Well, tak terasa event #30HariMenulis sudah memasuki paruh kedua. 10 hari pertama sejauh ini lancar, walau sesekali (kemalasan) sinyal jadi kendala. Sebenarnya tahun ini teman-teman membuat tema, di mana tulisannya harus sesuai apa yang jadi patokan, namun saya malah keluar jalur ke buku. Karena sudah jarang update facebook terpaksa catatan migrasi ke sini. Toh intinya sama, bikin tulisan 30 buah. Di hari ke 11 ini saya ingin mengulas buku yang saya beli pada tanggal 10-10-10 di hari Minggu di Senayan, Jakarta itulah kedua kalinya saya kopi darat sama komunitas Gila Film. Waktu itu saya belanja buku lumayan banyak, maklum masih lajang. Kebanyakan buku terbitan Atria. Dan Mesin PR (pekerjaan rumah) ini adalah salah satunya.
Dibaca hanya dalam satu hari, buku tipis 163 halaman ini sungguh unik. Ditulis dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Dan mendedikasikan buku ini untuk anak-anak yang membnci PR, tetapi tetap mengerjakannya. Cerita dibuka dengan sudut pandang Komandan Polisi Rebecca Fish yang memberi pengakuan bahwa ini kasus langka. Dalam 10 tahun tugasnya ini adalah kasus paling nyeleneh yang pernah ia tangani. Ber-setting di Negara bagian Arizona, sebuah SD Grand Canyon (ya, dekat ngarai yang terkenal itu) gempar. Beberapa siswa diintrogasi di kantor polisi karena ‘kejahatan’ mereka. Awalnya gugup dan ngelantur saling menyalahkan, namun mereka lalu dapat mengendalikan emosi, dan cerita-pun ditarik dari awal. Di bulan September, awal semester cerita ini dimulai.
Semua ini gara-gara Brenton Damagatchi, seorang anak SD yang istimewa. Dari kecil dirinya sudah terlihat berbeda, jarang menangis, sering menyendiri, hobinya main catur melawan dirinya sendiri dan belajat autodidak piano saat baru bisa belajar jalan. Bicaranya tentang orang-orang besar, dari Presiden Abraham Lincoln yang pernah berpidato dan bilang, “this is cool”. Bercita-cita lebih kaya dari Bill Gates. Ngomongin musik klasik. Sampai penelurusan kenapa Thomas Alva Edison ga lulus sekolah. Edison tak pernah mengerjakan PR, dan itu sungguh inspirasi untuk ‘ditiru’ oleh Brenton.
Menurut Brenton: Ide membuat mesin yang bisa menyelesaikan PR sebenarnya dari hal yang sederhana. Scanner memindai lembar kerja dan menyalurkan ke computer. Itu bukan masalah besar, aku lalu memodifikasi perangkat lunak yang mengenal pola sehingga bisa mengartikan kata-kata dan angka, untuk mengetahui apa yang ditanyakan. Jika informasi itu sudah ada di dalam computer, seperti jumlah dua tambah dua, computer akan memuntahkan jawaban begitu saja, dan printer akan mencetak sehelai duplikat lembar kerja dengan jawaban-jawabannya. Jika pertanyaannya tak ada dalam computer, seperti diameter bumi, secara otomatis computer akan mencari di internet, tempat semua pengetahuan virtual tentang dunia tersimpan dalam bentuk digital. Computer akan mencari jawaban dari situs web yang paling terpercaya, memeriksa kebenarannya di situs web lainnya dan printer akan mencetaknya. Bagian yang paling sulit adalah merancang perangkat lunak untuk mencetak jawaban dengan suatu jenis huruf yang tampak seperti tulisan sendiri. Ini bukan fiksi sains. Ini adalah hal yang cukup mendasar, sebenarnya. Aku terkejut karena tidak ada orang lain yang memikirkannya sebelum aku. (halaman 44-45)
Mesin PR yang diberi nama Belch – sendawa – itu awalnya ga terlalu bermasalah bisa membantu Brenton, snik, Judy dan Kelsey. Namun perlahan-lahan bu guru curiga karena nilai mereka selalu bagus dan sama. Keadaan lalu menjadi kacau saat mulai ada teror telpon dari laki-laki yang mengaku bernama Milner. Saat terdesak, Judy makin membuat keadaan sulit.
Aku tak pernah berbohong. Beberapa orang bisa menatap matamu begitu saja dan mengatakan bahwa kau adalah pembohong besar, dank au tidak akan pernah mengetahuinya. Saat aku berbohong, aku menjadi gelisah dan mulai berkeringat serta tergagap, dan aku tidak bisa menatap wajah orang yang mengajakku bicara. Aku sama sekali tidak ahli. Aku lebih memilih untuk mengungkapkan kebenaran, sejujurnya. Namun kadang-kadang, kita tidak bisa melakukannya. (halaman 90)
Jika aku tidak memiliki sesuatu yang menyenangkan untuk dikatakan kepada seseorang, sebaiknya aku tidak mengucapkan apa-apa. Namun aku berbohong dan berkata kepada Kelsey bahwa anting-anting di pusarnya itu keren. Aku tidak ingin melukai perasaannya. (halaman 97)
Sehebat-hebatnya mereka menutupi, akhirnya terjatuh juga. Belch yang makin hari disempurnakan makin terlihat menakutkan karena Belch sepertinya mulai bisa berfikir sendiri. Telpon terror makin membuat mereka harus melakukan sesuatu yang diluar batas anak-anak SD. Bagaimana nasib Belch? Post-it sempurna karena memiliki kegagalan. Dan buku ini sungguh menyenangkan diikuti. Nostalgia masa kecil, dimana hal yang paling memberatkan kita hanya PR. Sisanya, bersenang-senanglah…
The Homework Machine | by Dan Gutman | copyright 2006 | Penerjemah: Maria M Lubis | Penerbit Atria | Cetakan I: Juni 2010 | ISBN 978-979-024-452-8 | Skor: 4/5
Karawang, 110615 – Everybody (Backstreet’s Back)
#11 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku