The Art Of Deception – Nora Roberts

Adam: “Kau tahu kebanyakan perempuan mengharapkan rayuan, tak peduli betapa gombalnya.” | Kirby: “Kebanyakn perempuan bukan Kirby Fairchild. Aku tak ingin membuatmu bosan dengan rayuan kuno.

Serial Harlequin terbaik yang kubaca sejauh ini. Setelah kecewa beberapa kali, akhirnya ada serial ini yang lumayan bagus. Memang endingnnya ketebak. Tetap isinya cinta-cintaan nafsu, tapi ada sisi art yang menunjang cerita. Bukan sekedar hajar bleh, ciuman, buka baju dan terjadilah, yang penting pembaca nefsu dan senang. Enggak. Kisah cintanya menjadi sedikit berbobot ketika kedua insan memiliki motif kuat untuk saling mengalahkan, ada semacam benang merah yang menghubungkan segala plot sederhana ini. Yah, setidaknya ga drop amat. Mungkin karena sebagian kisah berkutat pada gerak tipuan-tipuan dalam seni lukis, saling serang dalam permainan pikiran dan intimidasi serta menyinggung hubungan ayah-anak yang lumayan ngena sehingga ga rugi-rugi amat kutuntaskan baca. Selalu, chemistry antara ayah-anak ada di tempat hati. Hatiku mudah tersentuh bila menyinggung koneksi spesial itu.

Saya review segera karena sudah didesak Meyka untuk secepatnya mengembalikan tiga buku Harlequin pinjaman kepada temannya. Yang pertama sudah baca tahun lalu, terbengkelai kejar Best 100 Novels, buku ini awal tahun kunikmati dan satu lagi kini masih dalam progres baca. Akan segera kutuntaskan, karena memang buku pinjam selalu prioritas. Daftar buku beli di #Promo61 sementara hold dulu, dan beginilah kisah ‘Indahnya Dusta’.

Adam Haines adalah pemuda pelukis pemula yang dikirim ke rumah seniman kondang, rumah bak istana di dekat sungai Hudson, pinggiran kota New York. Seniman kaya raya itu mempekerjakan magang atau mengajari atau membagi ilmu kepada pemuda punya talenta, banyak berbagi kepada pemula. Seniman yang kalau beneran ada pasti akan membuat dunia gempar karena bisa meniru dan memalsukan lukisan legendaris dengan cermat dari Rembrandt, Van Gogh, Titian, Da Vinci, Picasso, Masaccio, Dali, dst. Sebut saja lukisan hebat Eropa tempo doeloe yang ada dalam kepalamu, ia bisa menciptanya. Hebat. Mr. Fairchild memiliki putri semata mayang yang cantik jelita Kirby Fairchild, yang di kisah ini menyambut Adam membukakan pintu yang dikira pelayan. Karena ini roman picisan maka dengan mudah kita bisa menebaknya, mereka pasti bersatu entah bagaimana caranya pasti happy ending dalam satu peluk indah. Well, kalau saya bilang iya apakah ini spoiler yang akan membuat kalian kecewa? Ga usah khawatir, gampang banget kok mengiranya karena di akhir bab pertama saja kita sudah tahu mereka saling menggoda. Bocoran sederhana untuk kisah sederhana.

Namun sebelum jauh menuju ke sana kita diajak mengenal lebih dekat profesi sesungguhnya Tuan Fairchild. Dalam ke-glamor-an pesta, bisnis seni yang menjanjikan dan hiruk pikuk kota besar Amerika ternyata ada banyak sekali singgung emosi antar pribadi yang katanya manusia beradab. Adam memang menjadi tokoh utama yang diambil sudut pandangnya, sehingga saat lapisan fakta satu per satu dikupas Pembaca dalam posisi sama-sama tak tahu. Ia dengan pelan mengamati segala hal keluarga ini. Dari hal sepele seperti kebiasan makan malam, waktu luang yang dihabiskan ke mana sampai teknik lukis yang rumit. Kirby pernah tunangan dengan Stuart, seorang pemuda yang awalnya terlihat bermasa depan cerah, tapi terputus oleh sebuah sebab yang sungguh berat. Masalah hati.

