The Hobbit – J.R.R. Tolkien
Fili: “Aku tidak ingin lagi mencium bau apel seumur hidupku. Tongku penuh bau apel. Mencium bau apel terus-menerus dengan perut lapar dan tak bisa bergerak, bisa membuat orang jadi gila. Aku bisa makan apa saja selama berjam-jam sekarang – asal jangan buah apel.”
Setelah terpesona The Lord Of The Rings (filmnya) yang kutonton tahun 2005 sampai beli kaset vcd original komplit seri, saya sempat akan membeli novelnya. Sayang di Cikarang susah sekali menemukan. Seakan sekejap waktu merentang cepat sampai di tahun 2009, saya malah menemukan The Hobbit di tumpukan buku diskon di Carefour Cikarang, dan taa-daaa… saya terkesan. Saya sangat terkesan. Setelah epic Potter berakhir 2007 inilah buku fantasi yang sukses bisa sampai klimak to the maxxx. Tiga tahun terentang ada Bartimaeus trilogy yang juga superb. Speechless.
Filmnya dibagi menjadi tiga, padahal bukunya tak lebih tebal dari al kitab. Dulu antusias menanti, tapi karena yang pertama bagus yang kedua sekedar lumayan, yang ketiga hingga kini belum kulihat. Kisahnya dipanjang-panjangkan, dan banyak sekali yang dicipta baru untuk memenuhi durasi. Karena setting waktu memang sebelum kisah Frodo maka segalanya memang mungkin.
Poin utama cerita adalah kumpulan kurcaci berjumlah tiga belas yang meminta bantuan hobbit cerdas, pintar menyelinap curi dan selalu rindu rumah di Bag’s End, Bilbo Baggins untuk menyertainya perjalanan ke Timur menuntut hak pada naga jahat Smaug yang menguasai lembah penuh emas. Dipimpin Thorin Oakenshield yang ambisius dan disertakan Gandalf the Grey yang memberi saran untuk mengajak Bilbo, mereka berpetualang. Mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir Indah ke samudera. Dihadang berbagai rintangan dan Bilbo tersesat di gua Gollum yang mengakibat sebuah cincin ajaib dikenakan, berhasilkah?
Kutipan-Kutipan
Kami di sini lebih suka hidup tenteram dan tidak menyukai petualangan. Petualangan cuma membawa kesulitan dan tidak menyenangkan. Membuat makan malam jadi terlambat! Aku tidak mengerti kenapa ada orang yang menyukai petualangan. – 15
Hari berikutnya Bilbo hampir melupakan Gandalf sama sekali. Ingatannya memang tidak terlalu tajam, kecuali ia mencatat dalam Daftar Acara. – 17
Dengan tongkat kayu dibabatnya kepala raja goblin yang bernama Golfimbul hingga terpelanting. Kepala raja itu melayang di udara sejauh delapan puluh meter, dan masuk tepat ke lubang kelinci. Maka dalam pertempuran ini pasukan goblin dikalahkan, dan sejak itu pula terciptalah permainan golf. – 29
Waktu melihat tampang orang kecil yang lucu itu, aku sudah mulai ragu. Dia lebih mirip pedagang barang kelontong daripada pencuri! – 30
Bagaimana aku akan bisa mengatasinya? Dan apakah aku akan kembali dengan selamat? – 35
“Jangan seperti orang tolol, Bilbo Baggins!” katanya pada diri sendiri, “Percaya pada naga dan segala dongeng omong kosong dalam usiamu yang setua itu!”
