Lupita Nyong’o: Setiap Orang Boleh Bermimpi

image

Pergelaran Piala Oscar 2014 sudah berlalu. Tak banyak yang masih dibicarakan selain para pemenang dan film-film yang memukau seperti film terbaik 12 Years A Slave dan film peraih Oscar terbanyak Gravity. Sementara artis yang meraih Oscar relatif tak begitu terkenal bahkan diantaranya ada yang baru pertama kali masuk daftar nominasi tapi langsung menang seperti yang dialami Lupita Nyong’o.

Artis ini masih menjadi perbincangan hingga kini meski perannya hanya sebagai artis pendukung. Lebih dari itu ia adalah nominasi berkulit hitam keturunan Afrika yang jika dilihat sejarah, kaum Afro-Amerika sangat jarang menang di pergelaran Academy award. Tantangan ini masih ditambah dengan kenyataan bahwa di barisan nominasi Lupita harus bersaing dengan artis kenamaan Jennifer Lawrence (American Hustle), Sally Hawkins (Blue Jasmine), Julia Roberts (August: Osage County) dan Jane Squibb (Nebraska).

Academy award yang lebih popular dengan sebutan Piala Oscar adalah ajang pergelaran penghargaan film yang diselenggarakan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS), yang anggotanya kalangan selebritis AS dan unsur-unsur pendukungnya. Anggotanya sekitar 6000 orang. Mereka inilah yang memilih siapa yang masuk nominasi dan menentukan pemenangnya.

Meski saingannya berat, jika patokannya pada kemampuan akting di film tersebut, peluang Lupita memang amat besar. Hal ini terlihat sebelum Oscar, 12 Years A Slave meraih 29 award ajang festival film dunia selama 2013. Prediksi itu terbukti benar.

Setelah menerima piala, Lupita berpidato, “Ketika saya melihat ke patung emas ini (Piala Oscar), itu menyadarkan saya dan setiap anak kecil bahwa tak masalah kamu berasal dari mana, mimpimu itu sah.”

Nyong’o adalah artis kelahiran Meksiko City, Meksiko, 1 Maret 1983. Ayahnya seorang politisi Kenya, Peter Anyang Nyong’o yang ketika lahir Peter sedang menempuh pendidikan politik di Meksiko dengan membawa serta istrinya, Dorothy. Karena tempat lahirnya itulah, Nyong’o memiliki dua kewarganegaraan.

Mereka pulang ke Kenya ketika Nyong’o belum genap satu tahun. Ayahnya menjadi profesor di University of Nairobi. Mereka hidup di kelas menengah. Saat usianya 16 tahun ayahnya kembali ke Meksiko untuk belajar Bahasa Spanyol. Lupita ikut dan belajar di Universidad Nacional Autonoma de Mexico.

Ketertarikannya di dunia akting terjadi saat dia menempuh pendidikan di Hampshire Collage di Amerika dengan mengambil kelas drama. Setelah lulus dia bekerja di sebuah production house, lama-lama ia tertarik ikut serta dalam akting. Kesempatan pertama di dapat tahun 2008 ketika sautradara Marc Grey membuat film pendek East River.

Film ini tak banyak mendapat perhatian. Di tahun itu juga ia kembali ke Kenya. Lalu membuat film seri televisi Shuga yang ditayangkan di MTV Afrika. Setelahnya membuat film dokumenter In My Gene yang bercerita tentang populasi albino di Kenya yang ia tulis, sutradarai, dan produksi sendiri. Ternyata film itu mendapat perhatian dan menjadi pemenang di ajang 2008 Five College Film Festival. Bakat sutradaranya makin teruji saat menyutradarai video musik The Little Thing You Do (Wahu featuring Bobi wine) yang menjadi nominasi pemenang Best Video Award di MTV Africa Music Award 2009.

Ternyata ia penasaran dengan bakat aktingnya. Untuk meningkatkan kemampuan aktingnya ia sekolah lagi di Yale School Of Drama, Yale. Selama menempuh pendidikan ia mendapat tawaran dari Steve McQueen. Film itulah yang kita kenal memenangkan best picture 2013.

Diketik ulang dari majalah Luar Biasa edisi No. 64 Tahun VI | April 2014 halaman 27-28

FX Sudirman – Jakarta, 230216 – Oscar 2016

Bridge Of Spies: Very Spielberg Motion Picture

image

James B Donovan: Aren’t you worried? | Rudolf Abel: would it help?
Sekali lagi sutradara kawakan Steven Spielberg memukau kita. Tanpa tahu ini kisah tentang apa dan bagaimana, saya dibuat terpesona oleh kisah panjang tentang pertukarang mata-mata saat perang dingin Amerika dan Uni Soviet pasca Perang dunia II. Berdasarkan buku karya Vin Arthey berjudul Abel. Adegan pembukanya khas film spy. Seorang pelukis tua sedang melukis dirinya sendiri lewat bantuan cermin. Adegan ini berdasarkan lukisan Norman Rockwell triple self-portrait. Dicurigai sebagai mata-mata oleh pemerintah, FBI menguntitnya. Awalnya tak terlacak namun akhirnya ditangkap. Di sinilah akting Mark Rylance memukau. Sebagai mata-mata Rudolf Abel dengan tatapan hampa, tak banyak bicara namun permainan mimik dan gesture menjelaskan semuanya. Seakan tak mengkhawatirkan apapun.
Menjelang persidangan, James B Donovan (Tom Hanks – kolabolasi keempatnya dengan sang sutradara setelah Saving Private Ryan, Catch Me If You Can, dan The Terminal) ditunjuk oleh perusahaan bantuan hukum untuk menjadi pembelanya. Sesuatu yang sulit karena sebagai warga Amerika jelas mustahil membela musuh, apalagi saat itu perang dingin sedang berlangsung. Isu sensitif dua negara adikuasa. Proses jelang persidangan yang panjang memberi kesempatan penonton mengenal karakter-karakternya. Blow-up media makin memanaskan situasi yang membuat James khawatir para juri akan terpengaruh untuk mengambil keputusan. Mata-mata musuh, ancamannya hukuman gantung. Karena saya sudah membaca bukunya Sidney Sheldon, “Malaikat Keadilan” saya jadi tahu seluk beluk ruang pengadilan, jadi saya sangat menikmati proses itu. Diluar duga masyarakat, Abel lolos dari hukuman mati, James sendiri kaget dia bisa “memenangkan” pertarungan. Warga marah, suatu malam rumah James diteror. Petugas yang seharusnya menjaga malah membuat runyam ikut menghujatnya karena dianggap penghianat. Saat scene makan malam, James berujar kepada keluarganya, “Every man deserves a defense” kutipan yang sama dipakai tom Hanks dalam film The Green Mile. Pengacara memang profesi dua mata pisau, antara jadi pahlawan atau pecundang sangat tipis.
Hasil persidangan itu ternyata tepat. Sesuai prediksi James, suatu saat siapa tahu kita bisa menggunakannya sebagai pertukaran tawanan dengan musuh. Sementara angkatan udara Amerika sedang melatih timnya untuk sebuah misi. Nama pesawat yang dipakai adalah U2, ya diambil dari band legendaris itu. Eve Hewson, putri Bono vokalis U2 ikut ambil abgain di film ini. Francis Gary Powers (Austin Stowell) salah satu pilot tertembak lawan dan dijadikan tawanan Uni soviet. Sempat tak mengaku dirinya hanya pilot biasa, namun fakta bahwa pesawat yang dikendarainya penuh kamera. Sementara di tempat lain, seorang mahasiswa Amerika yang sedang di Jerman Frederic Pryor (Will Rogers) ditangkap karena dicugai terlibat politik. Masa dimana Jerman mulai dipisahkan tembok Berlin, masa pasca Hitler itu masih sangat mencekam. Terlihat dalam sebuah adegan sekelompok pemuda mencoba melompati tembok dan diberondong peluru. Seram sekali.
Disusunlah sebuah kesepatakn untuk tukar tawanan. Tempat yang ditetapkan untuk negosiasi di Jerman Timur. Masa saat setiap orang asing yang lewat dicurigai. Digeledah dan interogasi. Pihak Uni Soviet meminta pertukaran antara Abel dan Francis. Pihak Jerman Timur sebagai tuan rumah meminta pertukaran Abel dan Pryor. Sementara Amerika meminta pertukaran tawanan Abel untuk Francis beserta Pryor. Dua untuk satu. Satu untuk dua. Rumit. Tegang. James Donovan yang seorang pengacara tentu saja lihai berbicara namun tetap saja ini pertaruhan nyawa. Berhasilkah misi ini?
Well, saya terkejut Tom Hanks tak ada di daftar nominasi Oscar. Bandingkan dengan aksi Matt Damon yang so so. Atau Michael Fassender yang melow. Mark tampil memukau dengan mimik wajah tanpa dosa. Tenang yang mengintimidasi. Layak menang, saya jagoin dia. Untuk screenplay juga juara, namun persaingan sangat ketat. Film ini khas sekali Spielberg. Scene-scene sunyi, dialog bagus. Sempat dengan judul palsu saat syuting dengan nama St. James Place. Dan walau temanya berat ditampilkan dengan bagus tanpa banyak perlu berfikir keras. Jembatan yang dipakai untuk syuting adalah jembatan yang sesungguhnya dipakai dalam pertukaran tawanan di tahun 1960an. Dan sering dipakai untuk pertukaran tawanan lain berikutnya. Jembatan mata-mata, ungkapan yang pas sekalipun ending di jembatannya itu sangat tertebak. Film sebagus ini jangan sampai bertangan hampa di Oscar nanti. Minimal satu piala dan sekali lagi saya tebak piala itu untuk Mark.
Bridge Of Spies | Directed by Steven Spielberg | Screenplay Coen brother, | Cast Tom Hanks, Mark Rylance, Joshua Harto, alan alda, Amy Ryan | Skor: 4/5
Karawang, 280216

