Ini adalah novel Mitch Albom pertama yang saya baca, sekitar empat tahun yang lalu saat mencari kado ulang tahun Winda, ponakan saya yang berusia lima tahun. Mampir sebentar di bagian buku dan menemukan novel yang katanya mirip dengan Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. Karena saya juga sudah baca karya Tere Liye tersebut. Jelas sekali benang merah-nya sama, ini terinspirasi atau menjiplak?
Lima Orang Yang Kamu Temui Di Surga, kisah diceritakan setelah kematian, lebih tepatnya sesaat setelah sekarat. Anehnya dalam Bahasa Indonesia malah diterjemahkan menjadi Meniti Bianglala, jauh dari arti judul aslinya. Kisah tentang Eddie yang dibuka dengan menit-menit menuju ajal. Kisah yang bermula dari akhir, istilah death is the only beginning.. disajikan dengan khidmat. Eddie lelaki tua, meninggal di tempat kerja Ruby Pier, taman hiburan di tepi samudra besar yang kelabu. Eddie adalah maintenance, tugasnya ‘memelihara’ wahana hiburan agar bisa tetap aman. Sapaannya ‘Eddie Maintenance’, hari itu adalah ulang tahunnya yang ke 83. Terlalu tua untuk seorang pekerja, seminggu sebelum kematiannya dia di-diagnosa dokter, sakit ruam saraf. Dan kematiannya dihitung mundur, takdir-lah yang menghantar wahana Freddy’s Free Fall macet, dan kata ‘mundur..’ menjadi penutup kehidupan di dunia ini.
Kemudian kisah ditarik ke belakang, sama seperti Rembulan, kisahnya mundur lalu menelusuri perjalan hidup. Eddie lalu dihantar ke dunia ‘antara’ dan menemui lima orang yang terkait masa lalunya. Kalau Rembulan berkisah tentang Ray yang menuntut jawab tentang hidup, di sini Eddie diberi jawaban yang semasa hidupnya adalah misteri. Orang pertama yang ditemuinya adalah orang ‘asing’ baginya. Manusia biru yang tak dikenal, jadi kenapa harus menemuinya? Ternyata Albom menarik benang keterkaitan. Orang biru tersebut meninggal karena ‘ulah’ Eddie. Joseph Corvelzchik kisahnya dituturkan sepintas, “jadi kau mengeri sekarang? Mengapa kita ada di sini? Ini bukan surgamu, ini surgaku”. Pelajara pertama, “Tidak ada kehidupan yang sia-sia. Satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira kita hanya sendirian.”
Berikutnya Eddie bertemu dengan Kapten Michael. Atasannya saat pergi berperang ke Filipina. Eddie bertanya-tanya ada kaitannya apa dengan sang kapten? Sebuah misteri yang tak Eddie tahu saat hidup dikuak, kenyataan yang menyakitkan tersebut membuat Eddie marah besar. Namun dibaliknya ada pelajaran penting, “aku bayangkan seperti Alkitab, seperti yang terjadi pada Adam dan Hawa. Malam pertama Adam di bumi ketika dia berbaring untuk tidur. Dia berfikir, dia tidak pernah tahu apakah ‘tidur’ itu? Matanya terpejam dan dia mengira dia meninggalkan dunia. Tapi ternyata tidak, dia bangun keesokan harinya di depannya terbentang dunia baru yang masih murni menunggunya. Tapi dia memiliki yang lain, dia memiliki hari kemarin.” Sesuatu yang tak ditemuinya di surga.
“Pengorbanan,” kata Kapten. “Kau membuat pengorbanan. Aku membuat pengorbanan. Kita semua membuat pengorbanan. Tapi kau merasa marah atas pengorbanan yang kau berikan. Kau selalu memikirkan apa yang telah kau korbankan” (halaman 97).
Orang ketiga, keempat dan kelima dituturkan dengan lebih menyentuh. Apalagi pas bagian istrinya, itu sungguh mengharukan. Kata-kata, “per l’amaro e il dolce” – “untuk kepahitan dan kemanisan” menjadi perjalanan yang romantis. Sampai masalah dengan ayahnya ditelusuri, “Kau menemui kedamaian setelah kau berdamai dengan dirimu sendiri.”
Ending-nya sendiri terasa manis, saling kait kehidupan disampaikan di epilog dengan pas. Bahwa setiap kehidupan mempengaruhi kehidupan berikutnya. Dan kehidupan berikutnya itu mempengaruhi kehidupan berikutnya lagi. Dan bahwa dunia ini penuh kisah-kisah kehidupan, dan semua kisah kehidupan itu adalah satu.
Oiya satu lagi yang membuat Meniti Bianglala sama dengan Rembulan adalah tokoh utamanya tak memiliki keturunan. Jadi apakah ini sebuah kebetulan?
The Five People You Meet In Heaven | by Mitch Albom | copyright 2003 | alih Bahasa Andang H Sutopo | Meniti Bianglala | G 402 01 11 0044 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | cetakan keenam: Desember 2012 | 208 hlm; 20 cm | ISBN: 978-979-22-7002-0 | Skor: 4/5
Karawang, 230615 – Audit lancar
#22 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku
kedua bukunya saya belum baca. terbitnya mana yang duluan?
SukaSuka
Gramed dua-duanya. Bagusan The Five, jauh.
SukaSuka