Sampai akhir hayatnya Bilbo tak pernah mengerti, bagaimana ia bisa keluar tanpa topi, tongkat, atau uang atau segala sesuatu yang biasa dibawanya kalau pergi ke luar. – 43
“Sial benar segala urusan ini. Ingin sekali aku berada di rumah, dalam laingku yang menyenangkan, dekat api dengan ketel yang bersiul.” – 45
Semakin sedikit bertanya-tanya, semakin sedikit pula kesulitan yang akan kita temukan. – 47
Bilbo terpaksa berangkat sebelum sempat mengatakan bahwa ia tak bisa menirukan suara burung apa pun. – 48
“Mengapa tidak kautunjukkan dari tadi?” – 58
Jadi sekarang kalian sudah mengerti. Lain kali kalian harus lebih hati-hati, kalau tidak kita takkan sampai ke mana pun. – 60
Sekali lagi ia membayangkan kursinya yang empuk di muka perapian, dalam liang hobbit-nya dan ketel yang mulai bersiul. Bukan untuk terakhir kali! – 62
Kadang-kadang ia terangguk-angguk dan hampir jatuh dari tungganggannya, atau hidungnya menumpuk leher kuda poninya. Makin turun ke bawah semangat mereka makin naik. – 64
“Lembah punya telinga dan beberapa peri punya lidah yang terlalu periang. – 67
Hari-hari yang penuh kegembiraan rasanya tidak menarik untuk diceritakan. Sementara itu, segala hal yang kurang enak, mendebarkan hati dan bahkan menyedihkan selalu lebih memikat untuk diceritakan. – 67
‘tinggi pintu lima kaki dan tiga bisa berjalan berjajar’ – 69
‘Berdirilah dekat batu kelabu waktu srigunting mematuk, dan matahari yang sedang terbenam akan memancarkan cahaya terakhir Hari Durin ke arah lubang kelinci.’ – 70
“Aduh, mengapa aku mau meninggalkan liang hobbit-ku!” kata Bilbo yang terlonjak-lonjak di punggung Bombur. – 85
Mula-mula ia terkejut, tapi lama-lama ia jadi terbiasa. – 89
Kadang-kadang Goblin Besar ingin makan ikan dari danau dan disuruhnya anak buahnya pergi ke sana. Kadang-kadang baik goblin maupun ikannya tak pernah kembali. – 91
Waktu! Waktu! – 97
Ia membayangkan kehidupan Gollum yang tidak mengenal hari, cahaya dan pengharapan. Yang diketahuinya hanya batu keras, ikan dingin, merayap-rayap dan berbisik-bisik sendiri. Bayangan itu melintas sekejap dan Bilbo menggigil. – 107
‘Selama ini dia lebih banyak memberikan kesulitan daripada bantuan pada kita. Kubilang, terkutuklah dia!’ – 113
“Apa yang akan kita lakukan. Apa yang akan kita lakukan? Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya.” – 120
Pohon bukanlah tempat yang menyenangkan untuk diduduki lama-lama, pada saat kapan pun. Lebih-lebih kalau malam dingin dan berangin. Ditambah dengan sekelompok serigala mengepung dan menunggu untuk memakan mereka, tidak ada lagi tempat yang lebih menyedihkan. – 122
“Sekarang aku tahu bagaimana perasaan dendeng yang tiba-tiba diangkat dari penggorengan dengan garpu dan ditaruh kembali di atas rak!” – 132
Ia tidur bergelung di karang yang keras, lebih nyenyak daripada tidurnya di kasur empuk di rumahnya sendiri. Tapi semalaman ia memimpikan rumahnya. – 135
Ingat, kalian tidak boleh keluar dari jalan setapak karena alasan apapun. – 160
Semua tergantung dari nasib baik kalian, serta keberanian dan kecerdasan otak kalian sendiri. – 165
“Bukan itu yang kumaksud. Maksudku, tidak adakah jalan memutar.” – 166
Bilbo berlutut di tepi air dan melihat ke sebarang. Tiba-tiba ia berseru, “Ada sampan di seberang! Aduh kenapa tidak berada di tepi sebelah sini!” – 171
“Apakah hutan terkutuk ini tak ada habis-habisnya?” – 176
“Kenapa aku bangun dari tidur? Mimpiku Indah sekali. Aku mimpi berjalan di hutan yang agak mirip hutan ini. Di tanah ada api unggun. Pesta sedang berlangsung. Ada Raja Peri Hutan di situ mengenakan mahkota daun. Rakyatnya menyanyikan lagu gembira. Aku tak menghitung atau melukiskan makanan dan minuman yang begitu banyak.” | “Kau tak perlu menceritakannya,” kata Thorin. “Kalau kau tak bicara soal lain, lebih kau diam saja. Kami sudah cukup kesal gara-gara kau…” – 179
“Ya, mereka tidak takut. Tapi apa aku tidak takut pada mereka?” – 182
Bilbo berlari berkeliling sambil memanggil-manggil, “Dori, Nori, Ori, Oin, Gloin, Fili, Kili, Bombur, Bifur, Bofur, Dwalin, Balin, Thorin Oakenshield.” Sementara itu, ia merasa ada orang-orang yang tak bisa dilihat dan didengarnya juga berlari mengelilinginya sambil memanggil namanya berkali-kali. – 184
