Catatan: Nostalgia untuk minggu ini adalah catatan 2011, salah satu derby terbaik sepanjang masa. Sekalian membalas kekecewaan derby Minggu, 9 Februari 2014 kemarin yang berakhir mengecewakan 0-0.
Thank Klose!
“A very great deal is possible with the players we have in the squad.” (Miroslave Klose)
Kedatangan penyerang jangkung Jerman, Miroslave Klose ke Lazio seperti sebuah kado hadiah buat Laziale awal musim 2011/2012 ini. Tanpa membayar sepeser-pun, Klose yg habis kontrak di Bayern Muenchen akhirnya memilih Lazio sebagai pelabuhan selanjutnya. Hasilnya, pekan pembuka lawan Milan Miro langsung bikin gol saat laga belum berjalan ½ jam. Pekan demi pekan konsisten bermain bagus makin mengukuhkannya sebagai idola baru Olimpico. Terakhir pagi tadi, saat Lazio nyaris “hanya” meraih 1 poin setelah drama panjang dua kali membentur tiang, Klose muncul sebagai pahlawan di menit terakhir! Menerima umpan matang Matuzalem, Klose yg lolos offside mengontrol bola sesaat sebelum mengeksekusinya dengan dingin.
Di menit 93’ itulah Lazio memastikan raihan Scudetto kecil-nya sebagai penguasa kota Roma. Mungkin ini adalah salah satu momen terindahku sepanjang tahun ini. Sebuah kado buatku yg beberapa hari terakhir ini dirundung apes yg beruntun. Satu kata yg terucap berkali-kali ketika gol tercipta, “Fantastis! Fantastis! Fantastis!.”
Lazio memulai laga dengan buruk, baru berjalan lima menit Roma unggul terlebih dulu lewat gol Osvaldo. Derby Della Capitale berlangsung dengan tempo cepat dan keras, kedua tim saling jual-beli serangan. Sang goal getter harusnya bisa menggandakan skor, andai bisa lebih tenang ketika bola liar ada di kaki, shot lemahnya hanya membuahkan tendangan gawang. Babak pertama Roma unggul satu gol dengan mengantungi tiga kartu kuning (selamat!). Momen lucu tercipta ketika kartu merah sang pangadil terjatuh dan oleh Biava yang mengambilkannya dengan mengankat ke muka wasit seakan mengusir keluar. Hahaha, ada-ada saja. Dan segelas kopi kita telah habis terlebih dahulu.
Babak kedua dimulai dengan penggantian pemain di kubu kita, Lulic masuk menggantikan Radu. Beruntungnya Lazio pagi ini adalah 9 dari 11 pemain Roma belum mengalami hot derby, jadi kita sudah serasa di atas angin. Dan akhirnya titik balik muncul juga. Lazio yang langsung mengambil inisiatif serangan menuai hasilnya di menit 51’. Simon Kjaer menghentikan laju Cristian Brocchi yang mengejar bola umpan Hernanes. Tanpa ampun wasit menunjuk titik putih dan mengkartu merah Kjaer. Eksekusi penalti berhasil dijalankan dengan baik oleh Hernanes. 1-1, dan si Zul pun mulai teriak-teriak geje.
“Kalau Hernanes yg ambil penalti, aku percaya. Yeah!” ujarku, sambil ber’high’ Five dengan Zul.
“Waktu masih lama nih, ayo tambah lagi. Bisa menang, saatnya menghentikan laju kekalahan lima kekalahan beruntun,” sahutnya.
Gol yang meruntuhkan mental Roma, kartu merah yang membuat Lazio balik mendominasi laga. Selanjutnya adalah sebuah teriakan histeris, kekegeraman yang continue, rasa apes yang dua kali menempa mistar, dan hampir saja kalah ketika terjadi miss di pertahanan kami.
“Rugi nih kalau kita seri, udah unggul pemain masak ga jadi menang?” Zul menambahi.
Gila saja nih si Zul, aku yang duduk di depannya berkali-kali digebuki pake bantal yang dipegangnya setiap kali serangan Lazio kandas. Cisse yang mengalami good position, shot-nya menempa mistar. Pun sundulan Klose yang kembali dimentahkan gawang. Roma hanya mengandalkan serangan balik, dan cukup membuat degup jantung terpacu. Andai kita kalah ketika kita unggul pemain rasanya makin memalukan.
Sampai menit ke 90, skor masih sama kuat 1-1. “Tambahnya tiga menit. Tenang Zul, kita akan menang secara dramatis, kan makin special rasanya,” ujarku mencoba optimis.
“Ya kalau bisa menang, mending unggul dulu sekalian saja biar tenang,” balasnya.
Tempo pertandingan meningkat jelang berakhirnya waktu injury time. Beberapa kali tekel keras tetap terjadi. Momentum itu akhirnya datang juga di menit terakhir, di menit 93’ alias ½ jam menjelang adzan subuh WIB (apa hubungannya coba?), kos-kosku gempar “hanya” gara-gara sodokan ringan Klose. Zul sampai jingkrak-jingkrak. Aku berkali-kali mengepalkan tangan, “fantastis”. Teriakan klimak kemenangan kita mungkin bisa terdengar sampai radius 1 km dan kekuatan hentaknya bisa mengakibatkan gempa (mulai deh!).
Senyum puas, terbentuk. Pasti, ini adalah salah satu pertandingan terbaik yang pernah ku tonton sepanjang hidupku (mulai lagi deh), Klose walau belum genap semusim bermain untuk Lazio, secara resmi aku masukkan sebagai legenda. Seperti Lucas Castroman yang pernah membobol gawang Roma di menit terakhir yang saat itu Bola menulis, “1 poin seperti 3” tapi momen tadi pagi jauh lebih indah. Zul bahkan bilang, perayaan kemenangannya sudah seperti merebut Scudetto saja. Kita sudah pernah mengalaminya, catet!
Epic derby! Menonton derby della capitale pagi ini seperti menonton film thriller yg paling thrilling.
setiap kali ada peluang di depan gawang roma gw dipukuli guling terus sama Muhammad Zuliandra Guci. Eh pas menit terakhir seperti klimax to the max.
Zul teriak teriak geje ga jelas gitu. Hahahaha…
Twist ending paling shocking tahun ini.
Film terbaik buatan Reja. Sempurna!
Rate: 5/5
Tulisku di grup Gila Film. Ya, momen langka yang belum tentu bisa terjadi dalam 10 tahun sekali. Selamat Laziale, kita pantas berpesta. Cara sadis membunuh Roma di menit terakhir sungguh tak ternilai harganya.
Ruang TLP06 – Cikarang, 171011
‘epic of epic epicness’
Karawang, 120114
emang enak ya nonton sambil digebukin gitu?
😀
SukaSuka
orang gila dia. hehe,..
makanya paling enak nonton ya sendiri dengan kopi dan gorengan di kanan kiri.
SukaSuka
Laziale juga
teringat saat-saat masih ada Almeyda dan Simoene, terus Concecaoi di sayap
SukaSuka
yup.
era emas.
SukaSuka
kenapa cowok pada rame bgt sih klo ngomongin bola. apalagi kalo beli jersey yg juta2an. gak ngertiii
SukaSuka
hobi, eh bukan. bola adalah nafas kami. eh bukan juga, bola adalah jiwa kami. hhmm..
bukan juga. bola adalah hobi, jiwa, dan nafas kami.
😀
aku beli jersey paling yg kw. ga berani yg sampai ber jut jut.
SukaSuka
Wuih sampe kedengeran 1 km, lumayan kalo bisa tiap hari kaya gitu mas, sekalian jadi alarm bangun pagi buat tetangga2 hihihihi…
SukaSuka
Hihi..
Andai tiap hari ada derby maka betapa indah hidup ini. Apalagi menang dramatis kayak gini mulu, dijamin tetangga punya alarm alami.
🙂
Dikirim melalui BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu
SukaSuka
lama ngga main ke Liga Italia….sekarang yg seru Liga Inggris, yg ditungguin, Liga Champion nih! 🙂
SukaSuka
wish me luck!
SukaSuka
Akun Facebooknya apa Om?
😀
SukaSuka
lazione_31@yahoo.co.id
SukaSuka
Ping balik: Paper Towns #8 | Lazione Budy