satu benang yang menyatukannya adalah tragedi di Dili tahun 1990an. Keberanian Bung Seno menulis kisah ini memberi konsekuensi berat karena di era Orde Baru, banyak fakta disulap seolah dongeng. “Kemerdekaan adalah impian terkutuk.”
#2. The Ocean at the End of the Lane – Neil Gaiman | Gramedia Pustaka Utama | 2013
Tahun ini saya membaca dua buku Gaiman, American Gods juga sangat bagus sayangnya terlampau mewah, dan menurutku kisah klasik sederhana yang bersetting di Inggris ini lebih berkelas. Sihir yang tak terduga, bagaimana ranting bisa menjadi kompas dan batasan-batasan dunia lain begitu nyata terlihat. Sungguh hebat, konsep ruang dan waktu yang dituturkan Neil. Salut. Saat akhirnya epilog kunikmati, seakan saya usai melahap puding-dan-pai-yang-manis, kau dalam masalah besar. Damn it! Saya jatuh hati sama karakter Lettie Hempstock. “Kau hanya perlu tumbuh dewasa dan berusaha untuk layak. Hidup ini memang tidak adil.”
#1. The Trial – Franz Kafka | Gramedia Pustaka Utama | 2016
Book of the year kita adalah karya lawas yang menghantui, diterjemahkan langsung dari Der Prozes. Bagaimana seorang pekerja dengan rutinitas kerja normal, yang menganggap dunia ini ya dinikmati suatu hari tiba-tiba ditahan polisi karena alasan tak jelas. Merasa tak bersalah, Joseph K dengan sabar dan tenang mengikuti persidangan demi persidangan hingga akhirnya kita tahu, masalahnya tak sesederhana yang kita kira. Kita seolah menaiki rollercoaster yang memusingkan, dan proses itu berujung sebuah tragedi. “Anda semua ternyata pegawai, sekarang saya tahu, Anda semua gerombolan tukang korup yang tadi saya bicarakan, Anda semua di sini berdesak-desakan sebagai pendengar dan pengintai, Anda semua berpura-pura tergabung dalam kelompok-kelompok, dan tampaknya tepuk tangan tadi dimaksudkan untuk menguji saya; rupanya Anda semua belajar cara menyesatkan dan membodohi orang yang tidak bersalah!”
Bagaimana dengan tahun 2019? See ya…
Karawang, 31 Desember 2018 – Sherina Munaf – Better Than Love
Amazing! Banyak banget!
SukaSuka
Top deh! Banyak sekali. Penulis yang masuk 100 tokoh, hemmmm tebak ya… William Shakespeare? Penasaran sam yang no.14 deh. Settingnya Sweden.
SukaSuka