The Lovely Bones #16

image

Namaku Salmon, seperti ikan, dan nama depanku Susie. Umurku empat belas tahun saat aku dibunuh pada tanggal 6 Desember 1973.
Kalimat pembukanya langsung pada inti. Tanpa ba-bi-bu kita langsung dihadapkan pada fakta pahit bahwa ini bukan buku yang bisa kita nikmati sambil tiduran atau minum susu manis. Ini buku tentang kehilangan seseorang yang dicinta. Lika-liku menghadapi fakta tersebut dan waktu terus berjalan, apapun terjadi. Saya membacanya beberapa bulan sebelum adaptasi film dibuat. Masih menggunakan cover asli bukan dengan wajah Saoirse Ronan. Membacanya butuh kesabaran, banyak temanku bilang mereka bosan, tak sedikit yang berguguran di tengah jalan tanpa tahu kapan selesai. Saya sendiri membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk menuntaskan. Karena untuk mendapatkan buku saya harus mengeluarkan uang maka harus dilahap habis. Saat kita menemui titik membingungkan atau mungkin jemu, jangan berhenti. Paksa terus sampai selesai, kalau ga gitu maka buku ini akan ditelan kegiatan lain lalu terlupakan. Tulang-tulang Yang Cantik disusun dengan hati-hati dan penuh pertimbangan, begitu juga saat membacanya. Nikmati tiap lembarnya dengan pelan dan khidmat dan kau akan menemukan ‘kesenangan’ di kasus hilangnya remaja Susie Salmon.
Ini bukan tentang teka-teki siapa pembunuh Susie karena sudah dijelaskan sedari awal cerita, Mr. Harvey tetangga yang aneh-lah pelakunya. Dia membangun ruang bawah tanah, tempat persembunyian, tempat untuk menjebak korban. Saat awal Desember itulah Susie menemui ajal. Susie bertemu Holly, seorang remaja yang juga sudah meninggal di alam baka In-Between (antara). Di sana, tempat itu bagai impian. Segala yang diinginkan bisa langsung diperoleh – kecuali hal yang paling diinginkannya: kembali ke bumi. Pulang ke pelukan orang-orang yang dicintai. Cerita selanjutnya sampai akhir akan berkutat dari usaha pencarian Susie, usaha kabur sang pembunuh, kesedihan teman-teman, dan fokus utama ke keluarga yang terkoyak menghadapi kenyataan pahit tersebut. Disajikan dengan tempo pelan dengan plot yang disusun agar kedukaan itu tak terlalu tajam melukai pembaca.
Mr. Harvey menyusun strategi kabur saat orang-orang mulai curiga. Saat dugaan kuat mengarah padanya dia mengambil tindakan nekat. Akankah dia berhasil ditangkap? Poster hilangnya Susie ada di mana-mana, beritanya ada di koran. “Hilang, diduga akibat tindak kriminal; siku lengan ditemukan anjing tetangga; gadis 14 tahun, diduga dibunuh di ladang jagung Stolfuz; peringatan bagi wanita-wanita muda lain; dinas tata kota akan mengatur kembali bidang-bidang tanah di samping SMA; Lindsey Salmon, adik gadis yang meninggal itu, menyampaikan pidato perpisahan.” Lalu akankah mayat Susie ditemukan? Dalam satu adegan yang membuat saya merinding, ayahnya bersama pembunuh membangun tenda bersama, ngobrol santai seakan tidak ada apa-apa. Itu ironi yang menyayat hati.
Sementara fakta baru yang menyakitkan terbuka. Ibunya mengalami depresi berat sampai memutuskan untuk menyendiri. Adik bungsu, Buckley masih berusaha memahami arti kata ‘ meninggal’. Sesekali menanyakan dimana Susie? Dimana kakak? Ia berusaha memahami arti kata terluka dan mencoba membiasakan tahu siapa yang tak ada di rumah selamanya. Granma Lynn datang ke rumah untuk memberi dorongan agar tabah atas musibah tersebut. Keluarga yang awalnya sempurna penuh keceriaan itu menjadi berantakan dalam kesedihan panjang nan berlarut-larut. Namun seiring berjalannya waktu, Susie melihat dengan kerinduan dan pemahaman yang makin bertambah bagaimana orang-orang yang dikasihinya melanjutkan hidup dengan mengarungi duka yang makin lama makin terobati.
Sebuah buku renungan, butuh keberanian untuk menuntaskan 400 halaman. Pujangga Spanyol, Juan Ramon Jimenez pernah bilang: “Kalau mereka memberimu kertas bergaris, menulislah tanpa mengikuti arah garis.” Buku ini ditutup dengan harapan bertuliskan: ‘Kudoakan kalian semua panjang umur dan hidup bahagia’.
The Lovely Bones | by Alice Sebold | copyright 2002 | Tulang Tulang Yang Cantik | alih bahasa Gita Yuliani K | GM 402 08.024 | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | cetakan pertama, April 2008 | 440 hlm;20 cm | ISBN-10: 979-22-3656-2 | ISBN-13: 978-979-22-3656-9 | Glen, Selamanya | Skor: 4/5
Karawang, 160615 – toxic
#16 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku

Berjuta Rasanya # 15

image

Sekali lagi, Tere Liye mengecewakan saya. Setelah novel dan kumpulan sajak, kini giliran kumpulan cerpen yang saya coba baca. Hasilnya? Sama saja, tak ada yang baru. Semuanya tambal-sulam dengan modifikasi halus di beberapa bagian. Entahlah, apa yang membuat beliau bisa begitu mudahnya membuat buku best seller. Berisi 15 cepen, Berjuta Rasanya bertutur tentang lika-liku cinta dari berbagai genre. Di pembuka sudah diperingatkan, “Cerita dalam buku ini fiksi. Beberapa di antaranya ditulis ulang, terinspirasi dari cerita-cerita lain yang telah ada.” Duh harusnya kalimat ini dipasang di cover atau belakang, sehingga tak ‘menipu’ calon pembeli yang sedang menimang buku tersegel.

1. Bila Semua Wanita Cantik

“Ya Tuhan kuruskanlah aku. Aku mohon.. atau kalau Kau tidak berkenan membuatku kurus, maka buatlah gendut seluruh teman-temanku… aku mohon! Biar kami sama… biar kami sama…”

Menyamakan yang beda, menyetarakan kata Cantik. Maka malam itu, sempurna sudah langit terbolak-balik. Doa itu bagai lemparan sebutir  dadu dengan seluruh enam sisinya sempurna bertuliskan kata “ Amin!” Dan sim salam bin, semua wanita ingin terlihat gendut!

2. Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Dibagi dalam 5 bagian kejadian. Cewek yang ke-GR-an ini mencurahkan curhatnya, bahwa Putri seperti anak ABG yang suka lebay urusan cowok. Dan si Tin ini akhirnya terjebak rasa, senasib dengan Putri. Ahh tema yang sederhana sekali. Mungkin penyampaiannya yang agak lucu. Dasar Rio ga peka.

3. Cinta Zooplankton

Cerita cinta sejati. Ayu coba disadarkan, bahwa Topan cowoknya itu buaya darat. Gombal sana-sini, pandai bicara, sok romantis, rayu banyak cewek, dan Ayu dengan kegigihannya tetap percaya bahwa Topan adalah cnta sejati. Keteguhan hati yang luar biasa seperti cinta Plankton kepada Karen?

4. Cintanometer

Di kota kami, walau terletak di tengah-tengah gurun pasir maha luas, hujan bukanlah barang langka. Jika penduduk kota ingin merasakan hujan, maka tinggal bilang ke balai kota. Seperti kemarin, anak tetangga sebelah rumah, rindu berat berlari-lari di atas gelimangan lumpur, di bawah atap langit yang mencurahkan beribu-ribu bulir air kesegaran. Maka orang tuanya memesan hujan, selang dua belas menit kemudian, awan hitam datang berarak. Guntur dan petir saling sambar-menyambar. Tak lama turunlah hujan sesuai pesanan.