Satu-satunya makhluk yang tidak diberi ampun oleh Peri Hutan hanyalah laba-laba raksasa. – 199
Semua kurcaci diikat dengan tali, dijajarkan dan dihitung. Tapi mereka tak pernah menemukan atau menghitung si hobbit. – 201
“Kami kira kau punya rencana yang masuk akal, waktu kau mencuri kunci tahanan. Ini rencana gila!” – 211
Mereka berhasil meloloskan diri dari penjara Raja Peri. Tapi apakah mereka hidup atau mati, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab. – 219
Seandainya mereka tahu apa yang terjadi kemudian, mereka pasti akan sangat terkejut. – 225
Tapi apa yang diucapkannya sangat berlainan dengan apa yang dipikirkannya. – 233
“Kalian bilang tugasku adalah duduk di ambang pintu dan berfikir. Nah, aku sedang duduk dan berfikir.” Tapi Bilbo tidak sedang memikirkan tugas yang dibebankan padanya. Ia sedang memikirkan Daerah Barat nun jauh di sana, serta liang hobbit di bawah Bukit yang menyenangkan. – 240
Para kurcaci gemetar. Takut jangan-jangan kesempatan ini akan lenyap kembali. Mereka mendorong batu sekuat tenaga – namun usaha mereka sia-sia. – 243
“Akhirnya kau melibatkan dirimu dalam bahaya, Bilbo Baggins.” – 247
“Aku tidak diikutsertakan untuk membunuh naga. Itu tugas seorang prajurit. Sebagai pencuri, tenagaku dipakai untuk mencuri harta.” – 254
Aku percaya apa yang dikatakannya, walau aku yakin itu bukan dari pengalamannya sendiri. – 255
“Akulah si pencari jejak, pemotong jaring laba-laba, lalat penyengat. Aku yang terpilih sebagai pemilik nomor mujur.” – 257
“Sisikku seperti perisai berlapis sepuluh. Gigiku deretan pedang, cakarku tombak, dan lecutan ekorku halilintar, sayapku angin ribut, dan napasku tiupan Elmaut.” – 261
“Jangan takut! Selama masih hidup selalu ada harapan, begitulah kata ayahku selalu.” – 270
Yang harus kita cari sekarang adalah jalan keluar, dan kita sudah terlalu lama bergantung pada nasib baik! – 276
Pembicaraan mereka selalu sampai pada satu pertanyaan: di mana Smaug? – 281
“Tempat ini masih berbau naga,” gerutunya sendirian. “Membuatku mau muntah rasanya. Dan aku benar-benar sudah sebal makan cram.” – 304
Meski aku sendiri tak pernah merasa sebagai pencuri – tapi aku pencuri yang jujur. – 311
Tapi perang ini rasanya sama sekali tidak mengandung kebesaran. Bahkan tidak menyenangkan, dan mengerikan. Ingin sekali aku tidak terlibat di dalamnya.” – 326
“Kalau kelak kau lewat di muka rumahku, masuklah. Kalian tak usah mengetuk pintu lagi. Waktu minum teh pada jam empat, tapi kapan pun kalian datang, akan kusambut dengan senang hati.” – 334
Dan aku sangat bangga akan dirimu; tapi kau juga hanya makhluk kecil di tengah alam semesta yang begini besar! – 348
Kutipan yang saya ketik ulang panjang nan banyak ya. Maklumlah ini buku istimewa. Setiap lembarnya memberi kesan, dan bagian terbaik kesukaanku ada dua yang pertama saat main tebak-tebakan dengan Gollum. Cerdas dan sangat menyenangkan. Saya sampai teriak, ‘wow wow wow’. Satunya lagi setiap Bilbo ingat rumah liangnya yang nyaman. Kalau ditolok ukur kepuasan fantasi, The Hobbit adalah yang terbaik. Lebih hebat ketimbang Harry Potter, Narnia, His Dark Materials apalagi Bartimaeus. Pertama terbit tahun 1937, jauh sekali dari fantasi era modern J.R.R. Tolkien menulis kisah bak sebuah dongeng yang lezat disantap dalam kondisi apapun. Setahuku doeloe pernah diterjemahkan ke Balai Pustaka, dengan sampul jadul nan klasik. Yang kubaca adalah terjemahan Gramedia, yang syukurlah sangat bagus. Tak ada komplain, ditambah ilustrasi bagus yang membawa bayang, sungguh ini adalah kisah yang sempurna.
The Hobbit jelas masuk 10 besar novel terbaik yang pernah saya baca. Noted!
The Hobbit atau Pergi dan Kembali | by J.R.R. Tolkien | diterjemahkan dari The Hobbit | originally published in English by HarperCollinPublishers Ltd | copyright 1937, 1951, 1966, 1978, 1995 | alih bahasa A. Adiwiyoto | GM 402 02.011 | sampul dikerjakan oleh Eduard Iwan Mangopang | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | cetakan ketiga, Mei 2002 | 352 hlm; 23 cm | ISBN 979-686-767-2 | Skor: 5/5
Karawang, 140917 – Sherina Munaf – Bermain Musik
Ping balik: Best 100 Novels | Lazione Budy
Ping balik: Best 100 Novels of All Time v.2 | Lazione Budy
Ping balik: The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring #24 | Lazione Budy