Tomb Raider: Vikander’s Adventure

Lara Croft: All myths are foundations of reality.

Sesuai ekspektasi. Memang tak muluk-muluk harapannya. Hanya kisah seru-saruan. Karena saya terpesona Alicia Vikander sebagai eks mesin Ava yang wow itu, maka wajar film-film berikutnya saya ikuti. The Danish Girl, Man From U.C.L.E. sampai Jason Bourne. Saya bukan gamer Tomb Raider, dan cerita versi Angelina Jolie sudah lupa saking biasanya. Jadi reboot ini kurasa sukses. Tak ada sesuatu yang spesial yang bisa bikin kejang-kejang di bioskop, tak ada hal istimewa sampai histeris. Adegan terbaik ya pas mencoba survive di bangkai pesawat terbang, tapi itupun sekadar membuat degub jantung terpacu. Film ini memang dibuat sebagai pembuka jalan Alicia ke depannya sebagai wanita perkasa petualangan Lara Croft.

Tak ada niat siang ini saya luangkan waktu untuk bioskop, karena sore harusnya jadwal lari bersama CIF Runners. Rencana tinggal rencana, saat membuat SIM C di Polres Karawang yang seharusnya dari jam 08:00 sampai sebelum istirahat makan siang justru blabas melalui banyak birokrasi. Setelah melahap soto pedas dan dhuhur barulah kartu sakti berkendaraku beres. Mau masuk kerja sudah terlampau siang, mau pulang belum sore. Maka setelah cek jadwal film ada 14:10 di Mal Karawang Tomb Raider dan 15:15 tersedia Red Sparrow di Festive Walk ya saya ambil yang awal saja. Lagian bioskop baru XXI Mal Ramayana belum pernah. Sampai di tempat cari toko buku Salemba di lantai dasar sudah tak ada. Lho? Ternyata eh ternyata, pindah ke lantai bawah. Jadi ada renovasi mal menambah lantai bawah, Salemba diangkut turun. Seakan ini menyiratkan toko buku yang tersingkir, dipojokkan dan ditempatkan di tempat terpencil. Miris. Sepi. Dan sungguh trenyuh melintasi deretan buku yang makin hari makin tergerus. Karena budgetku bulan ini sudah membengkak, saya ambil buku tipis dengan harga dibawah 50 ribu: God and the State-nya Bakunin.

Dengan narasi suara berat Lord Richard Croft (Dominic West) kita diajak berpetualang, setting waktu 2009. Bahwa ada hikayat, mitos, atau legenda dari negeri Sakura, Pemimpin dinasti pertama mythical Queen: Himiko yang memerintah dengan banyak pengorbanan. Mitos itu menyeret banyak spekulasi, makamnya menyimpan kekuatan dahsyat yang berbahaya bagi keselamatan umat bila terlepas di publik. Maka Richard memberikan bocoran, demi dunia yang damai ia dengan berat hati meninggalkan sang putri.’Aku akan kembali sebelum kamu rindu.’ Kiss dua jari ditempel di kening jadi ikonik.

Sembilan tahun kemudian, present day. Lara Croft (diperankan dengan bagus sekali oleh Alicia Vikander) adalah seorang kurir makanan bersepeda, menekuni hobi tinju dan kekurangan dana. Dalam adegan pembuka yang keras Lara kalah bertinju latih, ia terpekur untuk mencari uang tambahan. ‘No pay no play’. Dari kutipan Hamlet tentang rubah yang kabur, permainan kejar sepeda dengan tetesan cat dan ekor rubah tersaji. Lara menghindari serbuan pesepeda yang mengejarnya demi 600 Dollar. Naas, Lara yang melamunkan ayahnya, menabrak mobil polisi. Pembuka yang seru dan menjanjikan. Ia lalu dijemput wakilnya yang mewakili Croft holding Ana Miller (Kristin Scott Thomas).

Lara bukanlah gadis miskin yang perlu mengais receh. Ia adalah pewaris Croft Enterprise di London. Maka undangan Ana untuk menandatangani surat kematian ayahnya yang tujuh tahun tak terlihat itu akan serta merta menjadikannya gadis kaya raya. Di depan Mr. Yaffe (Derek Jacobi yang absurd – saya suka sekali akting kakek ini). Banyak sekali filmnya yang membekas di kepala karena peran kecil tapi worth it disaksikan. Tentu saja akan selelu kuingat perannya yang aneh sebagai orang tua sakit parah di The Murder on the Orient Express. Saat surat kematian akan ditandatangani, sang kakek memberi mainan puzzle misterius yang merupakan warisan ayahnya. Diotak-atik, karena Lara sudah terbiasa diajari memainkannya ia berhasil membuka tabir. Dan mainan itu memuntahkan selembar foto Lara kecil dan ayahnya dan tulisan teka-teki: ‘Huruf pertama adalah tujuanku’. Surat belum diparaf, ia menemukan sebuah asa. Lara ke makam keluarga, dan ‘Huruf pertama’ yang dimaksud adalah huruf ‘R’ pada kata Richard, makamnya yang sudah disiapkan keluarga besar Croft. ‘R’ pada separo lingkaran itu sebuah tombol yang mengantar Lara menemukan ruang rahasia, Chamber of Secret itu berisi banyak hal misteri yang merupakan penelitian ayahnya. ‘Play Me’ berisi video instruksi menghancurkan semua berkas ‘Himiko’. Namun bukannya membakar segalanya, Lara malah menelusuri jejak yang ditinggal. Dengan modal kalung amulet hijau (apakah ada sangkut pautnya dengan Amulet Samarkand nya Bartimaeus?) Lara merentang jauh ke Hongkong menemui pelaut Lu Ren (Daniel Wu). Adegan tawar-menawarnya lucux. 10,000 yang ditawarkan Nick Frost, Lara minta tambahan sedikit saja, ayahnya sudah mati. Frost malah menjadikan 9,000. Damn it! ‘Kamu menggodanya ya?’ Anak yatim ini? Bah! Jadi 8,000, Lara menghentak kaca pembatas, sialan. ‘buat jaga-jaga’. Lara ambil duitnya, dengan bolpoin yang ada ia mendorong segelas kopi panas yang ada dan mengenai bajunya. ‘buat jaga-jaga’. Nantinya di akhir kisah kita akan diberi bocoran kecil, ke arah mana Lara berikutnya yang melibatkan pembelian senjata dengan kalung amulet terpasang di leher sang jagoan.

Aksi pertama sesungguhnya film ini muncul di pelabuhan, saat tiga berandal merampas tas Lara dan lari-larian di galangan kapal, melompati perahu-perahu yang tertambat, berayun dengan tali bak bajak laut. Lu Ren ternyata sang pemabuk, dengan iming-iming segepok duit disimpan di sepatu kiri, kapal Endurance mereka berlayar menuju pulau misterius Yamatai. Apa isi sepatu satunya?

Pulau itu memang tampak menyeramkan, awalnya. Badai menghancurkan kapal, mereka terdampar dan Lara sadar di sebuah tenda. Kita diperkenalkan musuh utama cerita ini Mathias Vogel (Walton Gaggins) tak tampak seperti villain? Mereka sedang dalam misi mencari makam the legend of Himiko, dan buku yang ada dalam ransel Lara menunjukkan peta lokasi. Maka setelah bertahun-tahun mencari akhirnya ada titik terang. Dalam perjalanan menuju titik X, Lara kabur. Nah bagian inilah yang terbaik. Lari, terjatuh di sungai, terseret arus, dalam posisi genting hampir terjatuh di air terjun Lara bergelayut di bangkai pesawat. Tak ada musuh, hanya besi rongsok tapi intensitas tegang justru meningkat tajam. Krak krak krak… really?

Dalam survival-nya Lara bertemu dengan pria misterius berrambut dan jenggot tebal. Ketika pria itu kabur ke tebing goa (kok ga ketemu fan MU yang lagi menepi?), Lara mengikuti. Bukan dengan cara mudah karena talinya sudah ditarik, ia ngegelayut penuh perjuangan. Taa-daaa... dia adalah Richard Croft. Ayahnya belum tewas, selama ini ternyata menjadi pelindung makam sang legenda. Justru kedatangan Lara malah memberi petunjuk. Karena kini Vogel sudah menemukan apa yang dicarinya, dia menghubungi bosnya dari Trinity untuk mengirim transpoda. Lara dan Richard Croft dikejar waktu untuk mencegahnya. Menurut mitos mayat legenda itu akan mendatangkan bencana. Jadi berhasilkan Trinity membawanya keluar dari pulau? Benarkah mitos menyeramkan itu?

