Tidak Tuntas

Baca novel memang menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Tiap kali ke toko buku pasti tujuan utamanya langsung ke rak fiksi. Mau suka ga suka, mau ada budget ataupun tidak, keluar dari toko buku bisa dipastikan akan menenteng belanjaan. Kalau mau dirunut setengah tahun ke belakang, saya sudah beli buku belasan. Namun ternyata tak semua kelar dibaca. Ada kebiasaan menumpuk, lalu tak tersentuh. Bisa lupa, bisa juga minatnya sudah redup.

Seperti trilogy ‘Clear and Danger Present’ a novel by Tom Clancy yang kubeli di saat malam takbir hari raya Qurban. Saya hanya semangat di awal, buku pertama sudah nyaris selesai. Mau lanjut kedua berat. Selain tema yang rumit, novel ini penuturannya bertele-tele. Berharap seperti cerita spionase macam Robert Langdon yang rumit tapi cerita tetap berbobot dan dikemas fun. Lain lagi ’The Maze Runner’, buku pertama butuh seminggu untuk menyelesaikannya. Awalnya saya mengharap akan seperti Harry Potter, nyatanya baru sampai di tengah cerita saya sudah bisa menebak twist nya, dan benar. Makanya ‘The Scorch Trial’ pun ga kesentuh juga.

‘Lolita’, ini lebih parah lagi. Sudah tiga tahun berdebu di rak. Buku pinjam-tukar sama teman-teman Gila Film (GF). Bulan lalu nyaris selesai, tapi sampai di bagian Lolita yang kembali sekolah saya malah meletakannya untuk berganti ke novel berikutnya. Saat ini saya pegang ‘Night Shift’ nya Stephen King. sudah dapat satu cerita ‘Jerusalem’s Lot’ yang katanya cerita pendek tapi panjangnya sampai beberapa halaman, ga tahu akankah kelar juga karena dalam satu cerita King membubuhkan detail yang tak ada sangkutnya dengan inti. Bersama dengan King, saya dapat separo novelnya Dean Koonz: Intensitas. Ini saya yakin sampai selesai, paling lambat akhir pekan ini. Ceritanya bagus, tentang pembunuh serial yang cerdas. Psikopat yang suka bermain-main dengan korban sebelum dihabisi, ceritanya intens dengan seorang karakter utama, sang calon korban yang cerdas dan ternyata mempunyai masa lalu yang suram yang membentuk karakternya untuk menghadapi tekanan. Ini baru cerita bagus.

Banyak novel yang tidak tuntas dibaca dalam ‘satu kayuhan’ bisa membuat kita kehilangan benang merah. Saat kita baca sebuah cerita, saat cerita itu menuju titik bosan harusnya tetap harus dituntaskan. Jangan mengganti buku lain. Ini teorinya, nyata yang saya lakukan dalam satu waktu bisa memegang 3-5 buku cerita yang tak ada sangkut pautnya. Kasus novel ‘Twilight’ yang saya beli komplit, saya tak tuntas baca seri ‘New Moon’ karena keburu nonton filmnya dan hilang selera saat ternyata filmnya busuk. ‘Kumpulan Kisah Seru Seri 2’ juga bernasip sama, saya terpecah baca tiap cerpen lalu lanjut buku lain, saat buku lain jenuh saya lanjut cerpen berikutnya, begitu seterusnya tahu-tahu sudah ganti buku lain.

Harus saya akui daya baca saya tak secepat dulu, minat masih tinggi tapi actualnya ga sanggup. Apalagi rutinitas kerjaan yang memaksaku untuk menguranginya. Dengan 5 hari kerja, waktu luang tinggal Sabtu-Minggu. Pulang kerja ada rutinitas lain, jadi sangat mepet. Belum lagi kalau ada bola di tv, itu acara yang tak bisa ditunda untuk dinikmati. Dua hari libur, pasca menikah beda banget sama pas merdeka. Kalau dulu seharian penuh bisa duduk bareng buku dan musik kini itu tinggal kenangan. Istri saya tak hobi buku, apalagi bola paling rewel kalau saya menyendiri. Hobinya ngobrol, ini nih yang membuat produktivitas menurun. Repot juga kalau pasangan tak sehobi. Saya masih berkeyakinan kalau nanti saya bisa menuntaskan buku-buku yang sudah kubeli tapi terbengkelai. Saya sudah menandainya tiap berhenti saat itu, jadi kalau ada waktu luang bisa segera dilanjutkan. Entah itu kapan.

Jadi baca buku langsung tuntas, itu hanya teori. Kecuali buku itu sehebat Harry Potter.

Gambar

Karawang, 261113

34 komentar di “Tidak Tuntas

  1. Ke perpustakaan pusat saja saya mah kalau pengen baca buku, jd dompet ngga bolong hehe
    Anak2 juga begitu, cari buku selalu di perpustakaan.

    Alhamdulillah selera saya sama suami sama, nonton Bola hayuuk.. Nonton krimi apa lagi..kalau saya lg ngga mud nonton, ya sebelah dia saja sambil baca atau ngemil atau main game hehe

    Suka

      • Hehe.. Perpustakaan pusat disini menarik soalnya, bikin betah, anak2 juga suka, yg rajin beli anak2, saya beli buku itu kalau ke Indonesia, khusus yg berbahasa Indonesia.. 🙂

        Sepertinya semakin lama nikah, kebiasaan/hobby pasangan menular deh hehe
        Mudah2an suatu saat, istri jd suka nonton pertandingan sepak bola yaaa…

        Suka

  2. Iya betul, alur cerita novel yang tidak mempunyai nyawa ceritanya menurut bahasa saya, bisa membuat jenuh. Kadang beberapa cerita karangan penulis luar, kalau kita baca dalam versi english menarik tapi saat kita baca dalam versi bahasa membuat ngantuk Disini peran penerjemah tidak hanya menerjemahkan tapi membuat cerita itu tetap mempunyai nyawa sehingga enak dibaca.

    Kalau emang suka baca novel, coba donk ikut tantangan saya bikin cerita bernyawa dengan judul “29”. Mau ala Harry Potter pun boleh

    Suka

  3. Wah hebat juga ya punya banyak buku. Kalau saya sih nyaris gagal baca semua. Dari beberapa buku paling cuma 1-2 yang selesai terbaca. Sisanya terlupakan, entah dimana. Makanya saya lebih suka nonton film dari pada baca buku 😀

    Suka

  4. Hobi membaca salah satu hobi yang keren. Cerita fiksi berkualitas pastinya memiliki banyak manfaat positif didalamnya. Semoga hobinya tetap bertahan & nambah kehobi baca buku2 non fiksi 🙂
    Salam!

    Suka

  5. Haha, iya. Skrg kan udh kerja, jadi baca novelnya agak lama. Rekor saya paling cepet baca novel adalah Novel Perahu Kertas, habis dilahap dalam seminggu (itu tercepat). Klo novel yg lain, baru slse dibaca dlm kurun waktu bulanan. Haha

    Suka

  6. Dan ini juga yang kualami dalam 5 tahun ini😥 minat masih tinggi tapi actually tak sanggup😁
    Tapi kalau untuk Harry Potter setuju. Satu malam tuntas,,, tapi itu kan dulu…diatas 5 tahun lalu he hehe

    Suka

Tinggalkan komentar