Lady Bird McPherson: What if this is the best version?!
Yes. This is the best version of my love Saoirse. For Saoirse! For Ronan! For Lady Bird! Saoirse pernah ditanya apakah kata yang sulit diucapkan dalam aksen Amerika? Jawabnya ‘Perfect’. Padahal bagiku kau sudah sempurna sayang.
Just because something looks ugly doesn’t mean that it’s morally wrong. “King Forever 1985!”
Kalau bukan sekarang kapan lagi? Inilah kesempatannya, inilah saatnya, inilah momen itu. Untuk ketiga kalinya Saoirse Ronan mendapat nominasi. Setelah kesempatan pertama dalam Atonement yang absurb, lalu pengalaman dalam Brooklyn kini sang gadis pujaan menjelma Lady Bird. Kali ini kesempatan jauh lebih besar karena setelah kutonton filmnya –berulangkali – memang sangat bagus dan pantas berbicara banyak di Oscar 2018. Catet! Semua kategori saya jagokan film ini – picture, directing, screenplay, actress dan supporting actress. Sempurna. Demi Greta, Demi Laurie, Demi Sacramento. Demi Saoirse, demi kamu sayang.
Kisahnya sudah sangat bagus sedari awal. Bagaimana tidak terpesona? Ada kutipan putih di atas layar hitam: ‘Siapapun yang berbicara tentang hedoisme California, tak pernah menghabiskan Natal di Sacramento’ – Joan Didion. Siapa Joan Didion? Tak kenal? Sama, tapi kutipannya sangat pas menggambarkan kota Sacramento skala luas. Lady dan ibunya bangun tidur dan berdiskusi, apakah Aku terlihat seperti orang Sacramento? Berikutnya nama Penulis besar favoritku John Steinbeck disebut, novel audio The Grapes of Wrath (yang ini belum baca, tapi saya benar-benar terkesan sama Of Mice and Men dan The Pearl) itu didengarkan dalam perjalanan pulang bermobil. Siapa John Steinbeck? Nah kalau yang ini saya tahu dong. Pemenang Nobel Sastra. Mereka dalam perjalanan pulang dari sebuah hotel, dari tur pengenalan kuliah CA, sayangku Christine ‘Lady Bird’ McPherson (diperankan dengan SANGAT cantik seperti biasa, oleh Saoirse Ronan) dengan ibunya Marion McPherson (Laurie Metcalf, Oscar juga for her please…). Hubungan ibu anak inilah tema utama kisah ini. Transformasi putri kesayangan dari sekolah menuju kuliah. Masa-masa peralihan, menuju dewasa. Sebagaimana keluarga umumnya, saat dekat mereka cekcok terus. Jadi ingat kakakku yang pernah robek poster Marcelo Salas. Dari hal-hal remeh seperti milih baju pesta sampai masalah krusial terkait keperawanan. Dialog keren nan lancar dan menggigit dalam mobil tentang pemilihan tempat sekolah itu diakhiri dengan adegan loncat keluar pintu mobil karena ngambek, Yup saat kendaraan masih berjalan. ‘Yang menarik dari 2002 hanyalah sama jika dibaca dari belakang.’
Christine McPherson (berikutnya saya akan pakai nama Lady dalam penyebutan) belajar di sekolah Katolik yang kolot. Sepanjang film nyaris kita akan lihat Saoirse berambut cat merah di sebagian kecil ujungnya dan mengenakan perban pink di tangan kanan (draft aslinya tak ada perban itu, tapi Saoirseku-lah yang mengusulkan), perban itu dicoretin kalimat kasar tentang ibunya. Sekolah agama yang memang lebih banyak mengajarkan budi pekerti, tentang seni dan republik. Dengan setting di Sacramento tahun 2002, kita akan diajak menelusuri keseruan dunia pendidikan dari sisi seorang cewek yang galau. Lady dan sahabat karibnya yang gendut Julie Steffans (Beanie Feldtein) mengambil kelas drama – Some people aren’t built happy. Ikut audisi drama, belajar akting, bikin poster Vote Lady Bird for president dengan gambar burung berkepala dirinya. Poster yang dikomplain bu Guru. Sang guru merekomendasikan ikut kelas drama, padahal Lady ingin ikut Olimpiade Matematika. Hahaha… Kasar.
Ia jatuh hati sama seorang pemuda tampan dari sekolah Xavier Danny O’Niell (Lucas Hedges), lawannya berakting untuk pementasan ‘Merrily We Roll Along’. Kisah cinta pertama ini awalnya terlihat sempurna. Karena saat pesta keluarga ia diajak ke rumah impian yang pernah dilewati duo sahabat. Wow tempat istimewa di Sacramento Timur itu ternyata istana milik neneknya!? Berarti nanti kalau jadi menikahi Danny rumah itu akan jadi miliknya, kan harusnya ke ibunya dulu, Ok nanti saya bunuh! Dasar dialog remaja ngasal. Hampir saja cerita ini jatuh ke kisah kasih anak SMA yang klise. Tidak. Tentu saja tidak.
