Terbenam Dan Tersingkir Di BayArena

Mimpi itu semu. Kita kembali ke Liga Malam Jumat. Laga amburadul tadi pagi (27/8), sepenuhnya salah Pioli. Strategi buruk yang diterapkannya selama pra-musim dengan menggunakan 3 bek sejajar, 3-4-3 justru dipakai di laga yang krusial. Padahal kita tahu, selama jeda musim Lazio menuai hasil minor. Lazio kembali ke pakem 4-3-3 semenjak kualifikasi Liga Champion tengah pekan lalu yang menghasilkan sebuah gol Keita. Lalu kembali digunakan saat menumbangkan Bologna di pembuka Serie A. Maka, entah ada setan apa di kepala Pioli, saat bertandang ke BayArena, saat penentuan jadi tidaknya kita berlaga di kompetisi elite justru Pioli mengacak-acak skuad-nya sendiri.

Pioli beralibi, “Babak pertama cukup berimbang, tapi secara keseluruhan Leverkusen membuat lebih banyak peluang, menekan lebih keras dan pantas menang. Kami belum siap untuk level ini, tapi juga kami ingin terus berkembang dan kami masih bisa melakukan lebih baik lagi di Serie A, Liga Europa dan Coppa Italia.”

Leverkusen yang harus menang langsung menyusun serangan-serangan bagus sedari awal. Gol tercipta jelang turun minum melalui Calhanoglu memanfaatkan bola liar di kotak pinalti. Aggregat sama kuat 1-1 Laziale gregetan. Onazi tampil buruk, seakan-akan kembali membuka lubang yang musim lalu dibuat Ledesma. Seharusnya saat imbang gini, Pioli langsung menariknya dengan striker murni. Sayangnya terlambat, Leverkusen akhirnya leading 2-0 saat pemain Biancocelesta baru menarik nafas. Gol cepat yang menghancurkan mental pemain muda. Mehmedi memaksa Pioli bertindak dengan memasukkan Kishna. Heleh telat! Namun saat gol yang ditunggu ga juga hadir, Mauricio malah membuat Lazio bermain dengan 10 pemain menit 68. Makin berat. Laziale langsung lunglai menjelang akhir laga dengan gol ketiga Leverkusen. Sah! Kita lolos ke Europa League!

Dengan skuat sebagus ini, gagal mewujudkan mimpi tampil di UEFA Champion League jelas dosa besar mengingat target kita scudetto kinerja Pioli perlu dievaluasi. Bayangkan, dia dengan berani memainkan Mauricio, Onazi dan Radu yang tampil kurang prima sebelumnya sebagai starter! Di barisan depan pemain egois Keita dan Candreva tampil bareng, dan puncaknya tak ada striker predator di depan. Kishna, Klose, Djorjevic, ketiga striker hebat ini bersama Laziale hanya bisa termenung. Blunder bos. Perjuangan semusim penuh dihancurkan hanya dalam semalam.

Ah sudahlah, inilah dosa Pioli untuk serie A. Dengan makin terpuruknya klub-klub Italia di Eropa, makin tergeruslah pamor kita bernaung. Masakan yang lezat memang bermula dari racikan yang pas.

Leverkusen 3-0 Lazio (aggt. 3-1)

Bayer Leverkusen: Leno; Hilbert, Papadopoulos, Tah, Wendell; Kramer, Bender; Bellarabi (Ramalho 89′), Calhanoglu (Kruse 80′), Mehemedi (Brandt 76′); Kiessling

Lazio: Berisha; Mauricio, De Vrij, Radu (Kishna 56′); Basta, Onazi (Morisson 82′), Parolo, Lulic; Candreva, Keita, Felipe Anderson (Gentiletti 70′)

Karawang, 270815

Satu komentar di “Terbenam Dan Tersingkir Di BayArena

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s