Prediksi Oscar 2016: Priest and Justice

image

Untuk pertama kalinya sebelum hari H saya berhasil menyaksikan seluruh nominasi best picture. Perjuangannya tak semudah yang kalian kira. Sayangnya kedelapan film tak sempat saya buat tulisan semuanya. Seperti tahun-tahun sebelumnya prediksi hanya berisi satu tebakan. Tak ada seri atau dua-tiga pemenang jadi ya harus tebak SATU tiap kategori. Saya tidak suka prediksi yang menulis ‘should be’, ‘will be’ bahkan ada yang sampai tiga ‘wild card’. Come on, be gentle dengan prepare jawaban lain. Dan berikut prediksi Lazione Budy:
Best motion picture of the year – “Spotlight”
Ini adalah film yang berani. Sebuah fakta yang mengerikan diangkat ke layar lebar: kejahatan di dalam gereja! Juri Oscar tentu saja menyukai hal-hal yang unik sekaligus kontroversial. Kalau keruwetan Big Short juara. Kalau kepuasan menonton Mad Max-lah jagonya. Kalau psikologi jelas Room memimpin. Beruang ngamuk? Ya ya bisa jadi memporakporandakan panggung. Tahun ini adalah tahunnya Spotlight! Yang pasti tidak untuk Martian.
Performance by an actor in a leading role – Leonardo DiCaprio in “The Revenant”
The Danish Girl gagal kutonton setelah tahu cd tak bisa berputar di laptop. Trumbo luar biasa, saya suka film-film yang mengangkat biografi penulis. Lupakan Matt dan Fassy. Kali ini juri Oscar membeikan pilihan kepada sang legenda Leo. Yah walaupun sejujurnya aksi beliau di sana lebih banyak mengerang, melenguh dan memekik dalam pelukan beruang. Andai gagal lagi, ayo Leo bersembunyilah di dalam kuda!
Performance by an actress in a leading role – Brie Larson in “Room”
Untuk pertama kalinya aktris pujaanku Saoirse Ronan mendapat nominasi best actress. Walau aksinya jadi gadis lugu yang merantau mempesona kurasa ada yang kurang. Belum nonton Carol dan 45 Years. Yang pasti J-Law ga mungkin, bisa terjatuh lagi di panggung saking shock-nya.
Performance by an actor in a supporting role – Mark Rylance in “Bridge of Spies”
Sampai hari Minggu kaset Creed ga sempat ketonton. Inilah kategori terketat tahun ini. Semuanya bagus. Tapi kalau diurutkan Bale paling rendah, lalu Ruffalo, lalu Hardy. Yang tertinggi? Ya si mata-mata tua Mark Rylance. Penampilan gemilang tiada dua.
Performance by an actress in a supporting role – Jennifer Jason Leigh in “The Hateful Eight”
Please deh jangan Kate Winslet. Steve Jobs adalah film anti-klimak. Pengen lihat Alicia Vikander angkat piala gara-gara penampilan briliannya di Ex Machina. Well, sayang sekali kalau borunan 10,00 Dollar ini tak menang. Perubahan karakter dari yang pasrah menjadi mengerikan di akhir sungguh memukau.
Achievement in directing – “Spotlight” Tom McCarthy
Setelah beberapa kali terlepas jalur antara best picture dan best director di awal 2010-an lalu tahun lalu kembali sejalan lagi dalam Birdman. Tahun ini saya menyakini berlanjut.asal jangan Iñárritu, back-to-back juara? Please kasih yang lain dong.
Adapted screenplay – “The Big Short” Screenplay by Charles Randolph and Adam McKay
Saya sempat beberapa kali pause, rewind, play, lalu replay untuk tahu maksdu film ini. Namun tetap saja pusing, otakku ga kuat menangkap maksud awal mula bencana krisis ekonomi Amerika 2008. Script yang bagus salah satunya adalah membutuhkan konsentrasi dan berulang dinikmati. Yang pasti bukan Martian (lagi).
Original screenplay – “Ex Machina” Written by Alex Garland
Saya sempat menebak Bridge of Spies akan menang. Namun film semeriah Ex Machina ga boleh tangan hampa. Karena di kategori efek ga mungkin jadinya di kategori (menurutku) paling bergengsi ini. Go Alex Go!
Best animated feature film of the year – “Inside Out” Pete Docter and Jonas Rivera
Cukup! Tak usah dibahas. Ini pasti menang.
Best foreign language film of the year – “A War” Denmark
Tebakan liar, satu-satunya kaset yang ada di rumah ya A War. Dan kuharap juara.
Achievement in cinematography – “The Revenant” Emmanuel Lubezki
Bakal menjadikannya hatrick untuk Lubezki. Sayang sekali padahal saya suka sekali Hateful 8.
Achievement in costume design – “Mad Max: Fury Road” Jenny Beavan
All hail Immortan Joe. Kostum gila untuk film gila. Mad Max is too mad. kostum si gila dan genk-nya keren. Semoga besok saat nobar Oscar kutemui penonton memakai topeng Max. Dan saya bisa berfoto denganya.
Achievement in film editing – “The Big Short” Hank Corwin
Si krisis menang lagi? Yup!
Achievement in makeup and hairstyling – “The Revenant” Siân Grigg, Duncan Jarman and Robert Pandini
Kabar 4 jam adalah waktu yang dibuhkan untuk membentuk luka Leo membuatku memilihnya. Buzz yang berhasil.
Achievement in music written for motion pictures (Original score) – “The Hateful Eight” Ennio Morricone
Film western Quentin jadi lebih mencekam ketimbang Django. Film terbaik 2015 benar-benar disokong skore menawan.
Achievement in music written for motion pictures (Original song) – “Earned It” from “Fifty Shades of Grey” Music and Lyric by Abel Tesfaye, Ahmad Balshe, Jason Daheala Quenneville and Stephan Moccio
Film mengecewakan 50 sisi Grey memiliki lagu-lagu bagus.
Achievement in production design – “The Danish Girl” Production Design: Eve Stewart; Set Decoration: Michael Standish
Achievement in sound editing – “Star Wars: The Force Awakens” Matthew Wood
Achievement in sound mixing – “Star Wars: The Force Awakens” Andy Nelson, Christopher Scarabosio and Stuart Wilson
Achievement in visual effects – “Star Wars: The Force Awakens” Roger Guyett
Yup tiga kategori terakhir saya memilih Star Wars. Ini film yang sangat bagus dan sangat layak diapresiasi terutama di visual efek. May the force be with you!
Karawang, 280216