Sepulang sekolah mereka belajar merokok untuk pertama kalinya. Cerita memang berpusat pada aktivitas hari-hari dalam dunia pendidikan, tapi berjalannya durasi kita diajak menelusuri konflik keluarga jua. Ayahnya Larry McPherson (Tracy Letts) bermasalah dalam pekerjaan. Ia kena pengurangan karyawan – bahasa alusnya PHK sih. Ibunya seorang perawat rumah sakit jiwa yang untuk mengumpulkan duit harus kerja extra, bahkan dobel shift. Untuk membayar sekolah yang dekat saja sidah berat, Lady malah ingin sekolah prestise jauh yang mustahil dibayar. Laiknya keluarga, segalanya akan dilakukan demi anak. Maka saat tahu, Lady berulah di sekolah berujar tentang aborsi kepada gurunya ‘Listen, if your mother had had the abortion, we couldn’t have to sit through this stupid assembly!’, Marion marah besar. ‘Koe tak sekolahke larang-larang, kelakuanmu koyo wedus!’ Ibu yang cerewet, ayah yang pasif. Dua saudaranya freak Shelly (Marielle Scott)dan Miguel (Jordan Rodrigues) yang lulusan Berkeley aja hanya jadi kasir toko kelontong, walau nantinya mereka pun punya sesuatu yang bisa dibanggakan dalam keluarga, sejauh apapun kalian pergi, sedalam apapun kalian terluka, marah, kesal, Keluarga adalah jawaban segala keresahan itu.
Ada keretakan hubungan persahabatan antara Lady dan Julie. Muncul teman baru yang lebih popular Jenna Walton (Odeya Rush) yang menjadi sandaran curhat dan meluangkan waktu. Jenna terlihat memakai rok pendek, sering ditegur guru. Gambaran anak nakal. Permulaan persahabatn mereka pun lucux. Lady ngerjain guru dengan memasang tulisan di belakang mobil ‘Just married to Jesus’. Namun sahabat sejati, jelas tak sama dengan teman yang ada sekedarnya. Adegan saat pesta dansa, itu sungguh menyentuh. Ada hati terluka antara Lady dan pacarnya, alasan putusnya pun dibuat dengan alasan sangat kuat sehingga kita akan ma’ruf. Lady yang juga terpesona sama anggota band L’Enfance, Kyle Scheible (Timothee Chalamet), menjalin kasih berikutnya. Cinta monyet itu berakhir menyakitkan. Kekecewaan Lady mewakili hati para terkasih yang patah. Waktu terus berjalan Lady…
Dan yang utama sekali, hubungan timbul tenggelam antara Lady dan ibunya. Akan sangat spesial jika mereka berdua menang Oscar. Keretakan hubungan itu bisa ditambal sulam, direkatkan lagi, lalu pecah berantakan. Adegan saat Lady meminta nominal itu luar biasa keren, maka saat Saoirse nanti maju ke podium ingatlah bagian ini. Emosi prima, menghenatk, berdebar dan deg-degan. Apalagi keputusan akhir yang pas, di mana keberangkatan Lady merantau untuk melanjutkan studi membuatnya lebih dewasa. I hate California, I want to go to the east coast. I want to go where culture is like, New York, or Connecticut or New Hampshire. Akankah ada kesempatan kedua merajut retak hubungan itu?
Different things can be sad, it’s not all war. Kekuatan utama film ini adalah dialog-dialog berkelas. Memainkan ironi, drama kuat hubungan keluarga yang keren. Pantas menang Best Picture dan Directing. Setelah lama tak terdengar ada sutradara wanita menang piala tertinggi setelah film Zero Dark Thirty, inilah saatnya buat Greta Gerwig. Kota Sacramento pernah membentangkan papan iklan sebagai ucapan selamat untuk Greta Gerwig atas piala Golden Globe, #SacramentoProud bayangkan nantinya saat ia mennag piala tertinggi. Wow. #PalurProud
Chemistry Greta dan Saoirse sangat kuat laiknya Saoirse dan Laurie. Proses sangat awal film ini bahkan terdengar dramatis karena Saoirse di tahun 2015 saat mempromosikan Brooklyn bertemu Greta yang sedang jual film Maggie’s Plan. Di hotel tempat Saoirse menginap itulah, Greta berdialog mengenai proyek Lady Bird, naskah yang sudah selesai ditulis tahun 2013 itu ditelaah dan diapungkan guna terealisasi. Draft naskah aslinya 350 halaman yang bisa memakan durasi lebih dari enam jam, dan setelah tertahan bertahun-tahun Greta dengan bahagia telah menemukan sang protagonist. Saoirse sendiri bilang untuk menghidupkan karakter is terinspirasi film Saved by the Bell tahun 1989. Dalam prosesnya Gerwig bilang sama kameramen untuk tak seringan mengambil gambar close-up Saoirse karena takutnya dijadikan explore kecantikan. Judul aslinya adalah ‘Mother and Daughter’. Bagian saat Danny bilang, ‘Your Mom is crazy’ lalu dibantah Lady karena ibunya hangat, dikelakari lagi ‘She’s warm, yeah but she’s scary and warm.’ Haha… Well, you can’t be scary and warm. Dasar Lady, sekalipun sama ibunya ngambekan tapi tetap saat sama orang lain dibela. All hail Mom!
Apapun itu Lady Bird sukses dari segi kualitas dan komersial. Menjadikan film rumah produksi A24 dengan penghasilan tertinggi.
Melihat alur waktu 2002, saya yakin film ini sebagian besar adalah pengalaman hidup sang director. Pemilihan nama karakter Christine contohnya, itu adalah nama ibunya, apalagi dalam cerita Marion adalah perawat, profesi yang dilakukan Christine Gerwig. Setting waktu 2002 sampai 2003 adalah watu yang sama dengan sang sutradara lulus sekolah SMU di St. Francis Catholic. Tahun yang sama denganku lulus STM 1 Solo, eh abaikan.
‘I was on top! Who the fuck is on top their first time!’ YOU Saoirse, You. Congratulation…
Lady Bird | Year 2017 | Directed by Greta Gerwig | Screenplay Greta Gerwig | Cast Saoirse Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothee Chalamet, Beanie Feldstein, Lois Smith, Odeya Rush, Stephen Henderson | Skor: 5/5
Karawang, 280218 – Sherina Munaf – Ada