Di Belakang Layar

Gambar

Saya termasuk orang yang lebih senang di belakang layar daripada tampil dalam sorotan dan menebar senyum terhadap khalayak. Lebih suka berfikir mencari solusi dalam satu meja daripada berdiri gagah di depan mimbar. Jadi jangan harap saya berorasi membakar semangat kalian. Saya lebih suka menggunakan kekuatan ngobrol dalam santai untuk mengambil keputusan ketimbang debat panjang dengan adu kuat argument. Slow down, santai saja Belanda masih jauh bung.

Beberapa teman sering meminta saya untuk membuat draft pengumuman yang akan dipajang di dinding. Atau minta untuk re-check pengumumannya sebelum disebarkan. Baik cek susunan kalimat atau ejaan. Lalu setelah final, dalam pengumuman itu jelas tak akan ada nama saya di kotak: ‘dibuat’, ‘diperiksa’, dan ‘disetujui oleh’. Saya tak peduli, saya ikut senang setidaknya ketikan saya masih dipakai.

Bukan hanya dalam pengumuman, untuk pemilihan kata ketika membalas surat penawaran, menyusun kalimat untuk Memorandum of Understand (MOU), membuat presentasi untuk bos agar lebih rapi sampai surat perjanjian dengan pihak ketiga pun saya dengan senang hati. Lebih parah lagi, beberapa teman ada yang minta untuk dibuatkan kartu ucapan pernikahan, kartu ulang tahun, sampai hal-hal sepele susunan kalimat yang akan dibaca saat paging atau pengumuman suara oleh front office. Santai bisa, resmi siap!

Dalam film jelas saya lebih mengagumi sang script writer daripada actor utama. Faktor terbesar yang menentukan bagus tidaknya sebuah film menurut saya adalah cerita. First thing first: story! Makanya setiap tahun saya selalu menaruh minat besar prediksi naskah original terbaik dan naskah adaptasi terbaik. Dan saya salut sama orang yang bisa menjadi sutradara sekaligus penulis naskah. Manusia di balik layar jauh lebih mempesona.

Jadi jangan harap saya jadi motivator layaknya Mario Teguh apalagi sang penceramah berlabel ustadz, ga bakat!

Karawang, 301013

12 komentar di “Di Belakang Layar

Tinggalkan komentar