Kirby pernah slek dengan teman dekat Mellanie yang sudah dianggap saudara sendiri. Karena Kirby yang jelita selalu mengambil perhatian, merebut pacar, dan unggul segala hal. Dendam itu merekah dengan berjalannya waktu. Bahkan di kisah cinta-cintaan ini Melly nantinya berniat membunuh dan menghancurkan keluarga ini. Dengan pistol dan rencana ledakan gas? Luar biasa. Memang kisah harus mencipta konflik berat untuk menjadi keren. Namun tetap, tenang saja ini kisah cinta.

Sebelum ke sana kita akan diberitahu bahwa Tuan Fairchild ternyata seorang kriminal. Pencuri lukisan terkenal, mencipta ulang dan menjualnya kepada para kolektor gila yang berani membayar mahal. Jelas ini penipuan sehingga semirip apapun karya yang dicipta tetap saja lukisan yang dijual adalah palsu. Ia bersama rekan Phillip memiliki galeri yang sama-sama gila lukisan ternama memiliki kesepakatan memiliki bergantian. Namun jelas akan ada penghianatan. Akan ada riak dalam persahabatan.

Adam sendiri bak pion yang ditendang ke sana kemari mengikuti alur keras persaingan para pesohor. Walau karakter ini terlihat lemah, yang jelas beruntung sekali karena dalam kesehariannya ia dekat dengan Kirby. Bahu-membahu membantu Tuan Fairchild agar tak tertangkap, agar tidak kena bui, bahkan dalam satu malam yang menegangkan melakukan pencurian lukisan! Nah, pada akhirnya timbul benih-benih cinta. Mudah ditebak mereka akhirnya melepas dahaga cinta, di sini bagian ini di-eksplore lumayan banyak bahkan nyaris bikin muntah. Romantis ala ala ABG yang merayu, merajuk dan lebay. Apakah sebenarnya ini daya jualnya? Duh! Kirby: “Aku benci harus mengulang-ulang lagi, tapi aku cinta padamu.” | Adam: “Ulanglah terus sesering kau mau. Kau mencuri nafasku.

Saat pada akhirnya Kirby berhasil takluk mencinta penuh damba pada Adam ada sesuatu yang tak terduga diungkap. Saat Tuan Fairchild sudah menaruh banyak tanggung jawab dan kepercayaan pada Adam, ada sebuah kejutan yang bagiku sih ga kaget-kaget amat, tapi tetap saja ini memang sengaja disimpan untuk membuat lonjak girang Pembaca. Adam yang kita kenal sepanjang 200 halaman itu tak selugu yang dituturkan. Ia memiliki sebuah rahasia yang sejatinya ayah-putri ini tahu jelas tak akan menerima masuk istana mereka. Sebuah kejutan yang merusak segalanya. Apakah ada kesempatan kedua? Adam: “Aku datang mencari Rembrandt. Sewaktu aku masuk lewat pintu aku hanya punya satu tujuan, menemukan lukisan itu. Tapi aku belum mengenalmu ketika aku masuk ke sini. Aku belum jatuh cinta padamu.

Bagiku kisah seperti ini sudah tak terlalu memuaskan, klise dan sederhana. Namun Nora Roberts memberi senyawa kisah yang sejatinya bisa jadi begitu hidup. Yah, setidaknya dibanding Harlequin sebelum ini. Saya jadi penasaran apakah ada dalam serial ini yang mengangkat senjata dalam perang epik bacok-bacokan penuh darah?

Jualan cinta semacam ini memang menjadi komoditi utama dan akan masih terus digandrungi 20, 25 tahun lagi. Cerita cinta memang selalu ada tempat, generasi muda silih berganti. Seperti kita yang pernah muda, proses menuju dewasa selalu memberi daya deg-degan hanya sekedar memandang lawan jenis. Bandingkan saat usia sudah 30an atau malah 40an, hal yang membuat remaja belasan tahun itu tak ada artinya. Seperti itulah Harlequin walau cintanya norak akan selalu laku dijual.

Indahnya Dusta | by Nora Roberts | diterjemahkan dari The Art Of Deception | copyright 1986 | alih bahasa Marina Suksmono | GM 404 03.005 | Sampul Marcel A.W. | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | cetakan pertama, Mei 2003 | 304 hlm.; 18 cm | ISBN 979-22-0319-2 | Skor: 3.5/5

Karawang, 220318 – Shontelle – Impossible

Thx to: Melly Potter, Meyka’s friend