Daddy-Long-Legs – Jean Webster

Daddy-Long-Legs – Jean Webster

Tuhan saya adalah pribadi yang baik, simpati, imajinatif, pemaaf, penuh pengertian, dan memiliki selera humor yang baik.

Jarang-jarang saya menyukai cerita happy-ending. Saya sudah bisa menebak siapa karakter misterius itu sejak di pertengahan, jelas sekali Jean melalui Judy mendiskripsikan ‘teman’ masa liburnya dengan istimewa dan gambaran fisik (walau) sepintas yang sesuai dengan yang dituturkan di awal kisah. Saat pada akhirnya tebakan diungkap dan benar, biasanya kita akan bilang waaah kok ketebak. Namun untuk kasus kali ini saya ga merasa kecewa. Saya tetap takjub dan salut atas penuturan kisah panjang petualangan surat-surat itu karena memang pada dasarnya poin utama bukan menebak siapa Daddy-Long-Legs, tapi proses menuju mewujudkan mimpi. Bahwa semua orang berhak atas harapan masa depan yang lebih baik. Apalagi orang tersebut dari semula sudah menunjukkan kerja keras dan semangat pantang menyerah.

Kisahnya tentang anak yatim piatu Jerusha Abott yang sepanjang hidupnya tinggal di panti asuhan John Grier, ia sedang galau karena kini menginjak usia 18 tahun, usia maksimal anak yang ditampung panti. Di hari Rabu Kelabu itu, ia dipanggil pengasuh panti Mrs. Lippett (serius namanya kelipet!). Ketika ia berjalan menuju ruangan, ia secara sepintas melihat dari belakang dan kejauhan Dewan Pengawas panti yang memiliki tubuh jangkung, dan berkaki panjang. Judy – nama panggilan bagus yang ia cipta sendiri, tak tahu siapa gerangan beliau. Maka saat dirinya diberikan kesempatan tinggal di asrama dan melanjutkan belajar ke Perguruan Tinggi dari sosok misterius itu, ia memanggilnya Daddy-Long-Legs (sebutan untuk laba-laba berkaki panjang). Setiap bulan syaratnya menulis surat perkembangan belajarnya. Syarat yang rasanya mudah dan menyenangkan, yang secara langsung mendidiknya menjadi Penulis.

Nah, buku ini sepanjang 200 halaman akan terus bertutur mengenai isi surat Judy kepada wali-nya si Tuan Baik Hati, Mrs Lippett menamainya Mr. John Smith. Dilengkapi ilustrasi lucu dengan coretan tangan, kita bisa melihat perubahan sifat dan karakter Judy. Seorang remaja polos yang selama hidupnya terkurung dalam gedung panti menghadapi kehidupan umum yang sesungguhnya. Ketakjubannya akan realita sekaligus perasaan minder, bagaimana ia menemukan banyak buku-buku klasik yang luar biasa menghibur di usia akhir belasan tahun yang menurutnya sangat terlambat. Sebut saja buku bagus yang terbit di abad ke Sembilan belas, maka ia akan melahapnya. Bagaimana ia berteman dengan anak-anak orang kaya si Julia Rutledge Pabdleton yang agak sombong dan si Sallie McBride, memposisikan diri dalam pergaulan, hingga dorongan paksa untuk menulis setiap bulan itu menjelmanya menjadi seorang Pengarang hebat. Semua dituturkan secara satu arah karena Mr. Daddy-Long-Legs yang pasif seakan cuek.

Judy bisa berbangga diri karena akhirnya bisa mendapat beasiswa unggulan. Bisa menulis buku dan mendapat royalty sehingga 1,000 Dollar uang itu langsung diberikan kepada beliau. Bisa mengajar privat anak-anak mampu. Bisa berlibur di musim panas dan Natal laiknya kelurga pada umumnya. Namun semua kesuksesan itu masihlah belum tuntas kalau ia tak segera tahu siapa sebenarnya malaikat penolongnya, wali-nya, orang tua asuhnya, sekaligus curahan segalanya. Ia begitu dekat hatinya, namun tak terjangkau. Ia begitu dipuja, namun tak kasat mata. Ia begitu misterius, yang mungkin saja saat Judy secara kebetulan ketemu di jalan namun tak menyadari sosok itu. Jadi siapa sesungguhnya Ayah-Berkaki-Panjang itu?

Kisah ini sungguh menginspirasi. Membuatku berangan suatu hari kelak saya punya uang buanyaak maka selain mendirikan Perpustakaan Umum yang besar dan mewah, saya pasti akan memiliki anak asuh istimewa, membentuknya menjadi hebat namun sang anak tak tahu siapa saya. Bagus ya, kenapa ide cemerlang semacam ini baru kusadari? Jean sendiri mengaku mendapat ilham kisah Judy saat beliau melakukan kunjungan amal ke panti asuhan dan reflek berpendapat bahwa mereka layak mendapat kesempatan pendidikan bagus. Pertama terbit tahun 1912, masa yang jauh dari sosmed di mana surat-menyurat menjadi sebuah kelaziman dalam berkabar. 

Banyak referensi Penulis besar. Dari bukunya Anne of Green Gables nya Lucy M Montgomery, Hamlet-nya Shakepeare,  The Treasure Island-nya Stevenson, Wuthering Heighs-nya Emily Bronte, Vanity Fair-nya Tennyson, Plain Tale-nya Rudyant Kipling, Alice In Wondrland-nya CS Lewis, sampai a Little Woman.

Alice Jane Chandler Webster lahir pada tanggal 24 Juli 1876. Ia memiliki garis saudara dengan Penulis hebat Mark Twain yang merupakan saudara kakeknya dan Daniel Boone, salah seorang tokoh penting dalams ejarah Amerika adalah leluhurnya. Sewaktu sekolah Jean terkenal memiliki ejaan yang buruk sehingga seorang guru menegurnya, “Siapa yang mengajarimu mengeja seperti ini?” Jean dengan pendek menjawab, “Webster.” Ia bergurau mempermainkan kata Penulis kamus terkenal di Amerika. 

Daddy-Long-Legs | by Jean Webster | diterjemahkan dari Daddy-Long-Legs | penerjemah Ferry Halim | penyunting Ida Wajdi | pewajah isi Aniza Pujiati | Penerbit Atria | cetakan II, Februari 2010 | ISBN 978-979-1411-83-7 | Skor: 5/5

Karawang, 201017 – Sherina Munaf – 1000 Topeng