(review) A Cup of Tea For Writer: Curhatan Penulis Merangkai Karya

Gambar

Sabtu, 11 Januari 2014 saat ada ajakan dari CISC Karawang untuk nonton bareng sepak bola EPL antara Chelsea vs. Hull City di Karawang Central Plaza saya iseng ke toko buku ketika jeda pertandingan. Sebenarnya sih sedang mencari bukunya JK Rowling (pakai nama samaran si Richard itu tuh) yang baru, tapi berhubung belum ada maka penjelajahanku mengantar pada sebuah buku motivasi buat nulis, terbitan Stiletto. Yang menjadi magnet untuk membelinya adalah cover yang simple dan tulisan back cover yang mengintimidasi. “Belakangan ini, menulis terdengar sangat seksi. Begitu banyak orang yang ingin menjadi penulis. Motivasi mereka pun beragam. Dari mengisi waktu senggang, ingin terkenal, hingga mencari nafkah. Impian untuk menjadi seterkenal JK Rowling pun melambung. Terkenal, royalty melimpah, tulisan difilmkan, diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan seterusnya. A cup of tea for Writer membagi semangat itu pada para pembaca. Semangat itu akan menyala di hati, menerangi. Menghangatkan. Selamat membaca sambil menikmati secangkir teh Anda.”

Nasehatnya kujalakan, dengan segelas teh porsi  besar akhirnya saya menikmati buku kumpulan kisah inspiratif para penulis Indonesia. Dengan cuaca hujan yang saat ini lebih sering menyapa, saya membaca kisah-kisahnya dengan tempo cepat. Saya ingat, waktu itu saya iseng twit sebelum membacanya. Seperti biasanya saya selalu sharing sama teman-teman di media social bacaan apa yang sedang kunikmati. Tak ada sehari saya kelar membacanya.

Buku ini berisi 20 kisah (curhat) para penulis baik senior ataupun yunior, mulai dari awal mereka membangun karya. Dengan rincian: 14 penulis terpilih sebagai kontributor, 4 penulis tamu (Reda Gaudiamo, Ika Natasah, Ollie, dan Dian Kristiani) serta 2 penulis editor Stiletto (Triani Retno A dan Herlina P Dewi). Benar-benar perjuangan (mayoritas) meraka dari awal. Kisahnya ditarik dari basic bahkan ada beberapa cerita yang menariknya sampai saat masih Sekolah Dasar. Senang susahnya menerbitkan karya perdana, pertentangan dengan keluarga akan profesi yang tak menjanjikan sebagai penulis, teror calon penulis yang tak lolos seleksi, sampai nasehat harus bermental baja karena akrab dengan kata penolakan dari penerbit. Banyak bertebaran kata-kata mutiara sebagai penyemangat bagi yang berniat menjadi penulis.

Beberapa kalimat yang menembak hati saya adalah:

“Aku berusaha mempertahankan keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Yang kuyakini hingga saat ini adalah jika aku mengejar kekayaan, aku akan hancur. Namun jika aku menjalani semuanya dengan ikhlas dan mensyukuri sekecil apapun yang kudapatkan, aku akan memperoleh lebih banyak hal besar untuk kusyukuri. Hidup adalah rangkaian proses yang tak ada habisnya. Begitu pula dengan dunia menulis. Ada proses yang harus kulalui. Di sinilah aku pada akhirnya. Aku bukanlah penulis. Aku hanya seseorang yang merangkai impian melalui jalinan kata indah yang tak akan ada habisnya. Aku mencandu kata-kata, aku akan terus berada di dalam dunia kata hingga kelak aku berkata pada dunia bahwa aku pernah ada.” (Monica Anggen)

“Ketika kau tak bisa mengucapkan sesuatu, tidak usah takut karena kau masih bisa menulisnya. Lakukan sekarang dan kau akan merasa lega.” (M. A. Sitanggang)

“Touching lives with words. Sounds superficial and cheesy, but sometimes it’s happen, and when it’s does, I’m flattered” (Ika Natasha)

“Pada akhirnya hidup adalah memilih dan memilah. Meniatkannya dengan kuat, meyakininya sepenuh hati, lantas memperjuangkannya sekuat tenaga. Selebihnya, terserah Tuhan hendak menggiring ke mana.” (Lalu Abdul Fatah)

“Begitulah. Bersama buku, aku bermimpi dan hidup. I do really love my job.” (Herlina P Dewi)

“Akhirnya aku bangkit. Jika satu pintu tertutup, aku harus membuka pintu yang lain. Banyak kesempatan di luar sana yang bisa kuraih. Menerbitkan buku tadinya hanya sebuah impian yang ingin kuwujudkan tanpa tahu kapan waktunya. Aku bersyukur karena masih ada celah untukku.” (Juliana Wina Rome)

“Hal paling mendasar yang bisa kita dapatkan dari menulis adalah bahwa menulis itu menyenangkan. Sangat menyenangkan. Dengan menulis kita bisa menciptakan sebuah dunia baru lalu melakukan apa saja di dunia itu.” (Whianyu Sanko)

Dan tak kusangka, twit saya mendapat retwit dari Stiletto pada tanggal 16 Januari 2014. Review ini sekaligus menjawab bahwa saya juga menikmati kegiatan menulis, yah walau hanya sekedar ulasan di blog. Ehemm…

Gambar

Karawang, 300114

33 komentar di “(review) A Cup of Tea For Writer: Curhatan Penulis Merangkai Karya

  1. Saya beberapa kali lihat buku itu di toko buku, tapi belum sempat beli, soalnya harus beli buku lain yang sudah lama direncanakan, hehe….

    Sampulnya bagus, dan ternyata isinya juga bagus, ya…. 😀

    Suka

Tinggalkan Balasan ke lazione budy Batalkan balasan