Melihat aksi Alicia yang luar biasa strong benar-benar menyenangkan. Setara Wonder Woman, walau kecantikan Gadot memang setingkat diatasnya tapi tetap saja Vikander menunjukkan kapabilitasnya sebagai wanita perkasa. Film ini jadi begitu hebat berkat one-woman-show Vikander. Ini adalah petualangan Vikander seorang. Bisa saja jadi makin garang bila Daisy Ridley yang masuk, ia melepas peran ini demi franchise Star Wars. Namun rasanya akan sangat kurang bila Emilia Clarke, Olivia Wilde, Saoirse Ronan (jangan ikutan main film keras sayang, ntar flu) atau Cara Delevingne yang mendapat peran ini. Kelimanya dan belasan kandidat pernah digosipkan, tapi akhirnya Alicia yang dapat, ia komit dengan membentuk otot karena dasarnya dia kan kurus imut. Lima hari seminggu! Tapi Alicia tetap tampak imut sih walau keringat menyertai.

Referensi film ini banyak sekali. Memanah seperti Katniss, memecahkan kode bak Benjamin, ngegelantung di mana-mana bak Hunt, run – run your life seperti Thomas. Adu tinju bak Ali, kelahi tangan kosong seperti Bourne. Sederhananya Indiana Jones versi cewek. Pas banget judulnya karena memang ‘Penjarah Makam’ terlihat secara harfiah. Namun ini prekuel, yang artinya baru mula-mula, baru transform dari gadis kota yang bergelayut sepeda di jalanan metropolitan menuju ngegelayut di hutan rimba pada tempat-tempat antah. Endingnya sendiri pas banget, dengan mempertemukan sang penjual aneh dengan senjata dobel yang disilangkan. ‘I’ll take two’. Jelas, seri ini akan panjang, sangat panjang. Jelas ini adalah awal segala aksi Lara Croft versi Vikander demi meninggalkan image Jolie.

Komentar singkatku pasca nonton adalah ini seperti adaptasi A Wrinkle In Time, padahal film produksi Disney ini akan tayang dalam waktu dekat, bulan ini. Pencarian ayahnya yang hilang, versi video game. Was-was karena Tomb rilis duluan, pasti nanti muncul meme yang mencibirnya. Padahal buku Madeleine L’Engle sudah terbit sejak tahun 1962, Tomb muncul tahun 90an.

Film ini sejatinya rilis 16 Maret, tapi pasar Asia mendapat keistimewaan awal. Sesuatu yang makin hari makin sering demi menghindari pembajakan. Dasar utama kisah adalah reboot game keluaran Crystal Dynamincs tahun 2013 dengan judul yang sama. Dalam game dikabarkan Lara memang tampak manusiawi, tampak lebih lemah dan harus dilindungi tak seperti Lara yang sudah perkasa. Bahkan ada unsur seksual di dalamnya. Maka wajar sekali saat Lara membekuk musuh hingga menenggelamkan dalam lumpur, pembunuhan pertamanya ia gemetar kalut. Some men like dangerous women.

Mari kita apresiasi kengototan Vikander demi peran ini. Plotnya memang lemah, beberapa bagian boring tapi jelas ini adalah aksi menawan Vikander. Setelah menang Oscar, hanya The Danish Girl yang benar-benar bagus jadi wajar aksi di film ini harus diapresiasi. Her acting was great, always brave, spontaneous, humour, kind and stopable. Too skinny? Not sexy? Whatever! Yes this movie is not perfect, plot holes are there but adventure film in adapted game is it. This movie is fun, energetic and Vikander make it better. Ayo Vikander, saya mendukungmu. #ForzaVikander

Tomb Raider | Year 2018 | Directed by Roar Uthaug | Screenplay Geneva Robertson-Dworet, Alastair Siddons | Cast Alicia Vikander, Dominic West, Walton Goggins, Daniel Wu, Kristin Scott Thomas, Derek Yacobi | Skor: 3.5/5

Karawang, 140318 – Maudy Ayunda – Perahu Kertas

RIP Stephen Hawking