Namaku Thomas. Hanya itu yang dapat dingatnya. Seolah-olah semua memorinya hilang. Thomas dikirim ke Glade – sebuah tempat yang dikelilingi labirin yang sekatnya bisa dikendalikan dari luar. Menjadi anak bawang, karena menjadi anak terbaru yang masuk. Setiap ada pengiriman anak baru, maka dia akan dipandu oleh yang terakhir datang. Semuanya laki-laki, semuanya remaja, mereka-pun tak tahu apa sebab mereka di sana. Adalah Chuck, anak bawang sebelum Thomas yang jadi sobatnya. Chuck bertugas menjelaskan detail yang ada di Glade. Setiap bulan satu remaja dikirim.
Karena semua orang tak tahu sebab mereka di sana, maka mereka bertahan hidup dengan kemampuan yang mereka bisa kepada komunitas. Ada pembangun, Pembersih, Pengawas, Pemungut, Juru-masak, Pembuat peta, Anak medis, Pengolah lahan, Pekerjaan di rumah darah dan tentu saja Pelari. Kotak pengiriman remaja termasuk sebagai kotak pengiriman bekal yang dikirm – oleh entah siapa – seperti pakaian, makanan, obat-obatan. Lalu masing-masing diberi tugas oleh Gally – mereka menyebutnya kapten Gally, orang yang dituakan di sana yang sangat cerewet. Thomas mengingat banyak hal kecil tentang hidup – makan, minum, pakaian, belajar, bermain, gambaran umum tentang kehidupan di dunia. Namun setiap detail yang akan melengkapi gambar kenangannya entah mengapa terhapus. Seolah dirinya melihat sebuah gambar melalui dasar air keruh. Di atas segalanya mungkin Thomas merasa sedih. Kenangan menjadi barang yang sangat berharga di Glade.
Lalu satu per satu karakter diperkenalkan. Ada Gally yang sok ngatur, ada Chuck yang penakut, ada Newt yang optimis yang sepertinya menjadi wakil ketua di Glade, Alby, Jeff, Clint, Ben, Minho, Zart, Winston dan banyak lagi. Glade terbagi dalam empat tempat: Kebun, Rumah darah, Wisma dan Tempat orang-orang mati. Diluar itu ada sebuah maze yang harus ditaklukkan untuk mencari jalan keluar. Lalu dipilihlah orang-orang dengan fisik prima untuk menjadi pelari labirin untuk membuat peta jalur keluar setiap siang. Glade akan tertutup setiap petang, dan di luar ada binatang menyeramkan bernama Griever – serangga besi (semacam gabungan antara hewan dan mesin) yang akan membunuh pelari yang gagal kembali ke Glade tepat waktu saat gerbang ditutup. Sesosok makhluk bulat besar seukuran sapi tetapi berwujud tak jelas, bisa merangkak di tembok dan bermata merah (lampu) seperti sebuah kamera. Dan Thomas menawarkan diri untuk menjadi pelari. “Temukan jalan keluar untuk kita, pecahkan jalan Maze itu dan temukan jalan pulang kita!”
Sampai akhirnya ada sebuah alarm meraung yang menandakan akan ada anak bawang dikirim ke Glade. Ini adalah kali pertama dalam sebulan ada dua anak baru datang, diluar duga anak baru tersebut bukan laki-laki. Dan pertama kali pula anak baru itu membawa pesan dengan tinta hitam acak-acakan di atas kertas terdiri lima kata: “Dia yang terakhir, untuk selamanya”. Remaja perempuan ini tak sadarkan diri berhari-hari.
Waktu berjalan. Setiap remaja menjalankan tugasnya masing-masing. Cerita berpusat pada para pelari yang berangkat pagi pulang sore dengan membawa bekal seadanya. Lalu sesampainya di Glade mereka akan membuat peta perjalanan hari itu. Membuat pola yang memungkinan menemukan jalan keluar – jalan pulang. Namun semakin lama, peta yang mereka buat semakin rumit untuk dipecahkan. Sampai pada seuatu pagi mereka menemukan seekor Griever mati. Mesin binatang itu rusak. Ada yang ganjil. Ada yang meninggal, Ben disalahkan lalu dihukum dibuang keluar Glade di malam hari, yang itu artinya kematian buat Ben? Akhirnya mereka bisa melihat lebih dekat Griever, di tubuhnya tercetak tulisan “Wicked”. Tulisan yang membuat Thomas menggigil karena merasa pernah melihatnya sebelum ini.
