Buku kedua Sheldon yang selesai kubaca di bulan ini. Setelah kurang menghentak di A Stranger in the Mirror buku kedua ini ternyata sama datarnya. Apakah ekspektasiku yang ketinggian? Dengan nada bombastis: Jago Cerita kelas dunia, lebih dari 200 juta eksemplar bukunya sudah beredar di pasaran dan diterbitkan dalam 73 bahasa di 100 negara, sebenarnya harapan tinggi yang kucanangkan seharusnya wajar.
Tentang dekektif. Mendengarnya saja sudah senang, saya suka semua buku Agatha Christie terlebih Sir Arthur Conan Doyle. Kisah-kisah detektif tiada duanya. Maka ketika di adegan pembuka, disebutkan sesorang dibunuh di tengah kerumunan lalu dua detektif menyelidikinya, saya langsung sumringah. Ada benang tipis yang menggelitik setiap baca kisah tebak sana-sini. Sayangnya untuk Wajah Sang Pembunuh, saya bisa menebak dan ternyata sampai halaman terakhirnya tebakan saya tepat. Sheldon kurang jeli menyembunyikan pelaku. Terutama sekali adegan di pemasangan bom di mobil korban, jelas itu blunder. Walaupun tebakan saya sudah tepat sejak awal, namun pas temuan bom mobil itu penegasan.
Kisahnya maju terus tanpa menengok ke belakang. Tentang seorang psikoanalis, Judd Stevens yang diburu. Dua orang dekatnya tewas dibunuh dengan sadis. John Hanson, pasiennya yang homoseksual suatu pagi ditusuk di punggungnya di tengah jalan yang ramai. Di bulan Desember yang dingin jelang Natal, John yang pulang dari terapi dengan Dokter Judd menyisakan tanya apakah motif sang pelaku? Hari itu juga datang dua detektif dari kepolisian setempat, McGready dan Angeli. Keduanya membawa jas hujan sang korban yang ternyata milik dokter. Judd bilang pagi itu jas hujannya dipinjam Hanson. Korban kedua muncul petang harinya, Carol Roberts sekretaris Dokter Judd dibunuh dengan keji di kantor saat dirinya sedang memberitahu keluarga Hanson. Saya justru mengapresiasi cara bercerita Sidney tentang latar belakang Carol yang runut enak dibaca. Carol adalah ramaja kulit hitam, seorang pelacur 16 tahun yang diselamatkan hidupnya. Disekolahkan, dididik untuk menata kesempatan kedua. Malam itu, akhirnya muncul kesimpulan bahwa target sesungguhnya adalah Dokter Judd. Hanson dan Carol adalah korban pembuka dan salah sasaran.
Paginya semua surat kabar memberitakan kasus ini. Lalu Judd menganalisis kemungkinan-kemungkinan pelaku. Dimulai dari para pasien. Pertama, Teri Washburn seorang wanita yang haus seks. Menikah berkali-kali, melakukan terapi untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Mantan bintang Hollywood yang pernah membunuh selingkuhannya karena selingkuh itu selalu menggoda Judd. Kedua Harrison Burke, pasien yang mengalami paranoid. Seorang wakil presiden sebuah Perusahaan besar yang merasa bahwa orang-orang di sekitar selalu mencoba membunuhnya. Dia selalu takut setiap interaksi dengan karyawan, kalut kalau-kalau ada orang akan menembaknya. Dia merasa dijegal sehingga ga bisa promosi jadi nomor satu. Ketiga Anne Blake, pasien yang cantik. Judd jatuh hati pada istri orang. Suaminya seorang pengusaha kontruksi yang sukses, baru menikah 6 bulan. Setiap kebutuhan materi Anne terpenuhi, namun keadaan jadi janggal karena Anne yang datang ke kantor Judd tanpa buat janji, tanpa tahu masalahnya, tanpa detail profil dan selalu membayar cash setelah berobat. Bayar tunai yang memunculkan dugaan agar tak terlacak identitasnya? Masuk akal kan. Keempat Skeet Gibson, pelawak yang dicintai Hollywood. Pernah ke rumah sakit jiwa, hobinya berkelahi di bar-bar karena dia bekas petinju.
Melalui rekaman-rekaman percakapan pasien, Judd mencoba menelaah semuanya. Namun selain mereka muncul dugaan lain, bisa jadi detektif McGready sendiri yang melakukannya. Bisa jadi dia punya motif balas dendam karena pernah mengirim Ziffren ke rumah sakit jiwa. Ziffren adalah pembunuh partner McGready beberapa tahun lalu. Padahal bisa saja Ziffren dihukum mati, hal ini membuat marah McGready. Angeli juga perlu dicurigai, sebagai partner baru McGready tingkah lakunya ganjil. Sakit flu, izin ga dinas tapi ternyata keluyuran. Selain nama-nama itu, Dokter Peter bisa juga masuk pusaran, sebagai sahabat terbaik tentunya tahu seluk beluk dokter Judd. Peter dan istrinya selalu mencomblangkan Judd dengan gadis-gadis cantik agar Judd menikah lagi. Semua karakter bisa jadi tersangka. Kepada siapa Sheldon akhirnya menjatuhkan antagonis sesungguhnya?
Well, separuh awal kisah digulirkan dengan enak sekali. Detail-detail yang memanjakan mata, pengenalan karakter yang membuka imaji, sampai tatanan ruang kejadian yang asyik diikuti. Sayang sekali Sheldon terpeleset, sebuah kisah detektif akan jadi seru kalau bisa mengecoh pembaca. Kenapa Sherlock begitu memukau? Karena pola pikirnya yang out the box tak bisa diikuti kebanyakn orang. Dengan brilian diceritakan partner-nya dokter Watson, pembaca nyaris selalu berhasil ditipu. Di kisah Wajah Sang Pembunuh, Sheldon memaparkan kemungkinan-kemungkinan motif daftar karakter yang sayangnya tak ada back-up kemungkinan kedua sehingga pembaca dengan leluasa menebak tersangka dengan mudah. Lubang plot paling besar adalah mematikan karakter detektif Moody yang sebenarnya masih bisa berkembang, Sheldon dengan gegabah menceritakan rencana liburan Judd kemudian membatalkannya dengan gamblang seolah-olah menunjuk ini dia pelakunya.
Ending-nya sendiri akan lebih menarik seandainya dibuat sedih. Dokter Judd diburu sekaligus dirinya memburu, setiap detik berharga. Ketika akhirnya diungkap pelakunya lalu menuju klimak cerita, sayang sekali pelaku utama yang terdengar bengis dan cerdik justru berlaku konyol. Cara mengakhiri orang ketika ada pistol di tangan adalah tembak kepalanya dalam jarak dekat. Bukan malah ngerumpi seolah-olah ketemu teman lama yang ngajak ngopi. Keputusan Anne di kala genting juga penting untuk menentukan hasil akhir. Sangat disayangkan ini kisah happy ending.
Namun Sidney tetaplah Sidney. Bagian pengungkapan Don Vinton itu ide cemerlang, tak terpikirkan akan dipecahkan dengan unik sambil lalu. Lalu karakter paranoid Harrison Burke itu mantab. Suka dengan orang yang menganggap dirinya istimewa, over confident, nyeleneh. Walau tampil sepintas, jelas sifat Judd akhirnya terduplikat darinya. Judd Stevens harus bisa menanggalkan topeng wajah tak berdosa yang dikenakannya dan menelanjangi gejolak-gejolak emaosinya yang paling dalam, ketakutan dan kengerian, dambaan, nafsu dan dengan demikian menampilkan wajah sang pembunuh. Berhasilkah?
Wajah Sang Pembunuh | diterjemahkan dari The Naked Face | copyright 1970 by Sidney Sheldon | alih bahasa Anton Adiwiyoto | GM 402 96.034 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan kesembilan, Oktober 1996 | 328 hlm; 18 cm | ISBN 979-403-034 | Untuk wanita-wanita dalam hidupku: Jorja, Mary dan Natalie | Skor: 3/5
#2/14 #SidneySheldon Next: Master of the Game, pencarian berlian di Afrika Selatan. Cover hitam yang terlihat cantik, tebalnya 764 halaman. Semoga seru.
Karawang, 221015 – Guardate che ha fatto il don vinton
E molto bene di ritornare a casa | Si, d’accordo | Signore, per piacere, guardatemi | Tutto va bene | Si, ma… | Dio mio, dove sono i miei biglietti? | Cretino, hai perduto i biglietti | ah, eccoli