Hateful Eight: “Who-Done-It” Murder Mystery

image

John Ruth: One of them fellas is not what he say it.
Wow wow wow. Inilah film kedua Oscar 2016 yang saya beri nilai 5/5 setelah Mad Max. Film berdurasi 2:47:38 ini sempat membuatku was-was akankah waktu selama itu akan setimpal diluangkan untuk menikmatinya? Hasilnya adalah sebuah film yang (hampir) semenakjubkan Pulp Fiction. Seru!
Film dibagi dalam enam bagian layaknya sebuah buku. Chapter one: Last Stage to Red Rock. Chapter two: Son of Gun. Chapter three: Minnie’s Haberdashery. Chapter four: Domergue’s Got a Secret. Chapter five: The Five Passengers. Dan chapter six: Black man, White hell. Satu jam pertama adalah dialog-dialog panjang yang hebatnya asyik sekali diikuti. Seperti judulnya film ini mengisahkan delapan orang saling benci yang ‘terperangkap’ dalam satu ruangan. Kedelapan karakter utama itu adalah empat penumpang kereta kuda: Mayor Marquis Warren (Samuel L Jackson – kolaborasi keenamnya dengan Quentin Taratino, duanya sebagai narator), John Ruth “The hangman” (Kurt Russel) keduanya pemburu hadiah, Daisy Domergue (Jennifer Jason Leigh) sang borunan dan Chris Mannix (Walton Goggins) karakter muda yang sepertinya menyebalkan, karakter sempalan yang ternyata punya peran sangat penting di akhir cerita ini. Empat yang lainnya adalah tokoh yang sudah menunggu di kedai Minnie: Jenderal Sandy Smithers (Bruce Dern), Oswaldo Mobray (Tim Roth), Joe Gage (Michael Madsen) dan Bob (Demian Bichir). Mereka memainkan peran dalam kisah misteri “who-done-it” pembunuhan. Semua tampak absurb layaknya sebuah cerita detektif.
Bersetting di Wyoming, Amerika yang dingin bersalju. Cerita dibuka dengan pertemuan absurb seperti di Django Unchained. Menuju Red Rock city, awalnya sang bounty hunter, John Ruth membawa buronan Daisy seharga 10.000 Dollar dalam kereta kuda yang dikendarai O.B. Di tengah jalan mereka bertemu Mayor Warren yang membawa dua mayat borunan, Warren ingin menumpang kerena terjebak badai. Dengan menunjukkan surat Linconl sebagai bukti keakraban dengan sang presiden. Lalu muncul satu lagi penumpang Chris yang juga terjebak badai salju. Sebagai sherif baru Red Rock yang masih hijau. Awalnya saling curiga karena melibatkan hadiah besar dalam kereta itu. Rute menuju Red melewati kedai Minnie.
Di Minnie’s Haberdashery ternyata sang pemilik tak ada di tempat sedang ada keperluan, sementara kedai dipercayakan kepada Bob sang Mexican (nantinya jadi poin penting membuka misteri). Di sana sudah ada tamu “yang sudah menunggu” rombongan ini. Jenderal Sandy, koboi penyendiri Joe, sang Englishmen Mobray dan kakek pemurung di depan perapian. Saat masuk ke kedai semua memang sudah terlihat tak lazim. Pintu yang rusak yang ketika masuk harus didobrak, saat ditutup harus dipaku. “Orang bodoh macam apa yang merusak pintu ini”. Umpatan yang nantinya akan dijawab dengan brilian di chapter akhir. Setelah ngumpul, mulailah kita diperkenalkan para karakter lebih jauh lagi. Cerewet, ngobrol panjang nan berbelit namun sangat penting untuk menarik minat kita. Saya sampai berujar, “suatu saat saya HARUS bisa bikin cerita dengan kekuatan dialog sehebat ini.” Kekuatan kata-kata yang tiada duanya. Salah satu yang membuatku terkesan adalah, dialog tentang pembunuhan anak sang kakek. Itu angan kosong pembuka kacaunya kedai Minnie. Tiap karakter dimainkan dengan pas oleh para aktornya. Samuel L Jackson sebagai leading role, Tim Roth yang logat Inggrisnya terkesan sombong. Daisy menyimpan letupan mengerikan. Sampai akhirnya terpecahlah misteri pembunuhan. Siapa dan mengapa? Tonton segera film hebat ini.
Selesai menontonnya saya hanya bisa bilang ‘speechless’. Kehabisan kata-kata untuk memujinya. Bagaimana bisa ada cerita sebrilian ini. Heran, screenplay serapi dan seindah ini tak sampai masuk ke Oscar. Tarantino menjadi narator yang suara beratnya khas. Seperti membacakan dongeng kepada kita. Dan kita memang sedang mendengarkan dongengnya. Hatefull hanya mendapat 3 nominasi: best cinematografi yang sayangnya sudah disegel Revenant, best supporting actress Jennifer Jason Leigh, dan best skoring. Tak akan rela ini film tangan hampa. Minimal satu piala harus digondol. Saya prediksi dua untuk Jennifer dan Ennio Morricone. Suka sekali sama lagu”Jim Jones at Botany Bay”. Butuh kesabaran memang menonton film Tarantino, 2/3 adalah ngobrol ngalor-ngidul tapi percayalah itu sangat layak. Sebagian besar emang omong kosong namun selalu was-was karena poin-poin penting muncul tak terduga di bagian mana. Endingnya sendiri sangat manis mengungkap tanya apa isi surat presiden Abraham Linconl. Dan apapun genre yang kalian suka, apapun kategori film yang kalian ekpekstasi. Tak peduli kalian fan Taratino atau bukan, kalau kalian ingin film berkualitas Hatefull Eight WAJIB tonton. Serta mulailah berdoa Jennifer Jason Leigh akan menyelamatkan piala itu. Eh film ini juga dibintangi oleh Channing Tatum. Kemana anak itu ditempatkan?
Hatefull eight | Directed by Quentin Tarantino | Screenplay Quentin Tarantino | Cast Samuel L Jackson, Tim Roth, Kurt Russel, Jennifer Jason Leigh, Walton Giggins, Demian Bichir, Micahel Madsen, Bruce Dern, James Parks, Dana Guerrier, Zoe Bell, Lee Horsley, Gene Jones, Belinda Owino, Craig Stark, dan Channing Tatum | skor: 5/5
Karawang, 280216 – pergilah kau, pergi dari hidupku (munaf)

Room: A Tense And Compelling Film

image

Jack: When I was small, I only knew small things. But now I’m five, I know everything!
Tulisan ini mungkin mengandung spoiler. Bagi yang belum menonton dan ingin menikmatinya alangkah bijak tak ikut membaca.
Separuh pertama adalah masterpiece, separuh kedua kurang greget. Begitu Mom dan Jack berpelukan di dunia luar, film ini praktis selesai. Padahal tensi di paruh pertama luar biasa tinggi. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Emma Donoghue yang sekaligus menulis skenarionya.
Film dibuka dengan monolog Jack (dimainkan dengan sangat brilian oleh Jacob Tremblay), anak polos yang hari ini ulang tahun kelima, melihat langit dari jendela kaca yang ada di atap. Bersama Ma  (Brie Larson) mereka berdua merayakan ulang tahun yang senyap dengan hanya berdua, membuat kue ala kadarnya, tak ada lilin, tak ada balon, tak ada tamu. Berdua mereka dalam room (ruangan) sepanjang hari – sepanjang waktu. Keseharian Jack dimulai dengan menyapa benda-benda yang ada di sekitar ruangan mulai dari bak cuci piring, kasur, jendela sampai kloset. Pelan namun pasti kita akan diberitahu keadaan sesungguhnya yang membuat mereka ada di sana. Malam hari muncullah karakter ketiga, Old Nick (Sean Bridgers). Jack dimasukkan ke dalam lemari sementara mereka bercinta. Awalnya kukira ini adalah pelacuran, namun tidak. Ini lebih kejam dari itu. Besoknya Nick menghadiahi Jack mobil-mobilan, oiya Jack berambut panjang yang awalku kukira perempuan. Aneh saja melihat bocah berambut panjang bernama Jack diberi hadiah mobil.
Keanehan Jack makin lengkap saat tak tahu bahwa ada dunia di luar sana. Bahwa dunia luar adalah galaksi lain. Bahkan orang-orang di televisi-pun apakah nyata atau maya tak tahu. “Apakah Dora ada?” lalu sampaikan pada bagian yang mengungkap fakta alasan kenapa anak-ibu ini terperangkap di dalam ruangan. Tak ada kata-kata detail, hanya disampaikan bahwa mereka sudah tujuh tahun di sana. Bahwa Ma adalah korban penculikan. Bahwa Jack lahir, tumbuh kembang sampai usia lima tahun di sana. Bahwa betapa mereka mulai bosan dengan benda-benda di sekitarnya. Saya tak berani membayangkan kehidupan mereka selama tujuh tahun terakhir. Sesuatu yang biadap, sesuatu penderitaan tak terperi. Bagaimana kelahiran Jack. Bagaimana kebutuhan hidup setiap hari. Bagaimana bosannya menghadapi waktu. Mengerikan. Too many tears, too many sadness.
Percobaan melarikan diri tentu saja sudah beberapa kali dicoba. Namun di percobaan kali ini mereka berhasil. Detailnya tak kan kuceritakan karena itu adalah bagian terbaik dari film ini. Intinya mereka bisa kabur dan menghirup udara bebas. Separuh kedua adalah soal adaptasi di dunia baru. Bahwa nyamuk pers menjadikannya headline. Bahwa ayah-ibu Ma sudah bercerai dan mereka memiliki kehidupan baru masing-masing. Bahwa dunia luar sudah banyak sekali berubah. Adaptasi Jack tentu saja sulit, kini dia bisa dalam hangatnya pelukkan nenek-kakeknya. Bisa meminta permen sebanyak yang dia mau. Ternyata fokus kembali ke Ma, dalam sebuah wawancara dengan televisi dia terpojok tentang pertanyaan, bagaimana nantinya dia menyampaikan fakta ayah Jack. Seharusnya fokus tetap ke Jack karena benar-benar unik melihat anak kecil penuh tanya tentang segala yang kita anggap normal. Jacob sendiri mendapatkan piala di Critic’s People Choise award. Sangat layak. Berhasilkah mereka melewati kehidupan kejam yang sesungguhnya?
Well, seperti yang saya sampaikan di awal. Separuh awal adalah sebuah film yang sangat bagus. Saat bagian itu selesai dan berganti topik maka selesai sudah film ini. Sementara saya menjagokan Brie Larson menang best actress, dibanding Jennifer Lawrence jelas dia lebih layak. Duh apa kabar Saoirse Ronan? Nama Ma adalah Joy dan menjadikannya film ketiga yang saya tonton tahun ini bernama Joy setelah Inside Out dan Joy. Lucu-kan dua Joy bertarung untuk piala best actress. Screenplay juga menang ketimbang Martian. Namun Big Short yang unik bisa menjadikannya hampa. Kalau best picture jelas ga akan. Bagian keduanya terlalu lemah, kehilangan kendali. Penamaan ketiga karakter utama juga sangat pintar. Ma, Jack (berdasarkan Jack and the giant slayer) dan Old Nick yang diambil dari tokoh setan abad 17. Film ini sendiri bukan berdasarkan kisah nyata manapun. Atau setidaknya biar tak menyungging perasaan korban keluarga penculikan. Apapun itu secara keseluruhan Room adalah film bagus dengan set mini dan hasil maksi.
Room | Directed by Lenny Abrahamson | screenplay Emma Donoghue | Cast Brie Larson, Jacob Tremblay, Sean Bridgers, Joan Allen, William H Macy | Skor: 4/5
Nancy: Hello, Jack. Thanks for saving our little girl.
Karawang, 260216

FOC Memprediksi Oscar 2016

image

Kami komunitas sepak bola, Football On Chat (FOC) ikut meramaikan pergelaran akbar Oscar. Berikut prediksi dari warga FOC. Tebak 8 pemenang kategori utama Oscar 2016.

Best picture:
“The Big Short”
“Bridge of Spies”
“Brooklyn”
“Mad Max: Fury Road”
“The Martian”
“The Revenant”
“Room”
“Spotlight”

Best actor:
Bryan Cranston in “Trumbo”
Matt Damon in “The Martian”
Leonardo DiCaprio in “The Revenant”
Michael Fassbender in “Steve Jobs”
Eddie Redmayne in “The Danish Girl”

Best actress:
Cate Blanchett in “Carol”
Brie Larson in “Room”
Jennifer Lawrence in “Joy”
Charlotte Rampling in “45 Years”
Saoirse Ronan in “Brooklyn”

Best supporting actor:
Christian Bale in “The Big Short”
Tom Hardy in “The Revenant”
Mark Ruffalo in “Spotlight”
Mark Rylance in “Bridge of Spies”
Sylvester Stallone in “Creed”

Best supporting actress:
Jennifer Jason Leigh in “The Hateful Eight”
Rooney Mara in “Carol”
Rachel McAdams in “Spotlight”
Alicia Vikander in “The Danish Girl”
Kate Winslet in “Steve Jobs”

Achievement in directing:
“The Big Short” Adam McKay
“Mad Max: Fury Road” George Miller
“The Revenant” Alejandro G. Iñárritu
“Room” Lenny Abrahamson
“Spotlight” Tom McCarthy

Adapted screenplay:
“The Big Short” Screenplay by Charles Randolph and Adam McKay
“Brooklyn” Screenplay by Nick Hornby
“Carol” Screenplay by Phyllis Nagy
“The Martian” Screenplay by Drew Goddard
“Room” Screenplay by Emma Donoghue

Original screenplay:
“Bridge of Spies” Written by Matt Charman and Ethan Coen & Joel Coen
“Ex Machina” Written by Alex Garland
“Inside Out” Screenplay by Pete Docter, Meg LeFauve, Josh Cooley; Original story by Pete Docter, Ronnie del Carmen
“Spotlight” Written by Josh Singer & Tom
McCarthy
“Straight Outta Compton” Screenplay by Jonathan Herman and Andrea Berloff; Story by S. Leigh avidge & Alan Wenkus and Andrea Berloff

Good Luck Foc-ers

1. Arifin (X)
Brooklyn
Matt Damon
Jennifer Lawrence
Cristian Bale
Rooney Mara
Room
The big shoot
Inside out

Ulasan: –

2. Gangan
1. Best Picture: The Martian
2. Best Actor: Leonardo Dicaprio
3. Best Actress: Saoirse Ronan
4. Best Supporting Actor: Tom Hardy
5. Best Supportig Actress: Kate Winslet
6. Achievment in Directing: Mad Max Fury Road-George Miller
7. Adapted Screenplay: The Martian –  Screenplay by Emma Donoghue
8. Original Screenplay: Ex-Machina – Written by Alex Garland

Ulasan: Hampir semua belum nonton. Baru MadMax doang. Cihuy.

3. William
Spotlight
Leo Dicaprio
Brie Larson
Christian Bale
Alicia Vikander
George Miller
The Big Short
Spotlight

Ulasan : Spotlight sesuai selera juri. Leo sepertinya thn ini dikasihani juri pdhl lbh pantas Eddie yg menang. Blanchett ud langganan jd giliran Larson diberi pengakuan

4. Sahala
1. Best Picture: The Revenant
2. Best Actor: Leonardo Dicaprio
3. Best Actress: Saoirse Ronan
4. Best Supporting Actor: Tom Hardy
5. Best Supportig Actress: Jennifer Jason
6. Achievment in Directing: The Revenant
7. Adapted Screenplay: The Big Short
8. Original Screenplay: Bridge of Spies

Ulasan: Leo menang dong. Kesempatan lebih besar dari tahun sebelumnya. Please harus menang.

5. Takdir
1. Best Picture: Spotlight
2. Best Actor: Leonardo Dicaprio
3. Best Actress: Cate Blanchett
4. Best Supporting Actor: Tom Hardy
5. Best Supportig Actress: Kate Winslet
6. Achievment in Directing: Alejandro G. Iñárritu
7. Adapted Screenplay:The Big Shor
8. Original Screenplay: Straight Outta Compton

#kaminaksi
ulasan: kKenapa KK Dheeraj ga masuk nominasi Oscar? Saya pengen The Look of Silence menang. Semoga semua senang.

6. Nauval
1. Best Picture: Spotlight
2. Best Actor: Leonardo Dicaprio
3. Best Actress: Brie Larson
4. Best Supporting Actor: Tom Hardy
5. Best Supportig Actress: Rachel McAdams
6. Achievment in Directing: Alejandro G. Iñárritu
7. Adapted Screenplay: The Big Short by Charles Randolph & Adam McKay
8. Original Screenplay: Spotlight by Josh Singer & Tom McCarthy

Ulasan: Iñárritu dengan Revenant nya akan mendominasi jajaran pemenang Oscars. Leo akhirnya mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk menang.  Spotlight adalah film yang sangat terasa ditulis dengan baik sehingga akan memenangkan Best Script.

7. DC
1. Best Picture: Mad Max:Fury Road
2. Best Actor: Matt Damon
3. Best Actress: Saoirse Ronan
4. Best Supporting Actor: Bale
5. Best Supportig Actress: Winslet
6. Achievment in Directing: Mad Max
7. Adapted Screenplay: The Big Short
8. Original Screenplay: Bridge of Spies

Ulasan: Dah lama ga nyimak perfilman, jadi iseng aja ngeramein kuisnya pakmanpres,

8. Joko Gentong
1. Best Picture:upin ipin: kampung durian
2. Best Actor: tok dalang
3. Best Actress: memey
4. Best Supporting Actor: ismail bin mail
5. Best Supportig Actress: susanti
6. Achievment in Directing: les copaque
7. Adapted Screenplay: boboboy
8. Original Screenplay: pada jaman dahulu

#revisi
ulasan: kuis opo iki?.ra nggenah blast.acara mlm ini bubuk aja.

9. Bob
1. Best Picture: The Martian
2. Best Actor: Michael Fassbender
3. Best Actress: Brie Larson
4. Best Supporting Actor: Mark Ruffalo
5. Best Supportig Actress: Kate Winslet
6. Achievment in Directing: Room
7. Adapted Screenplay: Brooklyn.
8. Original Screenplay: Straight Outta Compton

Ulasan: Mungkin cuma ane member disini yg buta akan perfileman. Idem bung De Coys, iseng aja ngramein kuisnya pakmanpres.

10. Sapin
1. Best Picture: The Revenant
2. Best Actor: Eddie Redmayne
3. Best Actress: Brie Larson
4. Best Supporting Actor: Tom Hardy
5. Best Supporting Actress: Alicia Vikander
6. Achievment in Directing: Alejandro G. Iñárritu
7. Adapted Screenplay: Room
8. Original Screenplay: Ex Machina

Ulasan: Sepertinya Inarritu bakalan berjaya lagi tahun ini. Natural lighting di revenant jadi pengalaman pertama. Best actor adalah redmayne!

11. Huang
1. Best Picture: The Revenant
2. Best Actor: Leo di Caprio
3. Best Actress: Brie Larson
4. Best Supporting Actor: Sly Stallone
5. Best Supporting Actress: Alicia Vikander
6. Achievment in Directing: Alejandro G. Iñárritu
7. Adapted Screenplay: The Big Short
8. Original Screenplay: Spotlight

Analisa: mungkin ini ajang terketat oscar di milenium baru. Karena tak ada film yang benar2 dominan. Apakah itu membuat Anda bingung atau buntu pikiran? Anda tak perlu khawatir. Ikuti saja prediksi saya ini karena inilah prediksi yang paling mendekati kenyataan. 😎

12. Tawil
#1 The Revenant
#2 Leonardo DiCaprio
#3 J-Low 😍
#4 Mark Ruffalo
#5 Alicia Vikander
#6 Mad Max
#7 Brooklyn
#8 Inside OuT

Ulasan : Pilih merata aja. Biar adil. Dan ikut meramaikan.

13. Rohmat
1. Best Picture: The Revenant
2. Best Actor: michael fassbender
3. Best Actress: saoirse ronan
4. Best Supporting Actor: tom hardy
5. Best Supporting Actress:kate winslet
6. Achievment in Directing: the revenant
7. Adapted Screenplay: brooklyn
8. Original Screenplay: inside out

Ulasan: Sebenarnya “will” adalah film kesukaanku selain  “the miracle istanbul”
Tp utk nyenengin pak manpres ..gpp lah kepo dikit:|

14. JJ
Best pict: Mad Max
Aktor: Leo
Aktris: Brie
Suport aktor: mark rylance
Supor akteis: JJ leigh
Achievement in directing: inarritu
Adapted screnpley: martian
Ori skrinple: birdge of spies

Ulasan: semoga tahun ini adalah jayanya film fantasi. Semakin banyak film fantasi, semakin banyak orang berkhayal. Dan semakin banyak pula orang yg jauh dari segala dosa.

15. Arif Keles
1. Best Picture: spotlight
2. Best Actor: leonardo dicaprio
3. Best Actress: Brie larson
4. Best Supporting Actor: mark rylance
5. Best Supporting Actress: kate winslet
6. Achievment in Directing: Alejandro G. Iñárritu
7. Adapted Screenplay: the big short
8. Original Screenplay: spotlight

Ulasan: Spotlight tipe film favorit juri. Leo akan menang utk kali pertama. Brie larson akan menang juga👍.

16. Deni
1.revenant
2.leo dicaprio
3.brie larson
4.mark
5.kate winslet
6.inarritu
7.mad max
8.bridge of spies
Ulasan : revenant bakal menjadi film yg memberi keberuntungan pada leo utk oscar yg pertama kali nya 👍🏻

Karawang, 270216

Max Mad: Fury Road – What A Lovely Day

image

Wow. Kali ini suara mayoritas review tak bohong. Sesak sedari detik pertama sampai akhir. Kita disuguhi sebuah film yang tak membiarkan penonton bernafas lega. Terus…, kita dihantam kisah pilu nan puitis dari sebuah perjalanan manusia untuk bertahan hidup di masa depan yang misterius.
Max Rockkatansky (Tom Hardy) adalah pengembara yang dihantui masa lalu. Masa lalu yang traumatis tentang anak dan istrinya. Film dibuka dengan Max tiba-tiba ditangkap sekelompok War Boy. Ditangkap untuk dijadikan pendonor darah. Dengan setting post-apocalyptic masa depan yang frustasi, jangan membayangkan donor darah yang senyap. Bumi bagai neraka dengan tanah yang gersang.  Kelompok ini dipimpin oleh Immortan Joe (Hugh Keys-Byrne) yang kejam dan otoriter. Air adalah barang langka yang mewah, Joe menyimpan air untuk sesekali dialirkan kepada warga. Mereka tinggal di lereng sehingga bisa mengatur segalanya dari atas. Gambar yang ditampilkan sungguh pilu. Anak-anak bekerja menggerakkan roda, bayi disusui dengan asi peras, war boys yang brutal. Bentuk pakaian mereka, penampilan mereka, semuanya tampak seram. Sungguh gambaran dunia masa depan yang menakutkan.
Suatu ketika panglima perang Imperator Furiosa (Charlize Theron) sedang mengendarai Rig War berisi tangki penuh air dan bahan bakar. Rig war adalah kendaraan tronton nomor satu saat itu. Layaknya stom yang melindas segala halangan di depannya. Tanpa diduga, Furiosa membelokkan rute. Tahu ada pembelot, Joe bersama pasukan utama mencoba mengejar. Inilah kegilaan sesungguhnya. Salah satu pasukan war boy Nux (Nicholas Hoult) menjadi driver untuk pertama kalinya setelah berebut stir. Nux yang disuplai darah oleh Max berangkat dalam pertempuran merebut kembali Rig war. Film ini sebagian besar adalah pertempuran ini. Seru sekali melihat perebutan bajak mobil, melihatnya dengan tensi tinggi seakan-akan pembajakan mobil di Fast and Furious adalah tindakan para amatir. Kelas teri. Kejar-kejaran, diiringi music live sebagai penyemangat. Instrument gitar dan drum yang sekaligus sebagai skoring.
Sampailah mereka di gurun kabut penuh badai. Furiousa tak gentar memasukinya, tujuan utama adalah membawa Rig War ke Green Place. Di tengah badai itulah terjadi pembantaian. Mobil rontok, lempar granat, saling tembak, dan seterusnya sampai akhirnya sebuah ledakan menutup layar. Max terbangun setelah badai reda. Masih dalam posisi terantai, dirinya mencoba melepas selang darah dan rantai yang mengikatnya dengan war boy. Ditemukannya pistol, ditembakkan ke tangan war boy agar terputus. (untung) macet. Dibongkarnya pintu mobil dan Max menggotong tubuh war boy selagus menyeret pintu. Tak jauh dari situ Max menemukan Rig War yang terparkir sedang dibersihkan Foriusa dan pemamdangan layaknya fatamorgana, karena ada lima perempuan mandi mengenakan pakaian putih. Ough, itu bukan hasil bayangan Max karena setelahnya mereka jadi satu tim untuk kabur dari kejaran pasukan Joe. Melewati daerah penuh begal. Melewati rawa-rawa. Melewati gurun antah berantah.
Menuju tanah yang dijanjikan Green Place akankah mereka berhasil menemukannya? Bagaimana nasib War Boy yang ternyata berkhianat bergabung dengan Max? Akankah kedamaian tercipta setelah perjuangan panjang ini? Beberapa adegan ngeri untuk dibayangkan. Seperti saat war boy berani bunuh diri demi Joe. Mengingatkanku pada fakta saat ini akan pasukan berani mati, pelaku bom bunuh diri. Adegan saat mereka mengirim pasukan dengan menggunakan galau itu benar-benar gila. Memacu andrenalin. Melompat dari satu mobil ke mobil lain seakan hanya melompati selokan. Setiap gambar yang terjadi bisa Anda jadikan wallpaper yang indah. Tinggal pause lalu screenshot dan jadilah sebuah picture profil yang megah. Sungguh berkesan. Well, film ini sangat seru. Kalau juara Oscar diukur berdasarkan kepuasan menonton Mad Max jelas akan menang. Film Oscar sampai View-gasme seperti ini sangat langka. Yah, inikah film summer. Namun belajar dari tahun lalu yang dari daftar nominasi best picture tak memenangkan Grand Budapest Hotel, rasanya akan sulit juara Kegilaan Maksimal ini. Seandainya film ini bisa mendobrak ketabuan film fantasi imajinasi jadi jawara Oscar maka akan jadi yang pertama setelah lebih sedekade lalu, Lord Of The Ring: The Return Of The King melakukannya. Uwoooo semoga Mad Max berhasil!
Max Mad: Fury Road | Directed George Miller | Screenplay George Miller, Brendan McCarthy, Eve Enssler | Cast Tom Hardy, Charlize Theron, Nicholas Hoult, Hugh Keays-Byne, Zoe Kravitz| Skor: 5/5
Karawang, 260216

Inside OUT: We Know Riley’ Head.

image

Inside Out
Sebelum saya menontonnya, ada yang bilang harusnya film ini masuk jajaran nominasi best picture. Dan ketika semalam saya selesai menontonnya, jelas saya tak setuju. Film dengan ide kehidupan di kepala manusia memang bukan barang baru, namun emang sangat bagus. Animasinya juga bagus sekali. Saying sekali ini film Disney yang ending-nya harus happy. Kelemahan utama ada di konflik, terlalu sederhana. Kita sudah sering menontonnya di serial Doraemon saat Nobita ngambek lalu memutuskan kabur dari rumah. Dan seperti itulah garis besar yang disajikan.
Riley (disuarakan oleh Kaitlyn Dias) adalah remaja yang tinggal di Minnesota. Sedari bayi kita disuguhkan ‘kehidupan’ yang ada di kepalanya. Ada 5 karakter utama yang ada di epala Riley: Joy (Amy Poehler), Anger (Lewis Black), Disgust (Mindy aling), Fear (Bill Hafer), dan Sadness (Phyllis Smith). Kehidupan yang ada di kepala Riley selalu menangkap momen yang terjadi di hadapannya. Momen itu berbentu bola bening. Mulai dari terlahir di dunia, tumbuh kembangnya sampai momen yang memaksa keluarga ini harus pindah e San Fransisco. Otomatis Riley harus meninggalkan kehidupan yang menyenangkan. Meninggalkan teman mainnya. Sekolah yang dicintainya. Tim hoki yang seru. Kehidupan baru penuh tantangan menanti di depan.
Di San Fransisco ternyata tak sesuai harapan. Tinggal di apartemen yang sempit. Barang-barang terlambat dikirim. Sekolah yang kacau, bahkan hari pertama perkenalan berubah jadi tragedi. Kesal dengan keadaan, Riley ingin pulang. Kembali ke Minnesota. Apalagi saat chat dengan temannya, terlihat ia sudah punya teman baru, semakin membuatnya cemburu. Akankah Riley memutuskan kabur?
Sementara cerita di kepala Riley lebih seru. Ada  memori core yang disimpan dalam pulau-pulau kepribadian. Suatu hari sebuah memori inti sedih (perkenalan di kelas itu tuh) coba dibuang oleh Joy sebelum mencapai ke sub pusat. Namun dalam prosesnya Joy, Sad dan memori itu tersedot keluar dari Markas, terlepas sehingga terancam terjatuh di pembuangan. Joy tak mau kehilangannya sehingga terseret ke sebuah lokasi penyimpanan. Berdua mereka mencoba kembali ke ruang kendali utama. Sayang dalam perjalanan satu per satu pulau kepribadian terjatuh. Gaswat-kan kalau mereka tak bisa kembali. Di kenyataan bisa jadi membuat Riley selamanya sedih. Dalam perjalanan mereka bertemu makhluk imajinasi masa kecil Riley, Bing Bong. Salah satu adegan menyentuh adalah saat di Dumb Memori mereka mencoba kembali naik menggunakan wagon rocket. Itu sangaaat menyentuh sampai akhirnya membuat salah satu karakter harus dilepas. Berhasilkah mereka kembali? Karena ini adalah Disney, jelas itu pertanyaan Klise.
Banyak trivia-trivia seru yang nge-link dengan film Pixar lain. Seperti gambar dari film UP di memori bola, Saat Joy dan Sad berpetualang mereka menemukan game “Find Me” dari film Finding Nemo dan game “Dinosaur World” dari The Good Dinosaur. Sebuah majalah yang menampilkan wajah Colette Tatou dari Ratatouille. Ada teman sekolah Riley yang mengenakan t-shirt dari film Toy Story. The Luxo, Jr terlihat saat flash back dari karakter Bing Bong. Mobil Cars juga terlihat beberapa kali. Mobil pizza nyaris di semua film Pixar. Dan banyaaaaak lagi. Inilah salah satu keseruan yang membuat kita layak menonton ulang-ulang untuk benar-benar memperhatikan detail gambar.
Secara keseluruhan bagus. Walaupun beberapa detail diabaikan. Seperti fakta ilmiah bahwa emosi manusia dalam kepala sebenarnya ada 27 namun untuk menjaga focus Pete hanya menampilkan lima. Padahal kalau ditelusuri ada tiga emosi yang sangat disayangkan ga dibahas yaitu Surprise, Pride dan Trust. Karena review mayoritas yang bilang wow, keseluruhan tak bisa memenuhi ekspektasi yang kadung tinggi. Kisahnya sangat mirip tv seri Herman’s Head (1991-1994) tentang kehidupan di kepala. Ini adalah film pertama animasi Oscar yang saya tonton. Walau kurang puas tapi sudah bisa simpulkan Inside Out bakalan menang. Sang pemenang memang tak selalu yang terbaik di mata penonton. Namun jelas screenplay yang tak lazim sangat menarik juri Oscar. Empat film sisanya bisa saya skip. Pertanyaan hanya apakah selain best animated film ini bisa menggondol best screenplay? Mari kita lihat.
Inside Out | Directed By Pete Docter | Screenplay Pete Docter, Michael Arndt| Cast Amy Pehler, Lewis Black, Mindy Kaling, Bill Hader, Phyllis Smith, Diane Lane | Skor: 3.5/5
Karawang, 250216

Joy: En-Joy

image

Joy
Sekali lagi saya terkesan sama Jennifer Lawrence. Disandingkan dengan sutradara David O Russel lagi, dan berpasangan dengan aktor Bradley Cooper lagi. Untungnya kali ini mereka tidak sebagai pasangan kekasih. Haha.., kisahnya asyik diikuti. Mengalir lembut, upset down sampai di akhir yang american dream banget. Ini tentang keajaiban. Sejarah majic mop. Ada yang tahu sejarah pel yang setiap rumah pastinya punya itu? Tidak? Saya juga. Tapi ini bukan pel biasa. Pel ajaib.
Dituturkan oleh sang nenek, Joy kecil mempunyai impian besar. Lewat visualisasi mainan rumah-rumahan dunia anak yang penuh imajinasi. Cerita langsung lompat di masa Joy (Jennifer Lawrence) dewasa yang kini bercerai. Mantan suaminya, musisi ga jelas asal Venezuela Toni Mitanne (Edgar Ramirez) masih seatap, tinggal di ruang bawah. Kakeknya, Rudy (Robert De Niro) sedang bermasalah sehingga dipaksa ikut tinggal. Rudy sedang mengalami puber kedua. Tapi karena mantan suami dan Rudy kurang akur, mereka berselisih. Sementara ibunya adalah seorang pemimpi yang kesibukannya hanya nontooooon tv sepanjang hari. Putri Joy juga punya mimpi. Rumah kecil mereka penuh sesak.
Rudy punya usaha bengkel mobil di mana Joy bekerja paruh waktu sebagai akuntan di sana. Kesehariannya kerja di bank yang sangat membosankan sampai akhirnya dirinya frustasi. Keadaan rumah tangga yang rumit dan bermasalah ini makin berantakan ketika keuangan mendesak. Suatu hari Joy seperti tersadar, hidup yang dia jalani saat ini bukanlah impian masa kecil yang diharapkan. Sampai akhirnya ide yang bersemayan di kepala tentang membuat pel direalisasikan. Pel ajaib, kita tak perlu memeras langsung kain tapi cukup dengan menarik kaitnya, kering.
Perjuangan memasarkan lebih rumit lagi. Suatu ketika Joy dan keluarga sampai mejeng di depan toko syalawan untuk jualan majic mop dengan melakukan demo dekat parkiran. Diusir sekuriti. Jualan ke toko hasilnya kecil. Frustasi. Rudy lalu membantu, pasangan yang baik walau bercerai tapi tetap akur, dia menelpon temannya di bagian marketing sebuah tv untuk diberi kesempatan demo produk. Sang manager (Bradley Cooper) awalnya sangsi namun diberinya kesempatan. Kesempatan pertama saat tayang di shopping tv berantakan, sang aktor yang mendemontrasikan pel ajaib gagal menarik pengait sehingga macet. Hufh… Joy marah dan meminta sekali lagi kesempatan, kali ini dia sendiri yang akan jadi bintang. Sangat beresiko karena Joy tak pernah berangking di depan kamera, tapi seperti prediksi. Aksinya yang singkat sangat memukau. Bagian inilah yang membuatnya dilirik juri Oscar. Sangat natural, sangat menyentuh, sangat J-Law!
Kesuksesan menjual pel ajaib secara instan memberi dampak lain. Penyuplai bahan dasar dari kota California menaikkan harga yang otomatis memaksa Majib Mop harganya naik. Secara bersamaan ada anggota keluarganya meninggal, Joy berduka. Kenaikan harga itu membuat Joy marah karena tanpa persetujuannya. Peggy (Elizabeth Rohm) adiknya sudah menyetujuinya. “Never speak, on my behalf about my business again”. Sendiri dia datang ke California. Ternyata di pabrik itu mereka meniru produk Joy, merasa ini penipuan pencurian hak kekayaan intelektual, hak paten dia mencoba menuntut. Bagaimana nasib produk Majic Mop? Akankah keluarga ini bisa selamat dari ambang kebangkrutan? Sendirian bisakan Joy melawan birokrasi untuk bisa bahagia?
Endingnya sangat menyentuh, saat seorang ibu yang mencoba menjual produk hasil karyanya lebih dihargai dengan dipindahkan tempatnya menginap dari hotel kecil kumuh ke hotel yang lebih layak. I know that feeling. David O tak pernah mengecewakan. J-Law dan Cooper adalah pasangan yang serasi di layar. Sangat dinanti bagaimana trio ini suatu hari mengguncang panggung Oscar. Suatu hari kelak mereka harusnya lebih dihargai setelah Silver Lining Playbook dan American Hustle yang luluh lantak. Joy memang penurunan namun saya percaya suatu hari kelak trio ini akan sukses, tinggal tunggu waktu yang tepat, moemn yang pas dan keberuntungan.
Saya sempat khawatir J-Law menang piala lagi. Terlalu muda untuk aktris seusia dia menang dua piala bergengsi. Untuk kali ini mudah-mudahan feeling-ku salah.
Joy | Directed by David O Russel|Screenplay David O Russel | Cast Jennifer Lawrence, Bradley Cooper, Robert De Niro | Skor: 3,5/5
Karawang, 230216

The Revenant: He Knows How Far I Came To Find Him

image

Film ini jadi film pertama Oscar yang saya tonton tahun ini. Dengan harapan besar karena ini adalah sebuah film yang sedang memimpin nominasi dengan 12 kategori, akhir yang didapat anti-klimak. Saya sendiri baru tahu arti revenant setelah bertanya di forum film. Awalnya saya kira berarti balas dendam karena ada subkata revenge. Saya cek di google translate dan kamus tak ketemu. Akhirnya teman dari grup Bank Movie menjawabnya. Revenant kurang lebih berarti orang yang bangkit dari kubur, orang yang kembali dari kematian. Judul yang pas sekali dengan apa yang dialami oleh Glass.
Kisahnya sendiri sebenarnya sederhana. Hugh Glass (Leonardo Di Caprio) dan tim ekspedisi berburu kulit binatang terjebak dalam perselisihan dengan suku asli di daerah Montana dan Dakota Selatan, bersetting di tahun 1823. Berdasarkan kisah nyata film ini dituturkan dengan sudut pandang Glass diambil dari bukunya Michael Punke berjudul the Revenant: A Novel of Revenge. Aslinya Glass tak punya anak, namun untuk menambah daya balas dendam dimunculkanlah karakter  Hawk (Forrest Goodluck). Saat penjelajahan, pertumpahan darah terjadi. John Fitzgelard (Tom Hardy) beberapa kali menyelamatkan Jim Bridger (Will Poulter) dalam pelarian. Saya jelaskan ini dari awal karena akan jadi titik penting di eksekusi ending nantinya hubungan antara John dan Jim. Dipimpin oleh captain Andrew Henry (alumnus Hogwart Domhnall Gleeson) pelarian itu menyisakan segelintir pasukan. Terjebak di hutan yang seakan tak ada harapan untuk keluar hidup-hidup, mereka menyembunyikan kulit buruan di suatu tempat untuk mengurangi beban dan akan diambilnya saat keadaan sudah lebih aman. Melepaskan kapal untuk melanjutkan perjalanan. Suatu hari Glass yang sedang sendiri tiba-tiba diserang oleh seekor beruang. Adegan inilah yang memorable dan sangat membekas. Leo dengan segenap tenaga bertahan hidup. Dengan senjata seadanya dia terus melawan, berguling, terlempar, mengerang, berteriak gila. “Beri saya itu piala, please…”. Glass sekarat. Perjalanan berikutnya jelas lebih repot, dia ditandu mandaki gunung, turuni lembah, sungai mengalir indah ke samudra. Sampai akhirnya tim menyerah. Diputuskan perjalanan dilanjut dengan meninggalkan Glass ditemani oleh John, Jim, dan Hawk. Di sinilah drama besar terjadi, sampai ada perselisihan yang mengakibatkan salah seorang mati. Glass yang sekarat dan sepertinya mustahil hidup ditinggal karena hopeless. Jonh dan Jim melanjutkan perjalanan. Diluar duga Glass bertahan hidup yah karena judulnya kan bermaksdu itu, scene ketika Leo merangkak, meloloskan diri juga patut diacungi jempol. Jim meletakkan botol air minum di atas tubuh Glass, botol minum ini akan jadi barang bukti penting di akhir. Saat dirinya masuk ke tubuh kuda itu, sungguh tak tega kalau piala tahun ini terlepas dari Leo. Konon untuk membuat bentuk luka butuh waktu lima jam. Dia sudah totalitas. Ampun deh kalau gagal lagi. Mengingatkanku pada salah satu adegan film Seraphim Falls.
Apakah Glass berhasil menyusul tim dengan selamat. Dendam itu akankah terbalas. Bagaimana akhir dari perselisihan dengan suku pedalaman? Bagaimana nasib kulit buruan yang disembunyikan itu. Catat, ini penting dong karena tim ekpedisi ini kan ke sana demi kulit. Haha…
Sejujurnya saya kurang suka dengan cerita seperti ini. Sudah sangat umum, sudah banyak dibuat. Sementara saya tak menjagokannya sebelum menonton film lain. Saya justru terkesan sama Tom Hardy yang juga masuk nominasi aktor pendukung. Bisa jadi dia menang. Kabarnya Tom sampai menonton ulang film Platoon (1989) dan terinspirasi oleh Tom Berenger. Namun yang paling membuatku takjub adalah akting Will Poulter. Catet! Suatu hari dia akan menang Oscar. Tinggal tunggu waktu, peran dan momen yang tepat. Aktor yang pertama kali dikenal sebagai Rambo kecil ini adalah aktor favoritku di seri ketiga Narnia. Mimik dan setiap gelagatnya yang terlihat panik sungguh asyik diikuti. Jadi naga wow!
Yang menakutkan film ini berpeluang menjadikan Inarritu back-to-back menang best director dan best picture setelah tahun lalu secara mengagumkan bersama Birdman. Kalau bisa janganlah. Mending buat yang lain. Buat Tom Abrahamson atau Tom McCarthy aja. Atau Georgo Miller untuk Mad Max: Fury Road. Jarang-jarangkan film summer menang. Yah, karena saya belum nonton Mad saya belum bisa kasih penilaian keseluruhan. Revenant saya prediksi menang di sinematografi yang digawangi oleh senior emmanuel Lubezki.
Spotlight jelas ada pada Leonardo Di Caprio. Aktor yang total mendapat nominasi keempat ini masih saja jadi tanya, “kapankah pecah telur?”. Dari Catch Me If You Can, The Aviator, The Wolf of Wallstreet sampai Revenant ini. Sejujurnya dari keempat film itu Leo sangat layak dapat di the Wolf, terlihat total dan ekspresif. Yang sayangnya secara bersamaan ada Matthew. Di Revenant Leo jauh dari kata wow. Lebih banyak mengerang dan mengaduh ketimbang memainkan mimik muka yang biasanya disuka juri Oscar. Sebagai catatan tambahan, Leo sudah sapu bersih penghargaan bergengsi lainnya termasuk Golden Globe dan Bafta. Tanda-tanda kan. Namun sebelum tanggal 29 Feb nanti segalanya masih mungkin. Akankah ini adalah momen panjang yang dinanti Leo?
The Revenant | Director Alejandro G Inarritu| Screenplay Alejandro G Inarritu Screenplay Alejandro G Inarritu, Mark L Smith | Cast Leonardo Dicaprio, Tom Hardy, Will Poulter, Domhall Gleeson| Skor: 3,5/5
Karawang, 110216