Paragraf pembukanya bagus. Sayangnya konflik yang diciptakan biasa sekali.

5. Harga Sebuah Pertemuan

Cerpen terburuk dari semua daftar. Ini jelas kisah yang disadur dari luar. Karena saya pernah baca di sebuah majalah terjemahan. Dari cerita korban 1, saya sudah bisa menebak arah yang dituju Tere. Sayang sekali, kisah saduran seperti ini dikutip tanpa sumber. Tentang seorang psikopat yang jatuh cinta. Sederhana.

6. Kotak-Kotak Kehidupan Andrei

“Nak apakah ada yang pernah berpikir hidup ini bukan soal pilihan? Karena jika hidup hanya sebatas soal pilihan, bagaimana caranya kau akan melanjutkan kehidupanmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu?”

Nasehat yang bijak, tentang pilihan-pilihan hidup dan cinta. Namun hidup takkan seperti itu kok, Andrei.

7. Mimpi-Mimpi Laila Majnun

Sudah baca cerita Laila Majnun? Saya belum, tapi dari review cerita yang pernah beredar, kisahnya adalah Romeo-Juliet dari Timur Tengah. Nah karena saya sudah baca bukunya William Shakepeare maka otomatis cerpen nomor 7 ini saya sudah punya pegangan. Dan benar saja, ketebak sekali. Inikah yang dimaksud tulis ulang?

8. Kutukan Kecantikan Miss X

Erik rajin mendengarkan curhat temannya, tentang cewek baru yang memukau temannya. “Gile! Sebelas dari nol sampai sepuluh”. Sayangnya dia tak berani berkenalan sehingga menjulukinya Miss X. Erik tentu saja geregetan, dasar cowok penakut. Namun siapa sangka dia kena kutuk cewek cantik jua?

9. Love Ver 7.0 & Married Ver 9.0

Di kota kami, walau terletak di tengah-tengah gurun pasir maha luas, hujan bukanlah barang langka. Jika penduduk kota ingin merasakan hujan, maka tinggal bilang ke balai kota. Seperti kemarin, anak tetangga sebelah rumah, rindu berat berlari-lari di atas gelimangan lumpur, di bawah atap langit yang mencurahkan beribu-ribu bulir air kesegaran. Maka orang tuanya memesan hujan, selang dua belas menit kemudian, awan hitam datang berarak. Guntur dan petir saling sambar-menyambar. Tak lama turunlah hujan sesuai pesanan.

Lanjutan dari Cintanometer, paragraf-nya sama persis. Hanya saja, pikirkan dari sudut pandang yang berbeda.Kalau yang pertama biasa, apa yang bias diharapkan dari sequel-nya?

10. Kupu-Kupu Monarch

Ini mungkin cerpen terbaik dari semua daftar. Ceritanya menyentuh, ceritanya menyayat hati. Menyedihkan sekali cinta sejati dibalas tuba. Tentang Fram dan istrinya. Tentang kesetiaan, tentang pengorbanan. Hidup kadang memang kejam. Kupu-kupu kuning itu datang ke pemakaman secara rutin, bukan kupu-kupu biasa.

11. Joni dan Doni

Jadi ingat dulu pas mau sidang. Joni dan Doni akan sidang skripsi, keduanya meng-SMS teman-temannya minta dukungan. Satu dapat apa yang diharap satu lagi tidak. Ini tentang nasib, ini tentang takdir yang bertolak-belakang.

12. Kutukan Kecantikan Miss X-2

Kalau Cintanometer ada sekuel, kenapa Miss X tidak? Toh ini buku bung Tere yang bikin, pembaca mau senang apa geregetan, ya bodo amat. Sayangnya yang pertama buruk, apa yang diharapkan dari yang kedua? Seakan dunia ingin diajak tertawa tentang nasib apes yang dialami pemuda di bus AC nomor 102.

