Matilda #7

image

120810 – Kalau disuruh menyebutkan siapa penulis favorit maka nama Roald Dahl jelas masuk daftar utama. Saya selalu terkesan setiap kelar melahap bukunya, walau saya belum membaca semua, satu demi satu, dan Matilda ini adalah yang terbaik selain The BFG. Buku ini milik Tanti MF, teman dari Bekasi. Saya menyebutnya adik karena memang saat kenal dari grup film dia adalah yang termuda, pas ketemu orangnya imut, mungil karena memang masih anak sekolah. Hhmm… 5 tahun lalu sepertinya. Beberapa bukunya masih ada di saya, tapi beberapa bukuku juga ada di dia. Sekarang Tanti sedang kuliah di luar kota, jadi sudah sibuk dengan dunia perkuliahan dan jauh…
Matilda adalah anak istimewa. Sangat jenius sekaligus perasa. Belum genap berusia lima tahun dia sudah membaca buku-buku penulis besar. Sebut saja penulis hebat masa lalu, dia pasti tahu. Charles Dickens, Charlotte Bronte, Jane austen, Rudyard Kipling, HG Welss, Ernest Hemingway sampai George Orwell. Saya baru mengenal separuh dari daftar bahkan saat kuliah. Benar-benar balita langka. Namun kehebatannya ternyata tak berasal dari orang tuanya. Ayahnya Mr. Wormwood adalah pedagang mobil yang licik, ibunya seorang ibu rumah tangga yang malas dengan hobi main judi dan nonton tv. Kakaknya Michael yang dibanggakan ternyata cuek. Matilda seakan ditelantarkan, sehingga kegemarannya membaca disalurkan saat di rumah tak ada orang dan pergi ke perpustakaan. Mrs. Phelps lah yang pertama kali mengetahui keistimewaan Matilda, penjaga perpus yang mengenalkan orang-orang hebat dunia pustaka.
Di rumah Matilda benar-benar dicuekin. Dia terlambat didaftarkan sekolah, saat berusia lima setengah tahun baru masuk SD Crunchem Hall. Di sekolah itulah kehebatan Matilda makin terasah, bersama Miss Honey wali kelas Matilda yang sudah pandai berhitung dan lancar membaca dibiarkan berkreasi. Saat anak-anak yang lain belajar mengeja, dia malah santai membaca buku yang lain. Saat yang lain belajar berhitung dasar, Matilda sudah khatam. Konflik muncul dari dalam. Adalah Mrs Trunchbull sang kepala sekolah yang bertangan besi membuat sekolah bak neraka. Semua anak takut padanya. Karena kebencian itulah seakan anak-anak berlomba membuat ibu kepsek menderita. Pernah ada yang memberi obat bubuk gatal di celana trainingnya, dihukum. Ada yang mencuri kue sarapannya, dihukum. Ada yang makan permen saat pelajaran, dihukum. Bahkan ada yang berpenampilan kepang dua agar terlihat cantik, juga dihukum karena di mata Mrs Trunchbull itu merusak pemandangan. Hal tersebut salah satu alasannya ternyata dia adalah mantan atlit lempar martil. Sehingga ‘melempar’ anak-anak ibarat latihan.
