The Kite Runner –  Khaled Hosseini 

The Kite Runner – Khaled Hosseini

Inilah novel yang berhasil membuatku menangis sesenggukan. Tepat saat adaptasi film sedang mencapai hype, saya membacanya tahun 2008. Ini adalah contoh buku hebat yang mengaduk-aduk emosi. Begitu juga 

Kisahnya tentang persaudaraan yang abadi, persahabatan tak kenal kasta, merentang jauh dari bumi Timur Tengah yang bergolak sampai Amerika. Seni bertahan hidup, atas nama perang, warga menjadi korban. Migrasi demi kelangsungan hidup. Karakternya orang-orang sekitar, warga kebanyakan yang terjebak masa. Cerita utamanya adalah tentang Amir sang pengecut yang takut tanggung jawab. Semua narasi diambil dari sudut Amir. Tentang Hassan yang setia, rela berkorban demi sahabat. Amir terlahir dengan pengorbanan kematian ibunya, membuat ayahnya menduda. Ia memang dari keluarga kaya, Baba adalah pengusaha sukses dan terhormat, sayangnya harapan Baba memiliki anak pemberani dan pekerja keras sirna karena Amir lebih suka duduk membaca buku ketimbang main keluar rumah. Amir bersahabat dengan Hassan, anak dari pembantunya, seorang Hazara. Anak kecil, tentu saja tak kenal sistem golongan. Mereka akrab karena memang hanya terpaut setahun. Hobi main layang-layang untuk diadu, dan saat ada yang terputus lomba lari terjadi, melawan banyak anak-anak lain. Hassan punya kecepatan dan kehebatan dalam mengejar layangan putus, seakan tahu kea rah mana angina membawanya. Dari sinilah judul utama diciduk. Nah, suatu ketika saat dia tersudut oleh geng kampung yang dikepalai begundal Assef (nantinya saat dewasa ia pun memberi warna kisah ini) yang meminta layang yang dimenangkannya, Hassan berontak karena itu layang istimewa. Amir yang ngumpet sebenarnya punya kesempatan untuk membantu atau setidaknya sedikit melawan. Namun apa yang terjadi sungguh pilu, ia adalah pecundang sejati. Pengecut. Dan puncaknya malah mencipta kasus yang mengakibat Hassan dan ayahnya Ali tersingkir dari rumah. Bagian ini menyedihkan. Sakit, apalagi saat nanti twist terungkap, duh geregetan.

Kisah sesungguhnya terjadi saat perang Afgan meletus tahun 1979 dengan jatuhnya monarki dan pemerintahan berganti ke tangan Taliban. Invasi Rusia yang mengubah sejarah. Terjadi eksodus besar-besaran ke Pakistan, Negara tetangga sampai akhirnya Amerika. Agha Sahib ayah Amir memilih mengajak Amir mengungsi ke benua baru, tanah yang dijanjikan. Memulai hidup baru, harapan baru. Perjuangan itu menghasilkan pendidikan yang layak bagi amir hingga perguruan tinggi. Amir memutuskan menjadi novelis, mewujudkan cita. Hidup lebih nyaman, jauh dari perang. Dan suatu hari ia menerima telpon, telpon yang menghubungkan segala kisah ini, telpon yang mengantarnya untuk pulang kampung. Rentetan kenangan bersama Hassan terngiang, berhasilkah ia menebus dosa itu? Saving the day, saving Sohrab!

Sebuah debut yang menakjubkan. Pertama terbit tahun 2003 dan saat filmnya masuk kandidat best foreign language Oscar, saya menjagokannya. Menang. Siapa yang meragukan Marc Forster? Siapa yang berani menentang jagoan ibu Negara? Syukurlah adaptasi sama bagusnya. Tak banyak yang melenceng, dan visual saat Amir dewasa yang berani kembali mudik demi sepupu (jauh) itu sungguh menegangkan.

Syarat novel bagus ada semua di sini. Plot yang rapi, susunan kisah yang menyegarkan. Tak ada lompatan-lompatan kepingan kisah, semua disusun dengan ketelitian bak buku sejarah. Karakter-karakter yang dicipta sungguh kuat dan nyaris tak ada yang sia-sia, semua tokoh guna dan pas. Terjemahan bagus, kover menarik dengan potret seorang anak melongok di tembok berlubang, di mana kover belakangnya ternyata nyambung! Lalu kejutan itu, identitas karakter yang disimpan itu dibuka dengan cara elegan. Seakan ada bunyi drum kecil yang berdetak pelan terresonansi lalu boom, ketukan akhirnya menghentak. Melonjakkan pembaca, melegakan harapan. Karena profesi Amir Penulis, maka seolah ini adalah biografi sang Penulis. Walau sebanding lurus, penambahan dramatisasi, balutan fiksi yang membumbung dan tentu saja dilukiskan dengan nyata adalah keunggulan utama. Banyak novel-novel bagus memang dibuat dengan latar seperti ini. Yang membuatku benar-benar salut adalah ini debut, ini buku pertama. Gilax!

Saya sudah menentukan bahwa nanti suatu hari saat saya menyusun novel-novel bagus, The Kite Runner harus tercantum, wajib ada. Dan inilah saatnya.

The Kite Runner | by Khaled Hosseini | diterjemahkan dari The Kite Runner | terbitan Riverhead Books Published by The Berkley Publishing Group A divition of Penguin Group, New York | penerjemah Berliani M. Nugrahani | penyunting Pangestuningsih | proofreader Herlina Sitorus | design sampul Andreas Kusumahadi | copyright 2003 | Penerbit Qanita | cetakan II, April 2006 | xiv + 618 hlm; 17.5 cm | ISBN 979-3269-46-4 | Skot: 5/5

Buku ini dipersembahkan kepada Haris dan Farah, keduanya adalah noor mataku, dan untuk anak-anak Afghanistan.

Karawang, 111017 – Sherina Munaf – Primadona