Thomas terus berlari. Demi warga Glade, demi sebuah peta untuk jalan kembali pulang kepada keluarga masing-masing. Hingga di suatu petang, perempuan itu sepertinya siuman. “Ingatanku sudah hilang Tom, aku tak kan bisa mengingat banyak hal lagi saat bangun. Kita bisa melewatinya serangkaian Percobaan. Ini harus berakhir, mereka mengirimku sebagai kunci pembuka.” Wanita tersebut berbicara. Namun tak ada yang bisa mendengarkannya kecuali Thomas. Ketika hal itu ditanyakan kepada Newt yang ada disampingnya Newt malah bingung karena memang tak ada yang bicara. “Teresa”, wanita itu kembali berkata. “Kau dan aku Tom, kita lakukan ini untuk mereka. Untuk kita”.
Ternyata Teresa bisa telepati dengan Thomas. Sampai saatnya ketika Teresa benar-benar siuman dan memulai tugas barunya di Glade, mereka akrab. Saat sepertinya pola peta maze mulai diketahui, Teresa memberi tahu Thomas bahwa di lengan atas Teresa ada tulisan “Wicked adalah baik”. Tulisan yang kembali lagi membuat Thomas tersentak, karena sepertinya memori yang hilang itu kembali hinggap. Memutar masa lalu yang samar. Peta maze yang tersimpan rapat sepertinya akan memberi mereka jalan keluar. Namun saat malam menjelang, Glade tiba-tiba tak tertutup. Pintu menuju maze terbuka lebar sampai langit gelap. Hal yang membuat warga Glade bergidik takut, Griever akan mengamuk. Namun ini pula akhirnya jadi jalan keluar. Dengan keberanian yang tersisa mereka memutuskan melawan. Setiap darah yang keluar, setiap remaja yang meninggal memberi jalan ke tahap berikutnya. Mereka terus berjalan keluar meninggalkan Glade, sampai akhirnya sebuah kejutan saat mereka menemukan jalan keluar membuat kita trenyuh. Sebuah nihilitas? Bisa jadi.
Well, saya membaca novel karya James Dasher ini tahun lalu saat mendengar kabar akan diangkat ke layar lebar. Kesan pertama, novel ini so predictable. Sangat tertebak. Sejak tahu bahwa Thomas sepertinya familiar dengan kata “Wicked” maka kita bisa menerka cerita ini akan ke mana. Apalagi saat memperhatikan nama-nama penghuni Glade yang tak asing. Sebagai clue, nama-nama mereka bukan nama asli tapi nama yang diberikan oleh para Pengirim – sang creator untuk sebuah, hhhmmm.. yang disampaikan Teresa lewat telepati – percobaan. Simple sekali ceritanya. Sebagus apapun tutur bahasa yang disajikan tapi kalau ceritanya biasa tetap saja kurang greget. Story is – first thing first! Namun dari beberapa kasus, ada buku cerita yang kurang bagus saat diadaptasi ke film jadi keren. Jadi tetap, silakan tonton the Maze Runner di bioskop yang sekarang sedang tayang. Yang pasti saya ga akan nonton The Maze Runner di bioskop. Bukan karena sudah ga minat, tapi yah karena di kota Karawang memang tak ada bisokop. Hehe…, sedih!
Secara keseluruhan, The Maze Runner gagal memberi klimak yang diharapkan. Novel setebal 526 halaman yang sayangnya gagal memberi sajian magis, jauh dari novel young-adult sejenis. Hal membuat saya malas melanjutkan baca sequel-nya The Scorch Trials, walau sudah terpajang di rak bukuku.
Ruang HRD NICI – Karawang, 220914