Dan giliran Matilda yang kena, suatu hari Matilda marah karena dituduh menaruh ulat di meja. Keajaiban pertama terjadi, dengan air muka marah, Matilda seakan-akan muncul perasaan aneh, terutama di matanya. Seperti ada tenaga listrik terkumpul di situ. Ia seakan ada kekuatan tumbuh dari dalam, tapi ini perasan lain yang tak dimengerti. Seperti kilat yang menyambar-nyambar, ia merasa ada panas percikan di matanya. Dilihatnya gelas yang ada di meja, dan ajaib saat dia berbisik “Gulingkan! Gulingkan gelas itu..!” gelas tersebut goyah dan beberapa saat kemudian terguling.
Karena di rumah tak nyaman dan Matilda butuh pelajaran tambahan, bersama Miss Honey mereka belajar banyak hal. Salah satunya puisi:
“Janganlah gadisku mengembara jauh dan dekat. Ke negeri dongeng-dongen perapian yang hangat, dan tertidur lelap kena sihir yang kuat. Takut atau percaya, si serigala berbulu domba akan melompat sambil melolong nyaring, manisku, manisku. Keluar dari sarangnya di balik tumpukan dedaunan yang basah oleh embun. Lalu memangsa hatim, dalam pondok mungil di hutam mawar”.
Kedekatan mereka membuat sebuah rahasia besar terungkap. Dan misi balas dendampun dilancarkan. Berhasilkah? Sementara di rumah orang tuanya kena kasus, mobil-mobil bekas yang dijual Mr Wormwood bermasalah karena banyak mobil curian sehingga mereka berencana kabur. Bagaimana nasib Matilda?
Well, tanpa ragu saya beri 5 bintang untuk cerita seru ini. Dulu sebelum Hermione lahir, saya sempat mau menamai Matilda namun ga disetujui istri. Lagian teman lama menyindirnya saat ide itu saya lontarkan di social media. Dia berujar, ‘Matilda kalau diplesetin jadi matil-nda’ yang kurang lebih berarti ikan lele mematil. Awalnya tak peduli, apalagi anak pelatih Jose Maourinho adalah Matilda jadi makin mantab. Namun yaitu tadi, nama itu kurang diterima. Saya kalau suka sesuatu memang sering terobsesi, Matilda ini adalah salah satu novel terbaik sepanjang masa yang berpengaruh besar.
Roald Dahl lahir di Wales 1916 dan meninggal tahun 1990. Novel pertamanya, ‘James and the Giant Peach’ terbit tahun 1961. Tahun 1988 The Times pernah berkomentar: “Dia adalah si Peniup Seruling Ajaib. Alunan serulingnya membujuk dan tak terelakan.”
Matilda | oleh Roald Dahl | ilustrasi Quentin Blake | Penerjemah Agus Setiadi | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan Keenam: Januari 2010 | 264 hlm; 20 cm | ISBN: 978-979-511-167-2 | Skor: 5/5
Karawang, 070615 – Clash of Clans
#7 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku

Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas #6

Featured image

Seberapa besar pengaruh sebuah review untuk menentukan keputusan kita akan atau tidaknya menikmati karya? Yang pertama jelas tergantung sang reviewer, apakah sepaham dengan kita atau tidak? Apakah satu genre? Apakah subjektif, dan seterusnya. Hal tersebut bisa dilihat di rekam jejaknya dalam memberi ulasan. Bagi saya, pengaruh review terhadap keputusan ikut menikmati karya, sangat besar. Nah, buku yang akan saya ulas kali ini berawal dari secara tak sengaja membaca review disini. Dari seorang pandit football – yang sudah pengalaman menulis di kolom koran ulasan bola – yang tiba-tiba menyeruak review buku karya Eka Kurniawan. Blog bung Agus Khaidir yang rutin saya ikuti karena tulisannya yang Oke. Akhir tahun lalu, dengan tulisan yang runut dan renyah, seakan mengajak pembacanya membaca, saya berkesempatan juga mencicipinya. Ternyata buku-buku Eka Kurniawan mayoritas dapat review positif, duh kemana aja mas? Terakhir bahkan bukunya ‘Lelaki Harimau’ diterjemahkan ke bahasa Perancis dan Inggris. Wow! Berbekal ulasan bagus dan bukti buku yang laris itulah saat nonton film PK, Desember 2014 saya membelinya.
Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Judulnya unik. Kalimat pembukanya langsung menohok. “Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati.” Ajo Kawir adalah pemuda paling malang sedunia, kemaluannya ga bisa berdiri. Kejadian itu berawal dari keisengan Ajo Kawir dan temannya mengintip pemerkosaan yang dilakukan oleh dua polisi. Ajo Kawir yang kepergok, lemes dan burungnya memutuskan tidur panjang. Berbagai cara sudah dilakukan untuk membangunkannya, namun selalu gagal. Dari menonton video porno, membaca novel stensilan, menatap gambar gadis seksi yang ada di buku teka-teki silang sampai uji coba ekstrim memberinya cabe. Apes bener.
Dengan kondisi seperti itu, Ajo Kawir seakan sudah tak ada harapan dalam hidup, sehingga hobinya berkelahi tanpa takut apapun. “Aku ingin menghajar orang”, kalimat aneh tanpa sebab apapun ingin berkelahi. Bener-bener stress.
Hingga pada suatu hari dia bertemu Iteung, gadis manis yang terpaksa bertarung dengan Ajo Kawir. Iteung adalah pengawal pak Lebe, penjahat kelamin yang ingin dihabisi si Kawir. Sebelah telinga Pek Lebe dipotongnya sebagai kenang-kenangan. Dan Pertarungan hebat dengan Iteung yang membuat keduanya jatuh hati. Ajo Kawir bahagia, ciuman pertamanya yang penuh gelora berakhir dengan menyedihkan. Dia sadar diri, dirinya ga akan pernah jadi kekasih Iteung.
Konflik makin menarik saat ada pekerjaan untuk membunuh si Macan yang terkenal garang, dengan iming-iming duit gede Ajo Kawir menerimanya. Perjalanan ke sana ternyata rumit. Ajo Kawir memutuskan berdamai dengan kenyataan, memutuskan jadi sopir truk jalur utama Pantura dengan tulisan di belakang truknya: Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Sekarang kita tahu, dari mana asal ide itu.
Istrinya hamil, ya Ajo Kawir akhirnya menikah tanpa pernah bercinta namun istrinya hamil. Makin kalut, anak siapa ini? Akhirnya si Kawir bertemu dengan si Macan. Namun pertarungan yang diharapkan tak terjadi. Ada karakter penyeimbang si Budi Baik dari Kangan Kosong yang mencintai Iteung. Yang jadi pemanas ada pak Toto, guru paling koplak dan ga patut digugu dan ditiru. Ada kernet muda yang menemani Ajo Kawir selama perjalanan perenungannya, Mono Ompong. Ada lawan kebut-kebutan di jalan si Kumbang yang arogan. Ada si Jelita ‘pemanis’ ending yang memberi harapan pada pembaca bahwa sekalipun terpuruk yang paling dalam sekalipun kalian masih bisa bangun dan bangkit lagi. Jadi bagaimana akhir dari kisah panjang Ajo Kawir?
Dengan banyaknya konten dewasa saya sepakat ini novel dilabeli 21+. Bertaburan makian kasar, umpatan yang tak patut ditiru dari yang kelas bawah, kelas menengah sampai yang paling kasar. Saya juga ga tahu sih pembagian kelas umpatan itu bagaimana. Bahasanya vulgar, walau ga se-vulgar  film biru. “Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak kedua manusia, sering kali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa dilakukan kepala. Itu yang kupelajari dari miliku selama bertahun-tahun”.
Dengan plot cerita maju-mundur kisah mengalir lancar. Saya menyelesaikan baca buku ini dalam dua hari di sela-sela kesibukan. Saya ingat sekali saking ga bisa berhentinya saya bawa ke kantor dan dibaca pas jam istirahat. Saat akhirnya kelar, lega sekali. Eka Kurniawan memenuhi ekspektasi, review yang saya baca ga bohong. Ini buku bagus, ini buku yang sangat berbeda dari semua bacaan saya. Sesekali memang perlu sesuatu yang kasar untuk menambah pengalaman. Dan Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas memberi warna lain koleksi buku di rak ku.
Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas | oleh Eka Kurniawan | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Cetakan kedua November 2014 | ISBN: 978-602-03-0393-2 | Skor: 4/5
Karawang, 060615 – Paper cut
#6 #Juni2015 #30HariMenulis #ReviewBuku