13. Lily dan Tiga Pria

Waktu adalah lingkaran nasib yang berputar tanpa henti. Siang-malam, pagi-petang, sepanjang tahun tak pernah rehat. Dalam kesempatan putaran nasibnya selalu terjadi tiga kemungkinan. Pararel, bergerak, serentak. Kalimat pembukanya dibuat bak cerita filsuf tentang nasib dan perputaran waktu. Namun intinya tak se-filsuf yang kita harap. Bayangakn dirimu bisa membelah diri jadi tiga pria, lalu kita lihat apa tindakan dari ketiga dirimu tersebut. Dan Lily jadi objek-nya.

14. Pandangan Pertama Zalaiva

Ini sudah ketebak, saya pernah baca cerita yang mirip kalau tak mau dibilang sama. Kalau ga salah setting-nya Eropa. Seorang gadis yang jatuh hati pada ‘pandangan pertama’. Cinta memang kejam, namun cinta juga punya kesetaraan rasa. Hadapi kenyataan dengan kepala tegak Zalaiva!

15. Antara Kau dan Aku

Ah cinta memang aneh. Kayak lagu berjudul ‘Jatuh Cinta’ berjuta rasanya. Dia jauh, kita ingin dekat. Dia baik, kita pura-pura cuek. Nah mungkin ini maksud bung Tere dari kumpulan cerpen ini, dinukil sedikit lirik lagu tersebut lalu cerpen ‘Antara Kau dan aku’ ini bertutur dengan santai nan geregetan. Bergitulah cinta, harus di posisi yang tepat dengan orang yang tepat pula.

Berjuta Rasanya | oleh Tere Liye | Mahaka Publishing, 2012 | Penerbit Mahaka (imprint Republika Penerbit) | Cetakan XV, Juni 2014 | ISBN 978-602-9474-03-9 | vi+205 hal; 13.5×20.5 cm | skor: 2/5

Karawang, 150615 – Your troops ready for battle

#15 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku

Alice Di Negeri Ajaib #14

image

Kisah klasik lagi. Kisah yang sudah familiar tentunya bagi pecinta dongeng anak-anak. Di tahun 2007 saat tumpukan buku belum sebanyak sekarang, rasanya kisah Alice adalah yang terbaik. Awalnya kukira ini cerita untuk anak-anak, seperti yang kalian tahu juga kan. Namun setelah selesai baca, coba renungkan. Saya malah kurang setuju. Cerita yang dijabarkan Sir Lewis ga lazim. Anak-anak ga akan langsung paham petualangan yang dijalani Alice. Maaf, orang dewasa juga belum tentu tahu maksudnya. Penafsirannya terlampau luas, terlalu banyak. Dan sepertinya tak akan ada habisnya diperdebatkan sampai 7 generasi ke depan. Alice In Wonderland tentu saja salah satu buku paling berpengaruh di dunia. Lupakan nihilitas, ini kisah abadi.
Alice bosan saat menemani kakaknya yang sedang membaca buku tanpa gambar di bawah pohon. Alice lalu melihat seekor kelinci putih memakai mantel dan membawa jam. “Aku sudah terlambat”, tuturnya lalu masuk ke lubang tanah. Alice yang penasaran mengikuti, dia terjatuh ke lubang yang seakan tanpa dasar. Rasanya sudah lama sekali dia jatuh, berkilo-kilo. Jatuhnya lalu melambat, membuat Alice bisa berifikir, bagaimana dasar sumur ini? Sempat pula dia mengkhawatirkan Dinah, kucingnya di rumah. Semoga tak ada yang lupa memberinya susu di acara minum teh nanti.
Sampai akhirnya Alice terhenti dari gravitasi. Dia bertemu lagi dengan Kelinci Putih, yang berujar “Oh demi telinga dan janggutku. Aku sudah sangat terlambat.” Diikutinya kelinci itu di kelokan demi kelokan sampai pada ruangan yang banyak pintu, semuanya terkunci. Ada meja berkaki tiga dengan kunci emas. Namun saat kunci tersebut berhasil membuka salah satu pintu, alice tak bisa masuk. Terlalu kecil, kemudian dia-pun kembali ke meja tadi dan menemukan sebotol minuman dengan tulisan: “MINUMLAH”  dan Alice pun mengecil sayangnya dia lupa sama kunci yang di atas meja sehingga saat inci demi inci tubuhnya menyusut dia ga bisa masuk ke pintunya. Dia menangis di bawah meja, saat menangis itulah ada kue kecil dalam bok dengan tulisan “MAKANLAH AKU” dengan huruf besar dan indah. Tubuh Alice membesar dan kembali menangis sampai airnya menganak sungai. Lalu sayup-sayup terdengar suara kelinci berjalan mendekat dan berkata, “Oh Permaisuri, permaisuri! Oh pasti dia akan marah karena menungguku terlalu lama.” Namun air mata kini sudah memenuhi ruangan. Banjir melanda, Alice lalu berenang. Ditemukannya tikus, bebek, merpati, elang, angsa serta binatang aneh lainnya. Bersama-sama mereka berenang ke tepian.
Sesampainya di tempat kering mereka bicara seolah adalah teman lama, sudah akrab. Mereka saling cerita, ngelantur ke mana-mana sampai menunggu tubuh kering. Namun ada yang mengusulkan, “cara terbaik untuk mengeringkan tubuh adalah dengan balapan antar peserta pertemuan.”
“Ah, cara terbaik untuk menjelaskan adalah dengan melakukannya.” Balapan pun digelar. Kalau ada lomba harus ada hadiahnya. Jadi siapa yang akan memberi hadiah? Kisah ini akan terus berputar membingungkan. Setelah rapat dengan binatang-binatang Alice dihadapkan dengan banyak hal aneh lainnya. Bertemu kadal, ulat yang bijak, babi, Dormouse, kucing Chesire, dan tentu saja March Hare yang terkenal itu. Semua petualangan memberi pelajaran baru buat Alice (dan pembaca). Dan kisah ini menghantarnya pada Ratu kejam yang gemar berteriak, “penggal kepalanya!”
Dari semua petualangan aneh itu, akankah Alice bisa kembali ke rumah? Bisakan dia keluar dari negeri ajaib tersebut? Semuanya tersaji dengan seru sekaligus membingungkan. Dulu di forum buku sempat ada yang mendebat, “harusnya Alice curiga saat melihat kelinci bicara, apalagi kemudian dia bicara dengan binatang-binatang lain” Dijawab, “dunia ajaib ini tak bisa dilogika. Sama seperti saat kita mimpi. Apakah kita bisa dengan sengaja keluar dari mimpi aneh? Dalam mimpi kita bisa melakukan apa saja, bisa menjadi apa saja, bisa berubah jadi siapa saja.” Lalu didebat lagi, “jadi cerita Alice ini dunia mimpi?”. Nah ini yang jadi inti segala kisah. Imajinasi Sir Lewis memang luar biasa, ada yang bilang iya. Ada yang bilang tidak. Ada juga yang keukeh bahwa dalam fiksi sekalipun, logika harus tetap ada. Well, semuanya mungkin. Yang pasti, ini kisah tak biasa yang ditulis di abad 19, waktu yang jauh ke belakang dari sekarang. Waktu yang dengan segala keterbatasannya bisa menyajikan cerita seperti ini tentu saja istimewa. Dan abadi. Serta tak ternilai. Jelas sebagai pecinta fabel, saya memasukkan dalam buku-buku terbaik sepanjang masa.
Alice Di Negeri Ajaib | by Lewis Carol | ilustrasi oleh Sir John Tanniel | first published 1865 | alih bahasa Isnadi | Penerbit Liliput | cetakan pertama, Juni 2005 | 170 hlm; 19 cm | ISBN 979-38131-5-6 | Skor: 5/5
Karawang, 140615 – wonderful tonight
#14 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku