Dari orang yang memukau kita lewat Jurasic Park, H.G Wells kembali membuatku terpesona. Sesaat setelah selesai membaca Pulau, saya tertidur dan mimpi buruk. Manusia-Binatang tersebut mengacaukan pikiran teman-teman kerja. Di kantor rusuh, kelakuannya mirip yang digambarkan Wells. Meja dilempar, kursi dibanting, kertas berhamburan, saling pukul, saling hujat, seram. Semua terlihat di CCTV, saat diintrogasi sebuah nama disebut dan dirinya seakan linglung di hadapan petugas. Seperti Manusia-Binatang yang malu-malu mengucapkan hukum, terdakwa terbata-bata mengakui tindakannya. Saat terbangun saya begidik ngeri, membayangkan pikiran Prendick yang diombang-ambing nasib sendiri di sebuah kapal di tengah samudra. Aneh bin ajaib, nama seseorang yang dipanggil di mimpi tersebut, hari itu dipanggil HRD lalu dikeluarkan dari Perusahaan karena sebuah kasus. Wells effect…
Cerita dibuka dengan sebuah pengantar yang menyebutkan pengakuan Charles Edward Prendick melalui surat. Sang keponakan membeberkan narasi panjang tentang pamannya yang hilang selama 11 bulan di laut. Menumpang kapal Lady Vine yang hancur berkeping karena bertabrakan dengan kapal tak berawak. Setelah terombang-ambing di laut lepas tanpa harapan, Predick diselamatkan kapal Ipecacuanha yang membawa dua dokter ahli bedah anatomi dan manusia-manusia aneh mengerikan. Lalu kapal tersebut menurunkannya di sebuah pulau tak bernama, di sanalah kisah ini bermula. Dua dokter gila ekperimen mencipta monster-monster untuk dididik.
Prendick bersama dokter Moreau dan dokter Montgomery hidup bersama Manusia-Binatang. Mahkluk yang dicipta melalui penggabungan berbagai jenis binatang. Mereka dilatih dan diajarkan layaknya manusia. Moreau sendiri adalah ‘Tuhan’ bagi Manusia-Binatang. Mereka harus berjalan dengan dua kaki. Dilarang makan daging mentah, dilarang minum langsung ke sumber air, dan dididik ritus-ritus agama. Membayangkannya saja sudah mengerikan. Namun seperti yang kuduga, bencana terjadi. Insting buas kebinatangan itu kembali. Pemberontakan muncul sampai ada yang meninggal. Lalu mereka kembali mempertanyakan hukum kebenaran manusia. Predick terjepit di dua pilihan sulit. Bertahan di pulau itu dengan konsekuensi gila dan terbunuh atau nekat kembali ke lautan lepas dengan bekal sekedarnya?
Pulau Dokter Moreau | by H.G Wells | Penerjemah Aryo Swastika | Penerbit Quills Book Publisher Indonesia | cetakan 1, Agustus 2005 | ISBN 979-999-850-6 | 264; 120 x 180 mm | Skor: 5/5
Karawang, 010915 – Cuci baju yang banyak
#30HariMenulis #ReviewBuku #September2015